Yuk, Belanja ke Pasar Tradisional

Luviana – www.konde.co

Konde.co, Jakarta – Kira-kira 3 minggu lalu, saya mendapat kiriman lewat
whats app soal kampanye : Yuk, Belanja ke pasar tradisional. Banyak teman yang
kemudian berkomentar positif dan mengajak yang lainnya untuk kembali belanja ke
pasar tradisional. Tak hanya itu, namun kemudian teman-teman juga menyebarkan
kampanye ini ke jaringan-jaringan yang lain. Jadilah, kampanye ini menyebar
kemana-mana dan menjadi perbincangan hangat di sosial media. Ada yang rindu ke
pasar tradisional, namun banyak pula yang menyatakan bahwa setiap hari, jika
tidak ke pasar tradisional, mereka selalu berbelanja di warung-warung sayur di
dekat rumah mereka.

Ada sejumlah situs yang memang rajin melakukan kampanye ajakan untuk ke
pasar tradisional, rata-rata situs ini menuliskan keuntungan apa saja yang bisa
kita peroleh ketika kita datang ke pasar tradisional. Salah satu situs yang
mengkampanyekan ini adalah:
www.livingwell.co.id.
Mereka menuliskan:
 

“Di era digital yang serba modern ini, mungkin banyak
orang yang enggan melangkahkan kakinya ke pasar tradisional. Pasar tradisional
memang identik dengan kusam, bau dan becek sehingga mayoritas orang lebih
memilih belanja di supermarket atau pusat perbelanjaan modern. Padahal
faktanya, banyak pasar tradisional yang kini telah direvitalisasi menjadi
tempat jual beli yang bersih, aman dan nyaman. Apalagi pasar tradisional
menawarkan banyak keuntungan dan kemudahan bagi pembeli yang tidak dimiliki
pasar yang modern. Apa saja keuntungannya?.

Selain lengkap dan murah, semuanya bisa didapat
di pasar. Dari rempah-rempah hingga buku tulis yang tak kalah dengan pasar
modern seperti mall. Pasar tradisional juga murah. Selain murah, kita juga bisa
menawar disana. Proses tawar-menawar ini juga menumbuhkan interaksi sosial
antara pembeli dan penjual. Hal ini tentu tak terjadi ketika kita belanja di
pasar modern.

Di pasar tradisional juga tempat gudangnya sayur
dan buah-buah segar. Kita juga tak perlu antri untuk membayarnya. Jadi bisa
hemat waktu.Selain itu tentu saja, di pasar tradisional kita
bisa membantu usaha kecil disana, membantu para ibu-ibu pedagang yang berjualan
di pasar.” 

Begitulah, kampanye-kampanye seperti ini akhirnya
menyebar kemana-mana dan menjadi perbincangan hangat.

Perempuan
Pedagang Pasar

Perempuan-perempuan yang berdagang di pasar rata-rata
adalah perempuan yang harus menghidupi keluarganya. Dengan berdagang, mereka
bisa mencari uang sendiri. 

Data dari organisasi Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga (PEKKA) menunjukkan bahwa para perempuan yang berada di bawah
sejahtera di Indonesia bekerja sebagai buruh, tani dan pedagang. Salah satunya,
tentu para perempuan yang berdagang di pasar.

Rata-rata para ibu pedagang pasar ini berusia
produktif, mempunyai tingkat pendidikan formal yang kurang dan mempunyai modal
yang kecil. Namun para ibu ini adalah perempuan yang mempunyai kemauan dan
kemampuan kuat untuk berjuang memperbaiki ekonomi keluarga, berjuang bagi anak-anaknya agar
keluar dari kemiskinan.

Data dari Yayasan Akatiga menyebutkan bahwa para
perempuan pedagang ini rata-rata beraktivitas di pasar setiap hari, beriteraksi
yang dihubungkan dengan ikatan kekerabatan dan pertemanan yang kuat.  Hal inilah yang menghubungkan para perempuan
pedagang dengan dunia luar sekaligus memperjuangkan ekonomi keluarga.

Dalam beriteraksi sosial, para pedagang perempuan
rata-rata mempunyai relasi yang sangat baik dengan pedagang lainnya. Mereka
berteman, tak hanya di pasar. Jadi jika ada yang menikahkan anaknya, selametan
atau ada yang meninggal dan kesusahan mereka saling membantu. Penelitian yang
dilakukan yayasan Akatiga menyebutkan bahwa pola pertemanan diantara mereka
selalu terjalin baik.

Di pasar tak hanya perempuan pedagang saja yang
harus kita perjuangkan nasibnya. Disana juga ada para perempuan buruh gendong
yang bekerja untuk menaik turunkan barang-barang para pedagang. Mereka bekerja
dari dini hari hingga siang ketika pasar mulai tutup dan diberikan upah setiap
menaik turunkan barang. Para perempuan ini juga berjuang keras untuk
memperbaiki ekonomi keluarga. 

Jadi, tak hanya berkampanye: Yuk, belanja ke
pasar tradisional saja yang bisa kita lakukan ketika kita kesana, namun kita
juga bisa membantu usaha yang dilakukan para perempuan pedagang dan perempuan
buruh gendong dengan belanja di pasar tradisional. Jika bukan sekarang, kapan
lagi?

(Foto: www.livingwell.co.id dan lenguhlara.blogspot.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!