Melly Setyawati – www.konde.co
Masihkah kita mengetahui tentang peran dukun bayi? Untuk di kota besar di Jakarta tentu kesulitan menemukan dukun bayi. Tetapi di kota kecil dan desa – desa masih ada dukun bayi hingga sekarang. Sentuhan tangan hangatdari seorang dukun bayi sangat terasa bagi ibu yang hendak melahirkan. Bahkan dirinya bersedia menemani hingga paska melahirkan, dengan rutin datang ke rumah untuk merawat bayi dan ibu sampai dengan usia selapan (40 hari). Cukup dengan biaya sekitar 150 ribu hingga 250 ribu rupiah saja. Ibu bisa merasa nyaman dalam melewati menjelang melahirkan serta pemulihan paska melahirkan dan merawat sang jabang bayi.
Peran “tangan hangat” seperti dukun bayi memang sangat berguna apalagi jika keluarga dan suami turut serta, mungkin tingkat depresi ibu semakin menurun. Kita dikagetkan dengan kasus ibu depresi yang memutilasi bayinya sendiri.
Kata “doula” berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seorang wanita yang melayani” dan sekarang digunakan untuk merujuk kepada seorang pendamping persalinan profesional terlatih dan berpengalaman. Bidan Yesi, pengelola www.bidankita.com, menyebutkan doula sebagai dukun bayi modern. Yang mempunyai fungsi menenangkan ibu, dalam arti meringankan peran ibu di dalam rumah dengan tangan hangat nya.
Ada 2 organisasi utama doula yakni DONA dan AMANI Birth yang lebih cenderung Islami. Seorang Doula harus mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi Doula Internasional.
Adapun peran Doula dalam proses persalinan adalah: (1) Memberikan dukungan emosional; (2) Membantu ibu agar merasakan nyaman dengan Menggunakan tindakan kenyamanan: pernapasan, relaksasi, gerakan, perubahan posisi; (3) Memberikan informasi kepada ibu hamil da nib bersalin tentang kehamilan dan persalinan; (4) Terus meyakinkan dan menghibur ibu (kata kuncinya adalah doula tidak pernah meninggalkan ibu); dan (5) Membantu ibu menjadi informasi tentang berbagai pilihan kelahiran.
Doula bukanlah baby sitter ini sama halnya dukun bayi yang berperan non medis, sedangkan peran medis tetap harus ke dokter atau bidan. Namun ada beberapa ibu merasa “takut” datang ke dokter atau bidan yang dianggap galak maka peran doula maupun dukun bayi ikut menguatkan dan menenangkan ibu, sebagai teman penolong Ibu. Ini sudah menjadi hak maternitas ibu, untuk mendapatkan kenyamanan.
“Di Indonesia ada 3 orang penggagas Doula yakni Robin Lim di Bali, Bidan Yessie di Klaten dan Mas Reza Gunawan” ungkap Margaretha selaku lulusan workshop AMANI Birth
Pentingnya peran Doula mendorong AMANI Birth mengadakan Breast Feeding Fair, pada tanggal 5 dan 6 November 2016 di Sumarrecon Digital Centre dan Scintie Square Park Serpong. Yang diselenggarakan oleh AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) bekerjasama dengan AMANI Birth.
Ini merupakan upaya alternatif untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Padahal Indonesia mempunyai AKI yang tinggi, pada tahun 2012 AKI naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan AKI pada tahun 2007 yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kementerian Kesehatan sendiri merasa kesulitan menurunkan AKI sesuai dengan target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Uniknya, penulis belum menemukan peran doula ini di dalam laporan kementerian kesehatan. Meskipun pemerintah sudah menjadikan dukun bayi sebagai mitra namun implementasinya di beberapa daerah, dukun bayi menjadi perantara untuk mencari pasien bagi bidan. Mengapa upaya doula bagi ibu ini tidak diadopsi oleh kebijakan negara? Seperti halnya menyediakan fasilitas doula bagi buruh perempuan. Sehingga kenikmatan pelayanan doula tidak hanya didapatkan bagi kelas menengah saja.
Referensi:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf