Samantha, Perempuan Muda Pecinta Museum

Samntaha Aditya saat memandu Malioberen

Sumber foto : Instagram Malam Museum

Febriana Sinta-www.konde.co

Jogjakarta,www.konde.co – Jika anda datang Ke kota jogja , jangan lupa ikut komunitas Malam Museum jalan – jalan di Malioboro. Komunitas yang digawangi oleh perempuan muda, Samantha Adtya ini akan mengajak anda berjalan – jalan di sepanjang Malioboro, sekaligus memberikan informasi tentang sejarah  beserta bangunan cagar budaya di pusat kota Jogja itu.

Sam, panggilan Samantha Adiyta mengatakan gagasan jalan – jalan atau plesiran di Malioboro yang dikenal dengan nama Malioberen ini muncul karena selama ini Malioboro hanya dikenal sebagai pusat kota dan tempat berbelanja, namun hanya sedikit yang mengetahui tentang sejarah dan filosofi Malioboro.

Bersama rekan satu timnya Edwin Djunaedy, setiap hari Sabtu pukul 16.00 – 17.00 WIB Samantha siap menjadi guide bagi siapa saja yang akan bergabung.

“Malioberen itu semacam wisata edukasi untuk mengetahui Malioboro bukan sebagai tempat belanja atau selfie saja, namun juga sebagai tempat yang menyimpan banyak sejarah,” ujar Sam. Kegiatan yang dimulai tahun 2017 ini gratis tanpa dipungut biaya.

Jika anda mau bergabung di kegiatan lainnya, mahasiswi semester akhir Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bersemangat akan mengajak mengunjungi candi, museum dan tempat cagar budaya lainnya. Ada banyak kegiatan yang telah dilakukannya, misalnya bersih – bersih Candi Borobudur, mengunjungi candi – candi yang terlantar , atau memberikan edukasi tempat bersejarah di Jogya yang sudah ditinggalkan.

” Minggu lalu lalu kami ke Stasiun lama Maguwoharjo, kegiatan itu kami namakan kelas heritage.  Kami ceritakan kepada kelompok yang bergabung tentang sejarah stasiun yang telah lama tidak dipakai, memberikan gambaran dahulu seperti apa dan masih banyak lagi.”

Dengan berbekal media sosial Instagram dan Twitter, Samantha dan beberapa relawan lainnya akan memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan. Dia ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk terlibat dalam kegiatan ini.

” Sedih ya rasanya kalau kita sendiri tidak pernah jalan-jalan ke museum, candi dan tempat bernilai sejarah lainnya. Karena menurut saya jalan-jalan atau pacaran tidak harus ke mall , pantai, atau ke bioskop namun juga bisa sambil belajar sejarah dengan mengunjungi cagar budaya.”

Menariknya kegiatan yang dilakukan oleh Samantha ini sebagian besar gratis, dirinya mengaku kegiatan yang dilakoninya bersama teman-teman Malam Museum adalah kegiatan sosial dan tidak ada yang memberikan bayaran. Namun jika kegiatan dilakukan di luar kota, mereka terpaksa mematok harga.

Kelas Heritage di Candi Borobudur

Foto : Febriana Sinta

” Kami sering melakukan kegiatan ke Candi Borobudur atau perjalanan edukasi heritage yang berada di luar kota. Untuk itu kami meminta peserta untuk membayar sekitar Rp 35.000 per orang. Uang itu kami gunakan untuk meminjam bus, tiket masuk,dan untuk memberikan makan dan minum de peserta,” terang perempuan asal Surabaya ini.

Saat ini Samantha dan tim Malam Museum mempunyai kegiatan unik yang dilakukan di malam hari, yaitu jalan – jalan di museum. Kegiatan ini sering  dilakukan bersama anak – anak bersama keluarganya. Menurut Sam, jalan – jalan malam hari di musuem terinspirasi film Night at The Museum yang berusaha mengajak menikmati musuem di malam hari. Kegiatan yang dimulai dari pukul 17.00 – 21.00 WIB akan diisi dengan permainan , menonton film dokumenter dan tentu saja jalan – jalan di musuem.

” Awalnya banyak yang bilang museum itu kan angker, banyak hantu dan masih banyak. Dengan kegiatan di malam hari kami mencoba menipis anggapan seperti itu,” jelas Sam.

Samantha pun berharap kegiatan-kegiatan  yang dilakukan bersama Malam museum sejak tahun 2012 ini , dapat menarik minat banyak orang melakukan wisata edukasi sejarah.

” Kegiatan yang kami adakan ini fun , tidak serius banget karena kami ingin menjangkau ke semua segmen dari anak – anak hingga orang tua untuk mencintai sejarah dan cagar budaya tidak hanya di Jogja saja, kami berharap di seluruh Indoensia,” pungkas Samantha.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!