Kiprah ‘NewJeans’ di Tengah Objektifikasi Industri Musik di Korea Selatan 

Tidak hanya eksploitasi, seksualisasi juga terjadi di industri musik Korea Selatan. Para anggota girl group, "NewJeans" beberapa kali diarahkan untuk menampilkan lekukan tubuhnya dalam video klip musiknya.

Semua anggota NewJeans, girl group asal Korea, kini masih di umur belasan. Anggotanya ada 5, yaitu  Hanni, Minji, Haerin, Hyein dan Danielle. 

Hyein yang termuda. Ia masih berumur 14 tahun saat debut. 14 tahun! Kala di umur itu, saya masih di bangku SMP; sibuk mencari jati diri lewat Ask.fm. Kelabilan emosi di umur remaja tidak dapat dimungkiri. Sesekali menerima hate secara anonim lewat platform tanya jawab itu berhasil mengganggu mood saya satu hari penuh. 

Tak terbayang bagaimana mereka, terutama Hyein, bisa mengatasi segala komentar atau kritik negatif dari jutaan orang mancanegara. Apalagi di tengah fase perkembangan emosi dan mentalnya sebagai remaja perempuan yang menuju utuh.

Ternyata, budaya ini sudah jadi budaya yang dilanggengkan di Korea Selatan. Sejak 2020, idola di umur 14 tahun mulai kembali bermunculan, seperti Niki (Enhypen) dan Jongseob (P1Harmony). Tahun berikutnya, ada Leeseo (IVE) dan Jian (Lightsum).

Tidak hanya eksploitasi, seksualisasi juga terjadi. Anggota NewJeans beberapa kali diarahkan untuk menampilkan lekukan-lekukan tubuhnya dalam video klip musiknya. Ini membuktikan jika industri hiburan di Korea Selatan masih mengobjektifikasi tubuh perempuan untuk kepentingan bisnisnya.

Mari kita lihat fakta lainnya. Penggemar group asal Korea, NewJeans ini begitu tersebar di sekitar saya. Dari mutual di media sosial, kerabat kerja, sampai teman terdekat–mereka membahas girl group yang tengah tahun lalu baru debut ini. 

Lagunya menarik–berani keluar dari warna musik K-Pop yang selama ini upbeat, atau… jedag-jedug.

Terakhir kali saya melabel diri sebagai K-Poper adalah ketika era musiknya di generasi kedua: Miss A, BigBang, Teen Top, you name it. NewJeans ini asing untuk saya, tetapi pembahasannya berkeliling tidak henti sampai sekarang

Sejak mereka pertama kali mengeluarkan debut lagunya yang berjudul “Attention” tanpa aba-aba, tanpa klip video teaser layaknya grup lainnya, mereka berhasil menarik atensi K-Poper dari berbagai belahan negara. Suatu candu!

Anggota NewJeans: Hanni, Haerin, Minji, Danielle, Hyein (dari kiri ke kanan). (Sumber: HYBE)

NewJeans adalah girl group beranggotakan lima perempuan yang debut di bawah manajemen ADOR, anak perusahaan HYBE Corporation yang dua anggotanya berasal dari Vietnam (Hanni) dan Australia (Danielle), tiga lainnya–Minji, Haerin, dan Hyein–dari Korea Selatan. 

Menurut Circle Chart (yang dulunya bernama Gaon Chart), NewJeans jadi girl group Korea Selatan pertama, dalam 26 tahun terakhir yang album debutnya–New Jeans– sudah mencapai penjualan hingga satu juta kopi. Terakhir adalah pada 1997–diraih Sechs Kies untuk album debutnya yang bernama School Byeolgok.

Lagunya Melekat, Idola Terasa Dekat

Out of curiosity, saya nanya teman yang aktivitas akun Spotify-nya hampir setiap hari nyetel lagu NewJeans. Apa, sih, yang bikin dia suka banget sama NewJeans?

Menurut Alia, NewJeans mampu “mencentang” segala hal yang orang suka dengan musiknya. Tidak dapat dimungkiri bahwa target pasar NewJeans ngga terbatas pada K-poper saja, tetapi juga yang lainnya. 

“[Lagunya] se-catchy itu dan likeable. Kalo ada orang yang ngga suka, ya, sirik aja.” sebutnya.

Perbedaan bahasa juga tidak lagi jadi arti. Biasanya, setiap grup K-Pop memiliki setidaknya satu anggota perwakilan yang fasih berbicara multibahasa. Berbeda dengan itu, seluruh anggota NewJeans mampu berbicara bahasa Inggris sehingga tidak ada yang tertinggal atau dibanding-bandingkan.

Hal tersebut dialami satu-satunya anggota Blackpink yang tidak fasih berbahasa Inggris. Jisoo sempat diolok karena salah mengucap tata bahasa saat diundang ke dalam program “Late Night Show with James Corden”. Ia juga kerap didesak dan dikritik netizen mancanegara di media sosial karena ketidakmampuannya bersanding dengan anggota Blackpink lainnya.

Di luar konteks strategi branding, NewJeans mampu meyakinkan penggemar bahwa ada jalinan persahabatan yang baik di antara setiap anggotanya. Ini tergambar dari interaksi kecil nan hangat antaranggota yang tertampil di berbagai akun media sosial milik NewJeans.

NewJeans berhasil keluar dari konsep mainstream girl group Korea Selatan lain

NewsJeans juga ditengarai berhasil keluar dari konsep mainstream girl grup Korea Selatan.

“Biasanya, K-Pop itu identik sama lagu yang menggebu-gebu, full of rhythm, selalu ada rap part-nya. NewJeans, tuh, ngga. NewJeans dari awal sampai akhir nggak maksain vokal,” ucap Thia, salah satu penggemar NewJeans lainnya yang saya tanya.

Arif, seorang penggemar K-Pop sejak generasi kedua, juga merasa ada keunikan dari genre lagu yang dibawakan NewJeans. “Influence Western-nya [NewJeans] paling kenceng daripada yang lain. Lebih vibeyish, RnB-ish.”

Dari segi koreografi, Thia melihat bahwa NewJeans tidak menekankan kesempurnaan tempo gerakan sehingga menjadikannya berbeda dari grup kebanyakan. Kesederhanaan koreografi lagu NewJeans menjadi daya tarik tersendiri. Penggemar NewJeans pun bisa dengan mudah berdansa mengikuti idolanya.

“Biasa di K-Pop, mereka nge-dance yang susah, ribet, segala macem. Penampilan dan pembawaannya [harus] selalu spektakuler, yang salah dikit aja keliatan banget.”

Selain itu, NewJeans tidak menggunakan konsep girl crush dalam musiknya. Girl crush ditunjukkan dengan penampilan dan gerakan idola perempuan yang maskulin–revolusi dari apa yang selama ini dianggap kontradiktif dari konsep femininitas.

Konsep ini sudah ada sejak K-Pop generasi pertama, ada seorang penyanyi bernama Lee-Sangeun yang dianggap tomboy pada masanya. Di generasi selanjutnya, muncul 2NE1, 4Minute, miss A, Brows Eyed Girls, dan f(x) yang menampilkan konsep girl crush dengan beragam cara. Kini konsep girl crush juga banyak digunakan oleh berbagai girl group semenjak debut, seperti Blackpink, Red Velvet, atau (G)I-DLE. 

“Blackpink terkenal banget, kan, banyak yang ikutin [pake konsep girl crush], jadi mainstream. Makanya begitu NewJeans rilis lagu yang kecenderungannya pake genre RnB, orang-orang ngerasanya bener-bener baru dan refreshing,” sebut Adelaide, salah satu teman dekat saya yang menggemari NewJeans.

Kontroversi “Come and take a lookie” dan CEO NewJeans–Min Heejin

Tidak lama setelah “Attention” dirilis, NewJeans mengeluarkan lagu berjudul “Cookie”.

“내가 만든 쿠키 (Made a little cookie)

Come and take a lookie

우리 집에만 있지 놀러 와 (Only at my house, come over and play)

얼마든지 굽지 그런데 (I’ll bake it for you daily)

Cookie” menuai kritik dari netizen lantaran liriknya dianggap tidak pantas dinyanyikan oleh idola di bawah umur. Muncul suatu perdebatan bahwa “cookie dalam lagu ini adalah metafora dari alat genital perempuan. 

Namun, ADOR membantah segala asumsi netizen terkait itu. Mereka tidak memiliki maksud mengarahkan lagu “Cookie” ke apa yang menjadi perhatian publik. Tim ADOR menekankan bahwa siapa pun dapat menginterpretasikan sesuatu tergantung eksposur dan pengalaman mereka–itu di luar kontrol mereka. Menjadi “perspektif toksik”, sebut mereka, saat interpretasi itu diarahkan ke pandangan yang negatif lalu dibesar-besarkan.

Walau sudah ada klarifikasi dari pihak terkait, Alia berkukuh percaya bahwa yang dilakukan ADOR adalah menyeksualisasi anggota NewJeans.

They’re trying so hard untuk ngejelasin. Yang mana… orang malah makin sus [curiga], nggak, sih?

Mungkin beberapa orang, atau banyak, setuju dengan pandangan Alia. Tidak terelakkan bahwa apa yang ADOR sebut sebagai “perspektif toksik” sebenarnya juga berangkat dari konteks sosial yang ada. Industri media K-Pop selama ini tutup mata soal pentingnya melindungi remaja di bawah umur dari objektifikasi dan seksualisasi konsumen yang merupakan orang dewasa. 

Terlebih lagi, adanya anggapan bahwa CEO NewJeans Min Heejin menjadikan pedofilia sebagai sesuatu yang memesona. Heejin sempat mengunggah berbagai foto anak perempuan yang setengah tak berbusana. Dinding studionya juga disebut-sebut dipenuhi dengan foto anak perempuan.

Di balik ketenarannya, industri K-Pop memiliki sisi gelap yang selama ini tidak terlalu diperhatikan. Para idola K-Pop masih rentan mengalami kekerasan verbal dan fisik selama latihan agar dapat tampil sempurna. Kekerasan dinormalisasi, dianggap sebagai sistem yang wajar berjalan. Idola K-Pop bagai sapi perah: jam kerja dengan durasi tidak masuk akal, program diet yang ekstrem, dan larangan menggunakan telepon seluler/ bertemu dengan lawan jenis. Belum lagi eksploitasi anak yang sudah menjadi “lagu lama.”

Beberapa penggemar sebatas menikmati lagu dan menggemari anggotanya–tidak tahu menahu soal kasus yang ada. Arif, contohnya.

Saat ditanya tentang pandangannya terkait anggota NewJeans yang masih di bawah umur, Arif menganggap itu hal yang biasa saja.

“Ya, nggak apa-apa. Kan, music video-nya ngga terlalu meng-emphasize ke seksi-seksinya gitu. Gua ngga liat itunya, gua pure liat [menikmati] musiknya aja.” 

(Sumber Gambar: IG NewJeans Official)

Fiona Wiputri

Manajer Multimedia Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!