Menodong Biar Dapat Gratisan?

Sica Harum – www.Konde.co

Saat peluncuran buku, biasanya orang cari buku gratisan. Betul enggak sih?

Saat masih bekerja di media yang dulu, saya sering dapat barang gratisan, termasuk buku-buku baru. Enggak minta dan tentu saja enggak nolak. Bahkan tanpa ada peluncuran buku pun, setiap Rabu selalu ada tumpukan buku baru di meja kerja.

Namun belakangan, ketika tak lagi banyak melakukan liputan, dan masih sering ke acara peluncuran buku, rasanya ada yang salah ketika menerima buku gratisan dari si penulis. Dan kalau enggak dapat, rasanya enggak mungkin banget buat bilang, “Gue kan temen lo. Masa enggak dapat gratis?”

Bok! Kalau si penulis itu punya temen 100 orang dan semuanya dikasi gratis karena friends, trus siapa yang beli? Justru kalo lo temennya, makanya lo kudu beli deh tuh buku. Sebab si penulis yang nulis buku itu butuh waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Kurang tidur, bergelut dengan pikirannya, dan mungkin minum kopi bergelas-gelas. Walaupun kopi sachet-an, ya tetep butuh modal.

Lalu ketika sudah jadi, situ yang merasa temen jadi berhak minta gratisan? #uhuk

Di suatu sore sembari menanti hujan reda, seorang teman yang penulis bilang, “Mental gratisan bok. Minta subsidi mulu. Sama-sama rakyat, padahal.”

Rupanya baru saja kejadian sama dia. Sejumlah temannya mengucapkan selamat atas buku baru yang akan launching minggu depan, sembari titip pesan buat dibawakan buku gratisan saat mereka hadir kelak.

Memberi dukungan sebagai teman, memang tak selalu dalam bentuk materi. Bisa saja kita kasih senyuman saat si teman butuh. Kasih pelukan saat si teman runtuh. Kasih dukungan saat si teman jatuh.

Tapi kalau temanmu berkarya, ya mbok yao jangan ke-GR-an bahwa situ sangat berharga buat minta gratisan. Bayar kalau memang ingin menikmati karyanya. Harga buku tak semahal yang kita pikirkan. Kalau masih terasa mahal, mungkin kita yang kurang
ikhtiar. Hehehe.

Apalagi sama penulis buku perempuan.

Harus dihargai.

Ya wes, begitu.

Biar penulis perempuan khususnya makin semangat berkarya enggak sibuk mikirin makan apa dan gimana anaknya sekolah. Kalau bisa begitu, idealnya, mereka jadi terus produktif Menghasilkan buku-buku bermutu. Yang senang, kan kita juga.

Jadi berhentilah nodong buku gratisan. Apalagi kalo kamu adalah teman dekatnya.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!