Pengalaman Perempuan: Betapa Repotnya saat Banjir

Rumah tempat kami mengontrak tiba-tiba terkena banjir, air masuk dengan cepat ke dalam rumah dan kami hanya bisa duduk menunggu di lantai 2 rumah yang kami tinggali selama ini. Cerita ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya dan beberapa kawan perempuan saat menghadapi banjir.

*Tika Adriana- www.Konde.co

Konde.co- Malam itu, 31 Desember 2019, saya memilih untuk tak pergi ke mana pun, meski beberapa teman mengajak saya gabung dalam hiruk-pikuk pergantian tahun. Namun, saya tetap pilih mengistirahatkan badan sembari asyik masyuk membaca. Toh juga saya melihat cuaca malam itu kurang bersahabat. Ketimbang nekat jadi basah?

Tahun resmi berganti, suara kembang api makin memudar, berganti dengan derap hujan yang kian deras, dan saya tertidur.

Sekitar pukul 05.00, saya terbangun karena atap kamar bocor. Tak bisa kembali tidur, saya pun melongok ke luar. Air rupanya sudah meninggi dan kian meninggi. Listrik padam dan air pun hanya tersisa di tandon.

Saat hendak mandi, saya pun teringat bahwa saya sedang menstruasi. Dan betapa repotnya datang bulan di waktu banjir. Saya sedikit beruntung tinggal di lantai dua. Yah, meski saya harus hemat-hemat air untuk mencuci. Apalagi di kala malam. Tidak ada penerangan, tapi pembalut sudah waktunya diganti.

Esok harinya, setelah banjir surut, air kembali mengalir, dan listrik sudah menyala, saya membasuh seluruh badan saya lebih lama dari biasanya. Bukan itu saja, sorenya saya bergegas ke supermarket, membeli beberapa kebutuhan yang harus selalu ada: air galon dan pembalut. Ya, saya harus membeli galon lagi untuk persediaan air bersih kalau banjir datang lagi.

Bukan itu saja, saat musim hujan ini, saya selalu sedia pembalut dan beberapa helai pakaian di tas, payung, dan jas hujan. Saya juga semakin jarang memakai sepatu dan memilih sepatu sandal gunung ketika bepergian, termasuk saat ke kantor. Ribet? Tentu saja, tas saya jadi semakin berat, tapi setidaknya, saya tak pusing kalau bencana yang terjadi karena kerusakan alam itu datang lagi dan memaksa saya untuk mengungsi.

Itu baru menstruasi. Lantas apa persiapan yang harus dilakukan jika Anda adalah perempuan hamil atau menyusui?

Perempuan Hamil Dikala Banjir

Seorang kolega yang istrinya sedang hamil bercerita pada saya. Di musim hujan begini, istrinya jarang sekali pulang ke rumah dan memilih tinggal di rumah saudaranya yang lebih aman dari banjir.

Namun, jika Anda dan partner anda tak dekat dengan siapa pun, ada baiknya kalian berdua bertanya pada dokter atau penyedia layanan kesehatan kehamilan untuk mendapatkan perawatan pranatal atau melahirkan bayi yang terdekat dengan kantor, tempat tinggal, atau jika dokter itu terpaksa tutup.

“Jika sudah dekat dengan hari kelahiran anda, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan anda tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat. Anda pun harus menyampaikan pada badan manajemen darurat terdekat untuk mencari tahu cara mendapatkan peringatan darurat,” begitu pesan Center for Disease Control and Prevention (https://www.cdc.gov/reproductivehealth/features/disaster-planning-parents/index.html) dalam situs resmi mereka.

Sebaiknya anda dan partner anda juga selalu menyediakan persediaan makanan dan minuman, setidaknya untuk tiga hari, obat-obatan, perlengkapan bayi dan keamanan, peralatan komunikasi, dokumen, dan nomor kontak darurat.

Nomor kontak darurat itu bermanfaat untuk mencari pertolongan ketika bencana datang, sehingga perempuan hamil bisa segera diungsikan ke tempat yang aman dan mendapatkan pemeriksaan medis.

Lindungi juga diri anda atau perempuan hamil di sekitar anda. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan agar terhindar dari infeksi. Hindari tempat berjamur atau kotor. Kembalilah ke rumah saat tempat tinggal anda sudah dalam keadaan bersih.

Agar terhindar dari stres fisik, perbanyak minum air putih. Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan atau konseling psikologi, teman, atau anggota keluarga untuk mengatasi stres emosional. Bagi orang di sekitar perempuan hamil, selalu perhatikan kondisi emosional mereka dan jadilah pendengar untuk membantu mereka terhindar dari stres.

Bayi dan Perempuan Menyusui Saat Banjir

Persiapan memang diperlukan kapan saja, karena bencana memang tak bisa ditebak datangnya. Seperti yang terjadi pada pergantian tahun lalu, BMKG tak bisa menebak curah hujan yang begitu tinggi. Pergantian musim juga makin tak menentu.

Jika anda merupakan perempuan menyusui, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter mengenai perlengkapan darurat yang harus disiapkan, termasuk lokasi dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.

Yang perlu anda perhatikan yakni asupan gizi anda dan makanan bayi dan boks portabel. Jika diperlukan, bawa serta obat-obatan yang telah diresepkan dokter. Jangan lupa, anda juga harus memperhatikan persediaan air bersih untuk mencuci botol susu. Jika memungkinkan, anda bisa menyediakan wadah penyimpan ASI portabel, meski kapasitasnya tentu tak sebesar lemari pendingin ASI.

Jaga kondisi psikologis perempuan menyusui, agar tidak mudah stres. Jadilah pendengar yang baik bagi mereka untuk berbagi untuk mendukung kelancaran ASI.

Seperti dikutip dari Nidirect Goverment Service (https://www.nidirect.gov.uk/articles/keeping-children-safe-during-flood), hindari untuk mengajak bayi pulang saat kondisi rumah belum benar-benar bersih, termasuk mencuci pakaian dan kasur yang terendam banjir. Singkirkan barang berbahaya dari rumah anda dan jangan biarkan sang buah hati bermain di luar jangkauan.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Tika Adriana, jurnalis perempuan yang sedang berjuang. Saat ini managing editor Konde.co

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!