Pekerjaan Domestik yang Tak Pernah Dianggap sebagai Sebuah Kerja

Luviana- www.Konde.co

Dalam sebuah rapat untuk mempersiapkan pelaksanaan “festival pekerja zaman now” yang akan diadakan pada tanggal Sabtu dan Minggu, 21-22 April 2018 di LBH Jakarta, kami mendiskusikan makna pekerjaan seorang ibu di rumah. Mengapa pekerjaan domestik yang dikerjakan seorang ibu di rumah tidak pernah diakui sebagai sebuah pekerjaan?

Selama ini pekerjaan ibu di rumah tak pernah diidentifikasikan sebagai sebuah kerja. Di Kartu Tanda Penduduk (KTP), dalam kolom pekerjaan, pekerjaan ibu selalu tak pernah ditulis. Atau jika ditulis sebagai ibu rumah tanggapun, ini tak pernah dianggap sebagai sebuah kerja.

Hal lainnya,tentu anggapan ini kemudian menyebar ke masyarakat, secara turun-temurun hingga kini, bahwa pekerjaan ibu di rumah, secara domestik,tak pernah dianggap sebagai sebuah kerja. Padahal, seorang ibu harus bangun paling pagi untuk mengurus anak dan rumah,hingga mereka pulang dan rumah dalam kondisi baik, menemani mereka belajar sampai tidur. Apakah pekerjaan ibu dianggap sebagai kerja? Tidak pernah.

Pekerjaan domestik selama ini tidak pernah dianggap sebagai sebuah kerja. Feminis, Adrienne Rich menyatakan hal yang sama. Para feminis kontemporer juga menyatakan bahwa konsepsi dominan mengenai kerja membuat rumah menjadi tidak kelihatan.

Jarangnya disebut sebagai sebuah kerja ini kemudian menambah penindasan terhadap perempuan. Feminis, Ann Ferguson dan Nancy Folbre menyatakan bahwa partisipasi dan eksploitase perempuan dalam pekerjaan telah meningkat karena beban pekerjaan domestik. Relasi ini kemudian menguat menjadi penindasan baru ketika tidakdiakuinya kerja-kerja domestik sebagai sebuah kerja.

Pekerjaan domestik sebagai ibu kemudian juga menunjukkan bagaimana pembagian kerja berdasarkan seksual menempatkan pekerjaan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Identifikasi inilah yang kemudian menguat dan terjadi secara terus menerus di tengah publik. Akibatnya seperti sekarang, perempuan yang bekerja di publik selalu masih dituntut untuk mengerjakan semua pekerjaan domestik,karena anggapan yang terus-menerus, bahwa kerja domestik tak pernah dianggap sebagai sebuah kerja.

Padahal menurut feminis Dorothy Smith, kerja perempuan utamanya adalah apa yang disebut sebagai bodily mode karena ia menstranformasikan dunia konkret dan secara langsung. Sedangkan kerja laki-laki disebut Dorothy Smith sebagai model ‘konseptual abstrak’ yang merupakan model pengaturan masyarakat.

Anggapan inilah yang dikritik keras oleh Dorothy Smith, jika kerja domestik tak pernah dianggap sebagai kerja, maka konsep ini kemudian semakin melanggengkan dominasi laki-laki.

Ibu Adalah Buruh di Rumah

Wacana ibu sebagai buruh kemudian juga didiskusikan dalam beberapa forum yang saya ikuti, yaitu bagaimana selanjutnya ibu harus dianggap sebagai buruh. Jika kita mengakui pekerjaan domestik sebagai sebuah pekerjaan, maka kita harus mengakui bahwa ibu adalah seorang buruh.

Jika ibu dianggap sebagai buruh,maka ibu harus mendapatkan gaji sebagaimana kerja-kerja publik. Pekerjaan ibu harus dihitung selayaknya pekerjaan publik: berapa lama ia bekerja? Apakah ia mendapatkan waktu libur? karena biasanya pekerjaan ibu di rumah tak pernah mengenal waktu libur sebagaimana pekerjaan publik, jika ibu ingin istirahat, apakah ada waktu untuk ini?

Para sejarawan feminis menunjukkan bahwa kerja-kerja perempuan di rumah telah menopang kehidupan komunitas dan pekerjaan industri, maka kerja perempuan harus dilihat dalam konteks ekonomi dan keluarga.

Feminis sosialis yang menekankan pada aspek gender dan ekonomis dalam penindasan atas perempuan menyebut bahwa aktivitas yang dikerjakan perempuan secara terus menerus ini tidak melibatkan pertukaran uang. perempuan memberikan tenaga dan waktu yang berharga namun tidak pernah menerima upah atas kerja domestik mereka.

Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi wacana bagi perjuangan buruh, untuk mengakui pekerjaan ibu sebagai sebuah kerja,dan mengakui ibu sebagai buruh.

Jika tidak, maka ketakutan Dorothy Smith akan terus terjadi bahwa pekerjaan yang dikerjakan ibu secara susah payah,akan semakin melanggengkan dominasi laki-laki dan publik yang tak pernah menganggap pekerjaan domestik sebagai sebuah kerja.

Wacana soal ibu sebagai buruh ini juga akan dibahas dalam festival pekerja (festivalpekerja.com) yang akan diadakan di LBH Jakarta pada Sabtu dan Minggu, 21-22 April 2018.

(Foto/Ilustrasi: Pixabay)

(Referensi: Dictionary of Feminist Thesory,Maggie Humm)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!