*Adinda- www.Konde.co
Surat ini kutulis untuk ibu, perempuan yang selalu ada dalam benak dan ingatan. Hari ini adalah hari ibu di Indonesia. Saya senang menerima salam dari teman-teman di penjara. Saya mendapat gantungan kunci mahkota dari Kiki. Seperti kejutan bertemu dengannya di penjara.
Ketika pertama kali melihatnya, saya mengatakan bahwa telah melihatnya sebelumnya dan, ya, saya lakukan beberapa tahun yang lalu bertemu dengannya di sebuah tempat bernama Berriv. Dia adalah teman dari teman saya yang lain.
Sungguh suatu pertemuan yang kebetulan di sini.
Di hari ibu ini, saya mencoba menelepon ibu, tetapi seperti biasa dia tidak pernah mengangkat telepon. Saya merasa sangat sedih. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain menangis. Saya mencoba berbicara kepada Andre dan dia berkata dia akan mencoba untuk berbicara dengan ibu lagi.
Kemarin, saya berbicara dengan Irma untuk pertama kalinya sejak saya tertangkap. Dan saya sangat senang berbicara dengannya. Kemudian, hari ini saya berbicara lagi dan dia berkata bahwa dia sedang mempersiapkan beberapa barang untuk dikirimkan kepada saya melalui teman lelakinya.
Dari semua kesedihan saya berbicara dengannya dan ia memberi saya harapan baik. Dan apa yang dia katakan kemarin memberi saya lebih banyak harapan lagi. Insya Allah itu adalah gong buat saya untuk selalu berada di jalan yang benar.
Kekuatiran saya yang saya dapatkan hingga hari ini adalah ketika saya tidak bisa membaca informasi apapun atau tak mendapatkan kunjungan apapun dari keluarga, inilah yang membuat saya merasa kesepian. Saya merasa, sepertinya mereka tidak memiliki perhatian atau dukungan untuk saya. Di saat seperti ini saya selalu sedih, sangat sedih. Teringat ibu. Apakah ibu mendoakanku di saat-saat anaknya dalam kondisi sulit seperti sekarang ini? Ketika anaknya merasa kesepian yang sangat.
Yang mendukung saya hanya teman. Namun, terima kasih Tuhan karena telah memberi saya teman-teman sejati seperti mereka yang peduli dan mendukung saya, tidak hanya di saat-saat indah tetapi di saat-saat buruk seperti ini.
Malam ini saya kembali berdoa pada Tuhan. Terimakasih untuk teman-teman yang indah, pertemanan yang tak pernah saya duga.
Juga untuk ibu. Bagian doa yang selalu membuat saya menangis.
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
*Adinda, bukan nama sebenarnya, warga binaan.
Tulisan ini merupakan bagian dari #Surat atau Suara dari Balik Sekat Project, sebuah program pelatihan penulisan deskriptif yang dilakukan bagi para perempuan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atas kerjasama LBH Masyarakat bersama 3 media perempuan www.Konde.co, www.Magdalene.co dan Jurnal Perempuan yang memberikan pelatihan menulis disana selama 8 minggu