Anak Berhak Tahu tentang Seks dan Alat Reproduksi Manusia

Poedjiati Tan – www.konde.co

Beberapa hari ini media sosial ramai membicarakan buku pelajaran biologi kelas serta
buku olahraga dan kesehatan untuk kelas VI SD yang dianggap vulgar dan cabul di Pasaman-Padang,
sehingga pihak kepolisian harus menyita buku pelajaran tersebut. Bila ditilik
dari buku pelajaran itu menjelaskan tentang pubertas dan alat reproduksi
manusia baik laki-laki maupun perempuan dan yang satunya adalah pertanyaan
pilihan ganda tentang nama alat kelamin laki-laki dan perempuan. 

Bila buku pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang reproduksi manusia
dianggap vulgar dan cabul maka anak-anak Indonesia dalam bahaya kekerasan
seksual. Seperti kita ketahui Orang tua sering merasa jengah atau tabu untuk
membicarakan tentang alat reproduksi manusia atau pengetahuan dasar tentang
seksualitas kepada anaknya. Dengan harapan pihak sekolah yang akan
mengajarkannya. Apa yang akan terjadi bila isntitusi pendidikanpun menganggap
pelajaran tentang alat reproduksi dan seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang
vulgar dan cabul?

Anak-anak selalu mempunyai keinginan tahu yang besar dan sering kali merasa
kebingungan, misalnya anak laki-laki bingung kenapa tubuhnya berbeda dengan
adiknya yang perempuan.   Ketika mereka
bertanya kepada orang tuanya, mereka mempunyai kecenderungan untuk mengganti
nama alat kelamin manusia dengan berbagai macam istilah, atau mereka marahi
anaknya dan melarang bertanya hal tersebut dan mengatakan, Dosa!

Mereka sering beranggapan bahwa memberikan pelajaran seks atau pengetahuan
tentang reproduksi kepada anak akan membuat mereka menjadi kencanduan seks atau
mendorong mereka melakukan hubungan seks atau seks bebas. Padahal menurut Para
ahli bahwa pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja justru tidak mendorong
mereka melakukan seks sebelum menikah atau seks tidak sehat,” seperti yang
disampaikan Penasihat Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Badan
Pendanaan Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa Regional Asia Pasifik
Josephine.

Data Catatan tahunan 2016 Komnas Perempuan, Kekerasan Seksual yang terjadi
di Ranah Personal, dari jumlah kasus sebesar 321.752, maka kekerasan seksual
menempati peringkat dua, yaitu dalam bentuk perkosaan sebanyak 72% (2.399
kasus), dalam bentuk pencabulan sebanyak 18% (601 kasus), dan pelecehan seksual
5% (166 kasus). Ranah Publik, dari data sebanyak 31% (5.002 kasus) maka jenis
kekerasan terhadap perempuan tertinggi adalah kekerasan seksual (61%).
Kekerasan seksual di Indonesia terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Kurangnya pengetahuan tentang reproduksi manusia, kesehatan rproduksi dan
seksualitas menyebabkan anak dan remaja menjadi korban kekerasan seksual.
Memberikan pengetahuan tentang alat kelamin dengan benar kepada anak, misal memberitahu
siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuh, memegang dan apa namanya alat
kelamin mereka, bisa menjauhkan mereka dalam bahaya kekerasan seksual.

Begitu pula ketika anak-anak memasuki usia remaja dan akil balik, mereka
diberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Menurut Josephine, mengutip
data penelitian, pendidikan kesehatan reproduksi bermutu justru menunda
hubungan seksual remaja untuk pertama kali hingga 37 persen, menurunkan
frekuensi hubungan seksual remaja sebanyak 31 persen, dan mengurangi hingga 44
persen kebiasaan remaja berganti-ganti pasangan seks. Pendidikan seks yang
benar bisa mencegah remaja dari perilaku seks bebas, kehamilan tidak
diinginkan, aborsi, pemerkosaan, hingga penularan penyakit seksual.

Ketika pelajaran biologi, pelajaran kesehatan, reproduksi manusia dianggap
sebagai hal yang vulgar, cabul dan ditabukan, sementara sarana pencarian
informasi melalui dunia maya begitu mudah diakses, maka mereka akan mendapatkan
informasi tentang seksualitas dari sumber yang salah. Hal ini akan membuka
peluang anak-anak terperosok pada industri pronografi dan tidak menutup kemungkinan
pada perdagangan anak untuk industri seksual. 
    

Sumber

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/pendidikan-seks-bukan-tabu

http://jpnn.com/read/2016/10/06/472249/Lima-Buku-IPA-SD-Berisi-Konten-Vulgar-Disita-Polisi-

http://www.wawker.com/2016/10/buku-pelajaran-sd-kembali-memuat-konten.html

gambar : 

THORI/PADANG
EKSPRES/JPNN.com

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!