Film Dhak-Dhak, Petualangan 4 Perempuan Dobrak Stereotip Lewat Motor Gede

Naik motor gede (moge) dianggap manly dan bukan untuk perempuan. Berbagai stereotip gender membelenggu perempuan seperti dianggap tak cakap otomotif, tak bisa menjaga diri, sampai jadi objek yang pantas dilecehkan. Tapi, para perempuan di film Bollywood ini mendobrak itu.

Sutradara-penulis Tarun Dudeja dan Parijat Joshi memulai cerita dari protagonisnya Sky (Fatima Sana Shaikh) seorang YouTuber dengan kegemaran sepeda motor, gadget, dan travelling, mengalami kekerasan di media sosial dengan foto telanjangnya yang dicuri hacker. Dia mengincar untuk meliput pameran otomotif Barcelona yang menjadi impiannya. Untuk itu dia harus membuat cerita perempuan dengan motor gede.

Secara tidak sengaja, dia menemukan Mahi (Ratna Pathak Shah), dan meliputnya, sebagai perempuan tua yang naik motor gede. Mahi sendiri memenangkan hadiah motor gede dari mengumpulkan kupon dan berusaha menukarnya dengan microwave. 

Pada akhirnya dia belajar mengendarai motor gede itu dan menemukan kesenangan tersendiri. Mahi memiliki impian berkendara ke Khardung La, salah satu jalan raya tertinggi di dunia untuk kendaraan bermotor yang dilihatnya dari majalah otomotif. Pertemuannya dengan Sky membuat dia semangat dan mengajak sky untuk melakukan perjalanan itu.

Pertama Sky menolak dan menganggap itu adalah ide gila, tetapi akhirnya dia berubah pikiran dan menganggap ini adalah peluangnya untuk mencapai impian berangkat ke Barcelona. 

Dia menawarkan ide cerita perjalanan empat perempuan mengendarai motor gede dan disetujui. 

Baca Juga: Film ‘Tiger Stripes’ Gejolak Remaja Lawan Mitos Menstruasi

Ketika hendak menservis motor Mahi mereka ditolak karena perempuan, lalu bertemu dengan Uzma (Dia Mirza). Uzma yang sebenarnya pemilik bengkel motor yang sudah turun temurun tetapi bengkel itu dikelola suaminya karena dianggap perempuan tidak mengerti soal bengkel. 

Suaminya juga tidak pernah menghargai Uzma dan memperlakukan Uzma dengan tidak baik.

Uzma bertemu dengan mereka di bengkelnya, ketika suaminya menolak memperbaiki motor Mahi. Dia membuntuti mereka dan memperbaiki motor Mahi dan berhasil. Lalu Sky menawari Uzma untuk ikut dalam perjalanan mereka karena butuh seorang yang mengerti dan bisa memperbaiki motor. 

Uzma menolak karena takut dengan suaminya dan Sky menawarkan uang agar Uzma ikut. akhirnya Uzma setuju ikut setelah suaminya menolak membelikan laptop untuk puteri mereka. 

Peserta ke empat adalah Manjari (Sanjana Sanghi). Ia adalah gadis yang selalu dilindungi oleh ibu tunggal dan akan dinikahkan dengan pria yg tidak pernah dia temui. Dengan bantuan sepupunya dia mengikuti perjalanan ini.

Baca Juga: “The Desperate Hour” Aksi Ibu Tunggal Selamatkan Anaknya dari Sandera

Perjalanan yang membutuhkan waktu tujuh hari ini membuat mereka menemukan diri mereka. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana stereotype tentang perempuan di dunia patriarki. Bagaimana kesulitan perempuan dalam perjalanan ketika menghadapi catcalling dari pengendara motor lain. Bagaimana sulitnya menemukan toilet untuk pipis. 

Ada  adegan yang diambil dengan baik tentang permasalahan seksual perempuan yang sering dianggap tabu. 

Saat mereka bermalam di penginapan, mereka makan kue yang ada campuran yang bisa memabukan dan minuman rum sehingga mabuk. Mereka berempat berbicara tentang berpura-pura orgasme, rasa kondom yang disukai dan tidak pernah dicium, hal itu menunjukkan kerentanan mereka, dan pada saat yang sama, membiarkan mereka menelanjangi jiwa mereka dan terhubung satu sama lain tanpa hambatan apa pun. Namun, ada satu pertanyaan di sini: Mengapa kita selalu perlu menunjukkan bahwa perempuan berada di bawah pengaruh suatu zat atau alkohol agar dapat mengutarakan pikiran dan hatinya?

Dhak Dhak juga memiliki beberapa momen yang mengharukan, ketika para perempuan ini mencari pencerahan dan menemukan dari orang asing, nasihat tersebut membantu mereka menavigasi masa depan. 

Baca Juga: ‘Orde Baru Itu Masih Ada, Hanya Berganti Jas’: Film ‘Eksil’ Ceritakan Nasib Diaspora Penyintas 1965

Pertemuan Sky dari hati ke hati dengan seorang biksu, momen penyelamatan Manjari dengan seorang sopir truk, yang menyuruhnya mencari solusi daripada fokus pada masalah, dan pertemuan Mahi dengan orang asing, yang membantu sepedanya, termasuk di antara momen-momen mengharukan di dunia. film.

Sebagai penggemar motor gede dan ingin melakukan touring keliling Indonesia, film ini sangat outstanding. Selama ini jarang sekali melihat klub motor yang ada perempuannya. Naik motor gede dianggap manly dan bukan untuk perempuan. 

Ketika saya mengatakan mau naik motor gede ke Bali, banyak reaksi teman saya yang melarang dan menganggap bahaya. Bagi saya naik motor itu membebaskan, kita seperti mengendalikan hidup kita sendiri merasakan sensasi angin yang menerpa wajah kita. 

Bagi saya berpetualang melakukan perjalanan tidak harus melihat usia, gender, atau status tetapi bagaimana kita menikmati perjalanan dan tantangan itu.  

(Sumber Gambar: Instagram Viacom18 Studios)

Poedjiati Tan

Psikolog, aktivis perempuan dan manager sosial media www.Konde.co. Pernah menjadi representative ILGA ASIA dan ILGA World Board. Penulis buku “Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri.”
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!