‘Sleep Call’ Perempuan Urban di Pusaran Eksploitase Seksual dan Teknologi Digital

Mau hidup di dunia nyata namun jadi korban eksploitasi seksual, atau di dunia maya yang seolah-olah menolong tapi menjerat? Inilah realita yang dihadapi perempuan urban seperti Dina di film 'Sleep Call'.

Dina (Laura Basuki) menelepon seorang laki-laki selama berjam-jam setiap malam sebelum tidur. Laki-laki yang sesungguhnya tak pernah ditemuinya secara langsung itu, menemaninya melalui berbagai peristiwa hidup lewat kegiatan online, yang kini jamak disebut Sleep Call. 

Laki-laki yang dipanggilnya Rama itu, ditemuinya dalam salah satu aplikasi kencan. Kemudian tiap hari mereka kencan secara online.

Adegan tersebut menjadi pembuka film Sleep Call (2023) yang disutradarai oleh Fajar Nugros dan diproduksi oleh IDN Pictures. Film ini mulai tayang pidana di bioskop mulai 7 September 2023 lalu.

Sehari-hari, Dina bekerja sebagai staf pinjol, satu aplikasi yang menyediakan pinjaman online (pinjol) di Jakarta. Latar ini tampak jelas dari transportasi umum yang digunakan Dina untuk pergi dan pulang bekerja. Dina yang tinggal sendirian di sebuah rumah susun, bertugas menawarkan pinjol, sekaligus melakukan penagihan kepada para peminjam yang susah menunggak.

Dina menjadi gambaran pekerja perempuan urban single di Jakarta. Setiap hari, ia menghadapi berbagai tantangan yang mungkin juga dialami pekerja-pekerja perempuan urban muda di kota besar lainnya. Menempuh perjalanan jauh untuk sampai di kantor, kekurangan uang karena harus membayar tagihan perawatan kesehatan orang tua, diteror orang tidak dikenal di jalan, hingga mengalami kekerasan seksual menjadi bagian dari kehidupan Dina

Dina juga menjadi gambaran perempuan muda sandwich generation yang harus membiayai hidup ibunya. Ibunya sakit di rumah sakit jiwa. Hidup Dina jadi hidup pas-pasan dengan makan nasi dan telor tiap malam.

Dua Mata Uang Perkembangan Teknologi Digital

Teknologi digital digadang-gadang mampu mempermudah kehidupan manusia, begitu juga dengan Dina dan lingkungannya bekerja. Di kota besar seperti Jakarta, teknologi digital seperti internet yang dengan mudah diakses oleh masyarakat. Sayangnya, kemudahan ini juga sejalan lurus dengan ancaman yang dihasilkan oleh teknologi digital.

Di sektor keuangan, perkembangan teknologi digital yang diterapkan aplikasi pinjol tempat Dina bekerja, bahkan telah menelan korban jiwa. Sleep Call menunjukkan bahwa perkembangan teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk sekadar memperoleh sebanyak mungkin keuntungan. Etika pun diabaikan sehingga, alih-alih memberikan keuntungan, perkembangan teknologi digital malah merugikan.

Biasanya, aplikasi pinjol, terutama yang ilegal, menyediakan kebutuhan dana tunai bagi masyarakat dengan cepat. Nilainya pun bisa mencapai puluhan juta rupiah. Setelahnya, peminjam ditagih untuk melunasi pinjaman tersebut, beserta bunga dengan besaran yang kadang tak masuk akal, dalam waktu sesingkat mungkin.

Peminjam yang tak mampu mengembalikan utang pinjol, sebagaimana ditunjukkan oleh Sleep Call, diancam disebar data pribadinya, termasuk nilai utangnya kepada orang-orang di sekitarnya. Tak hanya itu, keluarga mereka juga bisa diteror oleh perusahaan penyedia pinjol ilegal ini. Nyawa pun bisa melayang, ketika peminjam utang tak tahan diteror oleh penagih.

Baca Juga: ‘Catatan Si Boy’ Versi 2023 dan Fantasi Tentang Dream Boy

Selain itu, perkembangan teknologi digital juga telah menyentuh hubungan personal antar manusia. Orang-orang yang tak saling mengenal bisa menjalin hubungan romantis setelah bertemu dalam aplikasi kencan. Sekalipun tak pernah bertemu langsung, mereka tetap bisa menjalin hubungan yang cukup intim, bahkan bertukar data pribadi, seperti alamat rumah hingga foto dan video yang bernuansa seksual.

Bagi Dina yang merasa kehidupan nyatanya begitu kering dan menjemukan, penuh dengan eksploitase seksual, dunia maya adalah tempat yang hijau, sejuk, dan damai. Perempuan yang diterpa berbagai masalah hidup itu merasa lebih aman dan nyaman hidup di dunia maya, alih-alih di dunia nyata. Begitu Pula, ia merasa orang-orang di dunia maya lebih bisa dipercaya dan diandalkan.

Sayangnya, patriarki tak hanya hidup di dunia nyata, tapi juga dunia maya.

Perempuan pun rentan menjadi korban kekerasan berbasis gender online (KBGO). Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) mencatat pada 2022 terdapat 440 kasus KBGO. Ancaman penyebaran gambar atau foto yang bernuansa seksual merupakan bentuk KBGO yang paling sering terjadi, yakni 212 kasus.

Sleep Call menunjukkan bahwa perkembangan teknologi digital juga bisa mempertajam kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Sebagai penagih utang, Dina merasa mau tak mau menagih utang peminjam, sekalipun ia merasa tak tega. Dina harus mengesampingkan empatinya demi bisa mempertahankan hidupnya sendiri. Sementara itu, bos Dina justru mendapatkan banyak uang dari setiap kesulitan Dian menawarkan dan menagih utang peminjam. Dina jadi korban eksploitasi seksual.

Shinta Memenangkan Perangnya Sendiri

Dalam film ini, Dina yang lahir dan besar di tengah masyarakat yang patriarkis sempat berpikir ia akan diselamatkan oleh seorang laki-laki. Hal ini sebagaimana Shinta yang diselamatkan oleh Rama dari penculikan Rahwana dalam epic Ramayana–yang sempat dibacakan oleh tokoh cameo perempuan dalam film ini.

Namun ia malah disakiti berkali-kali karena terus dipandang hanya sebagai objek pemuas nafsu. 

Pada akhirnya, ia menggunakan caranya sendiri untuk menyelamatkan diri. Dina menjelma Shinta yang tak lagi diselamatkan oleh Rama, tapi menyelamatkan dirinya sendiri.

Selain mencoba menulis ulang epic Ramayana, film ini juga menyediakan kejutan-kejutan balas dendam sebagai kekuatan perempuan dalam jalinan ceritanya. Sekalipun bergenre thriller psikologis yang mengaduk-aduk emosi penonton, Sleep Call tak lupa menyelipkan lawakan-lawakan yang mengendurkan ketegangan. 

Semuanya dilengkapi oleh akting Laura Basuki yang memukau.

Selain Laura Basuki (Dina), para pemarin film ‘Sleep Call’ ini di antaranya Della Dartyan (Bella), Rachel Vennya (Nur), Erica Karlina, Niken Anjani, Juan Bio One (Rama), Kristo Immanuel (Bayu), dan Bront Palarae (Tommy).

Dalam film ini, Susanti Dewi juga berperan sebagai produser. Sementara nama Shopie Louisa juga ada di nama penyumbang cerita di film ‘Sleep Call’ ini. Dia adanya anak dari Fajar Nugros dan Susanti Dewi yang menjadi inspirasi film ini. Ide cerita ‘Sleep Call’ terinspirasi dari rutinitas sleep call yang dilakukan Shopie.

Sumber foto: YouTube CINEMA 21

Sanya Dinda

Sehari-hari bekerja sebagai pekerja media di salah satu media di Jakarta
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!