JKT48 dan rentannya idola perempuan di bawah umur mengalami eksploitasi. (Sumber foto: Instagram @JKT48)

JKT48 dan Kerentanan Artis Perempuan di Industri Idola

Bahaya seksualisasi artis idola perempuan di bawah umur sangat rawan terjadi. Lebih parah lagi ketika manajemen yang menaungi idola tersebut sengaja memberikan konsep penampilan yang ‘vulgar’ atau menjual ‘kepolosan’.

Selama beberapa minggu ini, perbincangan mengenai tahun lahir dan umur para anggota grup JKT48 ramai jadi perbincangan di media sosial. 

Ini berawal dari daftar tanggal lahir anggota JKT48 yang dibagikan oleh seorang pengguna X. Dari daftar itu, tampak bahwa anggota tertua JKT48, Shani, lahir di tahun 1998. Sedangkan yang termuda, Gendis, lahir pada tahun 2010. Artinya, anggota termuda JKT48 masih berusia 13 tahun di tahun 2023 ini.

Data tersebut mungkin dirilis hanya sebagai informasi mengenai grup JKT48. Namun fakta bahwa para anggotanya masih berusia sangat muda hingga di bawah umur lalu memicu perhatian warganet. 

Sejumlah orang menyoroti banyaknya laki-laki dewasa yang jadi penggemar grup dengan anggota perempuan di bawah umur.

Perbincangan pun melebar pada topik industri idola yang kerap merekrut anak-anak, terutama perempuan, di bawah umur. Industri yang sama juga tak jarang memiliki audiens lelaki dewasa sebagai target pasar  bagi idola perempuan tersebut.

Perdebatan mengenai industri hiburan idola dan batas usia idola sudah sangat lama berlangsung. Kritik kerap bermunculan khususnya terhadap industri idola Jepang dan Korea, yang populer dan berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir.

Risiko eksploitasi dan seksualisasi menghantui idola-idola itu. Lebih buruk lagi, dalam industri idola, anak di bawah umur kadang juga diberikan pekerjaan  untuk mempromosikan sensualitas baik secara implisit maupun eksplisit.

Idola di Bawah Umur dan Penggemar Dewasa

Sebetulnya, idola yang debut sebelum usia dewasa sudah sering terjadi. 

Di Korea Selatan, misalnya. Ada Hyein ‘NewJeans’ yang debut di usianya yang masih 14 tahun. Juga ada Wonyoung ‘IVE’ yang debut di usia 15 tahun dan Jongseob ‘P1Harmony’ di usia 14 tahun. Pada generasi terdahulu, ada BoA yang debut di usia 13 tahun dan Taemin ‘SHINee’ di usia 14 tahun.

Fenomena tersebut juga terjadi di industri idola di Jepang. Terkait idola muda dengan penggemar berusia dewasa, beberapa orang menilai, hal itu lantaran para penggemar itu memang menjadi target pasar utama industri tersebut.

“Kayaknya karena target pasarnya emang gitu idol Jepang mah,” kata Rozaq (27) kepada Konde.co, Kamis (31/8/2023). Ia pernah menggemari grup AKB48 selama beberapa tahun, meski kemudian berhenti pada tahun 2019. “Kalau AKB / JKT, ya karena fans lamanya udah dewasa.”

Idola yang masih di bawah umur tentu harus punya ketentuan khusus. Pada dasarnya, pasal 68 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan melarang mempekerjakan anak di bawah 18 tahun. Namun ketentuan tersebut memiliki pengecualian. Anak berumur 13-15 tahun diizinkan bekerja asal tidak mengganggu kesehatan fisik, mental dan sosial mereka.

Apa saja ketentuannya? Antara lain, mereka harus memiliki izin secara resmi dari orang tua atau walinya, waktu kerja mereka tidak lebih dari 3 jam, terjamin kesehatan dan keselamatan saat kerja, menerima upah sesuai dengan aturan yang berlaku, ada perjanjian kerjasama antara orangtua/ wali dan perusahaan. Lalu pekerjaan dilakukan di siang hari dan tidak menghambat sekolah dan adanya hubungan kerja yang jelas.

Baca Juga: Feminisme Sulit Diperjuangkan di Korea, Namun Idola K-Pop Tetap Kampanye Lewat Karya Mereka

Jika tidak, ini bisa jadi beban berat. Karena selain harus menanggung beban kerja yang berlebihan bagi anak di bawah umur, kerentanan juga membayangi khususnya idola perempuan. Bahaya seksualisasi idola perempuan di bawah umur sangat rawan terjadi. Lebih parah lagi ketika manajemen yang menaungi idola tersebut sengaja memberikan konsep penampilan yang ‘vulgar’ atau menjual ‘kepolosan’.

Contohnya, ketika JKT48 merilis video musik ‘Benang Sari, Putik, dan Kupu-Kupu Malam’ di YouTube pada 13 Maret 2023. Video tersebut langsung menjadi tren di YouTube, tetapi sekaligus memicu perdebatan di internet. Lantaran lirik lagu dan penampilan para anggota grup yang berkonotasi seksual. Dalam video itu, para anggota JKT48 tampil dengan konsep ala Timur Tengah dan menarikan belly dance

Banyak penggemar yang antusias dengan peluncuran video musik tersebut. Sebab, JKT48 dianggap telah beranjak dari masa ‘gadis’ ke ‘perempuan dewasa’. Mereka seakan telah mulai ‘lepas’ dari image ‘menggemaskan’ selama ini.

Baca Juga: Gelap Terang Dunia Idol Korea Selatan

Namun tak sedikit pula kritik dan kecaman yang muncul. Sebab, lirik lagu yang dinyanyikan berkonotasi seksual. Bahkan ada beberapa adegan seperti anggota yang berciuman dan tarian erotis, padahal setidaknya tiga anggota JKT48 masih berusia 16-17 tahun saat membintangi video musik itu.

Sedangkan di Indonesia, seseorang harus berusia lebih dari 18 tahun untuk disebut ‘dewasa’. Usia di bawah itu masih tergolong kategori ‘anak-anak’. Itu memperkuat tudingan bahwa pihak agensi tidak boleh melakukan seksualisasi pada anak.

Lagu ‘Benang Sari, Putik, dan Kupu-Kupu Malam’ hanya satu dari beberapa lagu idola yang menuai kritik karena liriknya yang berkonotasi seksual, sementara idola yang membawakannya bahkan belum genap berusia 18 tahun. 

Mengadopsi konsep ‘dewasa’ barangkali satu hal. Tapi di sisi lain, para idola ini juga tetap harus menampilkan karakter mereka. Dengan tidak sedikit laki-laki dewasa yang berada dalam basis penggemar para idola ini, risiko seksualisasi anak di bawah umur nyaris tak dapat dielakkan.

Bukan Salah Idola

Perdebatan mengenai usia idola di bawah umur memicu para penggemar untuk membela idolanya. Padahal, sebetulnya idola yang berkarier di usia tersebut tidak lantas disalahkan oleh siapa-siapa.

Fokusnya adalah industri itu sendiri. Manajemen yang merekrut anak-anak untuk jadi idola dan memberikan konsep-konsep penampilan yang mengarah pada seksual hingga ‘vulgar’, juga harus berbenah.

“Kalau idolanya juga kayaknya nggak bisa disalahin, sih. Banyaknya mereka emang punya mimpi jadi idol sejak kecil,” kata Rozaq. “Cuma emang kadang agensi ngasih konsep vulgar itu yang harusnya diprotes. Udah mah konsepnya gitu, ada kultur fan service yang mungkin jadi bahaya ke idol-nya juga.”

Namun, ia sendiri mengakui, sulit mengharapkan perubahan signifikan pada industri hiburan yang telah menggaet begitu banyak khalayak dan sejauh ini amat digandrungi itu. Sebagai bagian dari khalayak, barangkali salah satu cara yang bisa dilakukan untuk berhenti menormalisasi fenomena tersebut adalah dengan mengurangi atau berhenti ‘berkecimpung’ dalam kultur industri idola. Tentu saja itu hanya pilihan yang boleh diambil atau tidak. Yang jelas, eksploitasi idola muda atau di bawah umur tidak seharusnya terjadi dan dilanggengkan. Apa lagi terhadap perempuan.

Lagi-lagi, seorang idola berapa pun usianya, mungkin punya mimpi untuk berada di posisinya saat ini. Tapi itu tetap tidak membenarkan pelecehan, objektifikasi, dan seksualisasi terhadap mereka. 

(Sumber foto: Instagram @jkt48)

Salsabila Putri Pertiwi

Redaktur Konde.co

Let's share!

video

MORE THAN WORK

Mari Menulis

Konde mengundang Anda untuk berbagi wawasan dan opini seputar isu-isu perempuan dan kelompok minoritas

latest news

popular