Film ‘Tiger Stripes’ Gejolak Remaja Lawan Mitos Menstruasi

Apa jadinya jika mitos-mitos seputar menstruasi masih langgeng di tengah masyarakat? Seorang remaja perempuan menghadapi perundungan, ancaman, bahkan sampai pelanggaran privasi akibat minimnya pemahaman dan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi ini.

Di sebuah sekolah berbasis agama di Malaysia, ada tiga perempuan menuju usia remaja berteman. Mereka adalah Zaffan (Zafreen Zairizal) Farah (Deena Ezral), dan Piqa (Mariam). 

Mereka bertiga tampak asik dengan bercanda di ruangan kamar mandi. Satu sama lain, terlihat ketawa-ketiwi. Dari tempat yang juga biasa buat ruang ganti itu, Zaffan melepaskan seragam dan jilbabnya. Di momen itu, Ia juga sempat memamerkan miniset yang sedang dia gunakan.

Tiba-tiba, Farah mendorong Zaffan dan membentaknya. Farah menyalahkan penampilan Zaffan, yang terlihat jadi berbeda karena sudah mengenakan miniset atau training bra. Farah menganggap remaja seusianya belum saatnya mengenakan bra. Jilbab saja sudah cukup menutupi bagian dada. 

Karena respons Farrah yang mengagetkannya itu, Zaffan pun akhirnya melepas miniset tersebut. Zaffan merasa sangat malu karena menggunakan miniset yang dipandang orang lain aneh. Ia benar-benar tidak menyangka dan tidak tahu soal ini. 

Tidak ada yang menerangkan secara jelas kepada Zaffan, bahwa miniset ini biasanya memang dikenalkan kepada remaja perempuan sebelum menggunakan bra atau BH (breast holding). Miniset bisa digunakan ketika remaja putri menunjukkan tanda-tanda perkembangan pada bagian payudaranya, sekitar usia 8-10 tahun.

Bagi perempuan, bra ini merupakan salah satu pakaian yang penting untuk menyangga atau menutupi payudara. Dalam hal ini, miniset memang direkomendasikan untuk remaja perempuan karena tidak terlalu menyokong payudara.

Zaffan juga tidak tahu bahwa semestinya tidak ada batasan usia minimal untuk memakai miniset. Yang terpenting ketika perempuan sudah merasa tidak nyaman pada bagian dada saat sedang berlari, melompat, atau melakukan aktivitas tertentu. 

Cerita soal Zaffan kemudian berlanjut pada pengalaman menstruasi pertamanya di masa remaja. Ketidaktahuannya–dan teman-temannya–soal menstruasi juga membawa pada berbagai masalah, termasuk perundungan sampai pelanggaran privasi. Dari sinilah konflik demi konflik dalam Tiger Stripes mulai muncul.

Mitos Menstruasi: Dianggap Kotor, Menjijikkan, Mengundang Setan

Suatu malam, Zaffan terbangun dari tidurnya. Ia kaget melihat banyak darah di sprei tempat tidurnya. Sontak Zaffan langsung menepi dan memanggil ibunya. Alih-alih menenangkan Zaffan dan memberikan pembalut, ibunya justru mengajak Zaffan ke kamar mandi. Malam itu juga, Zaffan harus mandi karena dianggap kotor.

Dalam pikiran Zaffan sudah terpatri bahwa menstruasi adalah kotor. Maka, ia harus mencuci pembalut sampai benar-benar bersih. Perilakunya sampai pada membuang pembalut ke kloset, bukan ke tempat sampah. Dengan begitu, pembalut cepat hilang dari pandangan matanya.

Zaffan juga melakukan hal serupa saat berada di sekolah. Airnya mengalir hingga keluar dari kamar mandi. Farah dan Mariam kebingungan akan perilaku Zaffan yang aneh tersebut.

Mereka juga mencari berita-berita terkait menstruasi. Pengetahuan yang minim serta kemampuan literasi yang rendah justru menjebloskan mereka dalam pemahaman yang salah. Alih-alih mencari tahu soal menstruasi, mereka malah mengonsumsi informasi yang memperkuat mitos-mitos seputar menstruasi. 

Baca Juga: Film ‘La Luna’ Saat Toko Lingerie Jadi Ruang Aman Perempuan Korban Kekerasan

Salah satu mitos yang Ia percayai soal menstruasi yang berhubungan dengan hal mistis. Zaffan yang semula sering bermain di hutan, menjadi takut berada di sana karena menstruasi dianggap “mengundang” makhluk halus. Apalagi, setelah Zaffan melihat seorang perempuan yang duduk di atas pohon, mengayunkan kaki sambil menatap ke arahnya.

Ia juga tidak bisa lagi mengikuti pelajaran agama ketika berada di sekolah. Ia jadi lebih sering menyendiri di kantin sekolah sampai jam pelajaran agama selesai. Hal tersebut yang membuat Zaffan perlahan dijauhi teman-temannya, termasuk Farah dan Mariam.

Suatu ketika, Zaffan mendengar Farah yang sedang menggunjingnya di kamar mandi. Menurutnya, badan Zaffan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Bahkan, Farah menyamakan aroma tubuh Zaffan amis seperti ikan. Tentu saja ucapan tersebut membuat Zaffan sakit hati.

Munculnya aroma tubuh yang tidak sedap ini bukan tanpa alasan. Hal tersebut lantaran adanya perubahan hormon selama menstruasi. Hormon ini juga dapat menyebabkan tumbuh rambut di area ketiak dan produksi keringat yang meningkat. Jika dibiarkan, maka dapat menimbulkan bau tidak sedap.

Pengalaman menstruasi pertama Zaffan memberi kesan tidak baik. Ia dijauhi dan menjadi topik obrolan di sekolah hanya karena menjadi siswi pertama yang mengalami menstruasi. Zaffan dianggap berbeda dan aneh. Zaffan yang awalnya penuh keceriaan berubah menjadi pendiam dan sering menyendiri.

Sulitnya Melawan Mitos Menstruasi

Meski masa menstruasi Zaffan sudah berakhir, tetapi tidak dengan perundungan yang menimpanya. Saat sedang berkemah, salah satu teman Zaffan menjerit dari dalam tenda. Ia mengaku melihat setan saat sedang kencing. Keesokan harinya, salah seorang siswi juga hilang.

Farah dan teman-temannya langsung menyalahkan Zaffan. Mereka menyebut Zaffan sebagai biang masalah karena setan akan mengikuti perempuan yang sedang menstruasi. 

Lagi-lagi tidak ada yang membela dan menemani Zaffan. Ia terpaksa berpisah rombongan saat akan mencari siswi yang hilang karena tidak ada yang mau bersama Zaffan. Meski begitu, Zaffan justru berhasil menemukan siswi tersebut yang ternyata berada di atas pohon.

Zaffan diperlakukan tidak adil oleh teman-temannya. Termasuk saat Zaffan memiliki nilai teratas di kelas.

Baca Juga: Film ‘OOTD’: Impian Birmingham dan Cerita Di Balik Layar Fashion Designer 

Farah dan teman-temannya tidak terima dengan prestasi yang diperolehnya. Mereka lantas melakukan kekerasan terhadap Zaffan saat berada di kamar mandi. Ia didorong, dipegang tangan dan kakinya, ditampar, dan dipukul. Bahkan isi tas dan buku diary-nya pun dibuka paksa.

Perilaku ini tentu membuat Zaffan tampak marah. Ia langsung berlari menuju ujung kamar mandi, sementara teman-temannya berteriak tanpa henti. Keadaannya kacau, semua berantakan, situasi semakin mencekam. Para guru cukup kesulitan menghentikan teriakan para siswi.

Tindakan yang dilakukan oleh teman-teman Zaffan memang sudah keterlaluan. Perundungan secara fisik dan non-fisik yang dialaminya selama ini hanya bisa dipendam tanpa tahu harus meluapkannya ke mana. Orang tua Zaffan yang kasar seolah tak peduli akan situasi sulit yang tengah dihadapinya.

Hak Privasi yang Dilanggar

Alih-alih berkomunikasi dengan korban dan pelaku perundungan, pihak sekolah langsung mendatangkan “orang pintar” untuk menyelesaikan kekacauan tersebut. Satu per satu anak yang berteriak mulai dibacakan doa, berharap setelah ini tak ada lagi kerasukan massal terjadi di sekolah.

Hal serupa juga dilakukan oleh orang tua Zaffan. Mereka memanggil Dr. Rahim (Shaheizy Sam) untuk “menyembuhkan” Zaffan. Kepiawaiannya mengusir roh halus membuat Dr. Rahim banyak dikenal orang-orang. Bahkan, ia juga mengizinkan mereka untuk merekam dan mengunggah aktivitas Dr. Rahim.

Dr. Rahim melakukan itu tanpa persetujuan dari Zaffan dan orang tuanya. Identitas mereka sangat mudah tersebar di media sosial dan mampu memberi dampak negatif di kemudian hari.

Baca Juga: “The Desperate Hour” Aksi Ibu Tunggal Selamatkan Anaknya dari Sandera

Film Tiger Stripes juga banyak menampilkan fenomena-fenomena zaman sekarang. Seseorang bisa seenaknya merekam tanpa persetujuan. Hal ini tentu melanggar privasi orang lain. Apalagi jika peristiwa yang direkam seperti perundungan hingga aksi mistis yang memicu kontroversi netizen.

Tiger Stripes tidak hanya bicara soal tabunya bicara menstruasi, tetapi juga dampak negatif perundungan. 

Lalu, bagaimana Zaffan melalui semua itu di masa remajanya? 

Film bergenre horor fantasi ini menarik untuk ditonton. Selain ceritanya yang kompleks, terdapat pula nilai-nilai yang bisa dipelajari bersama. Jadi, tunggu apalagi? 

(Sumber Gambar: Instagram Kawan-Kawan Media)

Rustiningsih Dian Puspitasari

Reporter Konde.co.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!