Poedjiati Tan – www.konde.co
Ketika ada acara keluarga, semua sepupu cowok saya datang bersama para
istrinya. Pada sebuah pembicaraan, istri kakak sepupu pertama bercerita kalau
suaminya sekarang mau membantu dan bisa masak nasi goreng atau membantu
menyiapkan sarapan setelah hampir 30 tahun menikah.
Lalu istri kakak sepupu
nomer dua langsung bilang “Tuh! Lihat dia sudah bisa membantu lho!
Dan istri kakak kedua mengatakan,” Kalau
dipikir nggak adil lho ya! kita khan sama bekerjanya dari pagi sampai sore, tapi ketika kita pulang, kita masih ngerjain ini itu!
Lalu kakak sepupu saya mengatakan “Itu
khan tugas seorang istri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga!
“Kalau gitu cari Pekerta Rumah Tangga (PRT) saja, jangan cari
istri!,” Sahut saya spontan.
“PRT yang bisa ditiduri!,” Celetuk sepupu yang lain
Lalu sepupu nomer satu tidak mau kalah, “Aku
juga jadi sopirnya dia! Sopir yang bisa niduri!,” Jawabnya.
Terus terang saya jadi ingat sebuah video di Facebook yang di upload oleh
Stirredup dengan judul This man explains to his friend why he doesn’t “help” with the housework
Pada video tersebut menceritakan seorang laki-laki yang sedang kedatangan
tamu, teman laki-lakinya di rumahnya. Ketika dia mengatakan akan mencuci
piring, temannya itu terkejut. Temannya itu mengatakan dia senang kamu membantu
istrimu. Aku tidak membantu istriku sebab ketika aku membantu dia tidak
menghargai. Minggu lalu ketika aku membersihkan lantai dia tidak mengucapkan
terima kasih!
Lalu lak-laki itu mengatakan pada temannya tersebut:
Aku tidak membantu
istriku. Sebenarnya istriku tidak membutuhkan bantuan, dia membutuhkan partner
Aku
tidak membantu istriku membersihkan rumah, aku tinggal disini juga jadi aku
perlu membersihkan juga.
Aku tidak membantu istriku memasak sebab aku juga
butuh makan dan perlu memasak juga.
Aku tidak membantu istriku mencuci piring
setelah makan karena aku juga menggunakan piring tersebut.
Aku tidak membantu
istriku dengan anaknya karena mereka anakku juga dan tugasku adalah sebagai
ayah.
Aku tidak membantu istriku mencuci pakian, seterika atau melipat, karena
itu juga pakaianku dan pakaian anakku. Aku mencuci karena itu pakian kotorku
dan pakaian kotor anakku.
Aku tidak membantu di rumah, Aku bagian dari rumah.
Kapan terakhir kali kamu mengucapkan terima kasih
ketika istrimu membersihkan rumah, mencuci pakaian, mengganti sprei, memandikan anak, memasak dan
melakukan pekerjaan rumah?
Bantulah
istrimu bersikaplah seperti pendamping sejati bukan seperti tamu
Tanpa disadari seringkali para laki-laki yang menjadi suami selalu minta dilayani. Mereka cenderung seperti tamu di rumah sendiri. Mulai dari makan, mencuci pakaian, membuat kopi atau minuman, membersihkan rumah, mendidik anak semua dilimpahkan kepada istri bahkan tidak jarang masih meminta pelayanan ekstra sepeti memijiti suami atau lainnya. Padahal melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih melelahkan secara fisik daripada bekerja di kantor.
Dalam dunia yang patriarkhi sepertinya hal yang umum bila istri mengerjakan
semua pekerjaan rumah tangga dan itu dianggap sebagai kewajiban seorang istri. Para
laki-laki seperti tidak memiliki kesadaran bahwa istrinya adalah
seorang pendamping.
Bila suami menganggap kedudukan istri sama atau sederajat dengan dirinya seharusnya dia juga ikut mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Apakah ini karena suami merasa memiliki kekuasaan terhadap istri dan berkuasa atas rumah dan segala isinya?
Bukankah dia juga tinggal di rumah yang sama kenapa
harus istri yang membersihkan rumah? Pekerjaan rumah tangga bukan soal
pekerjaan perempuan atau pekerjaan laki-laki tetapi pekerjaan bersama suami
istri.
Kalau laki-laki tidak menikah dan tinggal sendirian tentu dia juga harus
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, misalnya membersihkan rumah, mengganti
sprei, mencuci piring bekas dia makan, mencuci pakaiannya sendiri lalu kenapa
ketika menikah kemampuan itu seperti hilang dan dilimpahkan ke istri.
Mungkin ini saatnya kita mendidik anak kita, tidak peduli laki-laki atau
perempuan, untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga secara bersama-sama.
Memutus
budaya patriakhi sejak dini dan dari dalam rumah kita sendiri.