‘Mask 19’ Tak Cuma 3 Layer, Tapi juga Simbol Stop Darurat KDRT

Simbol Mask 19, tak hanya digunakan sebagai simbol 3 layer masker, tapi juga simbol minta pertolongan ketika korban mengalami KDRT di masa Covid-19.

Sebelum membahas lebih lanjut terkait Mask 19, kita harus tahu apa sih artinya?

Mungkin mayoritas masyarakat Indonesia mengartikannya sebagai masker yang memiliki 3 layer, dimana masker tersebut bisa melindungi kita dari virus Covid-19. Tidak jarang menyebut itu adalah standar masker yang bagus.

Tetapi faktanya “Mask 19” itu adalah kode yang artinya minta pertolongan ketika seseorang sedang mendapat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kode tersebut dibuat oleh beberapa negara di Eropa sebagai sandi tertentu untuk melapor ke pihak apoteker jika mendapat kekerasan. Nantinya pihak apoteker akan memberitahukan pelaporan itu kepada polisi. 

Kode tersebut diterapkan karena memang banyak kasus kekerasan yang menimpa perempuan pada saat isolasi di rumah ketika pandemi Covid-19.

Dalam keterangan di website Harmony House, cara kerja untuk mengetahui arti kata sandi atau simbol ini mudah untuk dilakukan. Di Beberapa negara bagian Missouri, setiap apotek menampilkan pamflet pemberitahuan di toilet perempuan. Juga mengingatkan semua petugas apotek tentang pentingnya sandi Mask 19 ini. 

Harmony House juga membantu mempromosikan Mask 19 di berbagai platform social media, menurutnya melalui sosmed akan cepat tersebar. Selain itu ia akan membantu menampung korban kekerasan dan memberi bantuan layanan hukum.

Kesepakatan atas simbol atau sandi ini tidak terlepas dari ilmuwan yang merumuskan teori interaksionisme simbolik yang dibuat oleh G. Herbert Mead. Secara sosiologis symbol Mask 19 itu mudah untuk dibuat sebagai tanda selama simbol tersebut memiliki makna yang diamini masyarakat. Dimana simbol dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu satu dengan individu yang lain.

Darimana Munculnya Mask 19?

Teman-teman perlu tahu bagaimana munculnya kode atau simbol Mask 19 ini. Ini berawal dari pandemi Covid-19 dimana semua negara mengambil keputusan yang belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu membatasi pergerakan masyarakat. Mulai dari pekerjaan, metode pembelajaran dilakukan dari rumah bahkan kebijakan negara menutup semua akses ruang publik. 

Mulai dari situlah para korban KDRT meningkat dan perempuan-perempuan itu terjebak di rumah dengan pasangannya. Posisi terjebak di dalam rumah, tentu korban akan ketakutan serta tidak berani ke kantor polisi untuk membuat laporan. Terjebak di rumah dengan pelaku berada di dekatnya akan membuat korban rentan. Selain tidak ada akses untuk keluar, mereka  mengalami stress secara emosional dan dapat menyebabkan peningkatan perilaku agresif.

Terlepas dari kode tersebut, make sense bila dikaitkan dengan kejadian pengakuan yang dialami oleh Clara Tan model ANTM di podcast Deddy Corbuzier. Ia mendapatkan perlakuan kekerasan dalam relasi (toxic relationship) oleh pacarnya dengan sebegitu parahnya sampai tidak berdaya untuk bisa kabur. Jika dibayangkan, posisinya sangat sulit untuk bisa mengakses layanan untuk melapor ke polisi, jalan satu-satunya untuk bisa memberikan laporan adalah melalui tenaga medis ketika ia berobat untuk lukanya.

Terlepas dari peristiwa itu, mungkin melalui kode yang diamini oleh masyarakat tersebut bisa digunakan sebagai simbol, supaya lebih mempermudah korban untuk melapor di situasi genting. Mengingat di Indonesia juga mempunyai kasus KDRT yang cukup tinggi ketika pandemi Covid. 

Komnas Perempuan punya catatan soal kasus KDRT yang menjadi kasus terbanyak yang dilaporkan. Kasus KDRT yang telah dilaporkan meningkat sebanyak 75% selama pandemi tahun 2020. Kemudian LBH APIK juga mempunyai catatan kasus KDRT terjadi terhadap perempuan sebanyak 90 kasus setiap bulan. Kasus itu terus naik dari sebelum pandemi, dimana sebelumnya sebanyak 30 kasus setiap bulannya. 

Mungkin kita bisa berkaca dengan pemerintahan Menteri Dalam Negeri Prancis, Christophe Castaner yang memberi kebijakan bahwa mereka akan membayar 20.000 per-malam kamar hotel untuk korban kekerasan dalam rumah tangga supaya aman dari kekerasan yang diberikan pasangannya. 

Mereka juga membuka konseling gratis di supermarket karena kasus kekerasan dalam rumah tangga di Paris meningkat 36% dalam catatan kepolisian. Hal itu juga terjadi setelah pemerintah memberlakukan isolasi mandiri ketika pandemi.

Ravika Alvin Puspitasari

Kesibukan sehari-hari kuliah daring dan mengikuti berbagai diskusi online. Selain itu aktif menulis di Lembaga Institute For Javanese Islam Research. Tertarik dengan isu-isu gender yang sedang berkembang saat ini
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!