Konser Musik Hope: Galang Dukungan Untuk Rumah Baca di Papua

Sebuah konser musik berjudul “Hope” digelar untuk menggalang dukungan bagi anak-anak dan rumah baca di Sentani, Papua

Wahana Visi Indonesia (WVI) yang menyelenggarakan konser virtual ini untuk menggalang dana. Konser musik virtual “Hope” yang digelar tanggal 17 Desember melalui Amal Komunitas Kristen, menggalang dana hingga tanggal 10 Januari 2021 untuk program pendidikan bagi anak-anak berupa Rumah Baca di Sentani, Papua. Sampai berita ini diturunkan, telah terkumpul hampir Rp. 300 juta.

Penggagas konser, Wahana Visi Indonesia (WVI) sejak dibentuk tahun 1998 telah menjalankan program komunitas yang berfokus pada perkembangan pendidikan dan kesejahtaraan anak-anak, seperti dijelaskan Beatrice Mertadiwangsa, Direktur Pembangunan Sumber daya Nasional WVI kepada VOA.

“Dana yang kami gunakan untuk pelayanan di berbagai wilayah datangnya dari donasi baik korporasi maupun individu. Karena kondisi pandemi, jadi kami memlengkapi mereka dengan perlengkapan belajar dan membaca lewat Rumah Baca, khususnya yang ada di Sentani, Papua. Ada 4 rumah baca setidaknya yang kami bantu. Sebetulnya kegiatannya sudah ada dan rutin dilakukan, tetapi khusus lewat acara ini kami membantu buku-buku bacaan yang baru, yang berkualitas, juga perlengkapan seperti lemari dan peralatan untuk menggambar, karena dalam kegiatan rumah baca, tidak murni membaca saja tetapi sekaligus mengajarkan mereka pengenalan huruf, jadi pelatihan untuk literasi,” ujarnya.

Musisi Indonesia tamatan luar negeri

Dalam konser yang bertemakan Natal itu, WVI bekerjasama dengan 16 pemusik yang sebagian besar kawula muda tamatan dari sekolah musik luar negeri. Salah seorang di antaranya Dr. Edith Widayani, yang tamat S3 jurusan piano performance and literature dari Eastman School of Music, di Rochester, AS tahun 2018.

“Memang ini suguhannya dari berbagai macam instrumen dan supaya konsernya bisa jauh lebih beragam. Semua musisinya sih pemusik Indonesia, tetapi tidak semuanya berada di Indonesia saat ini. Ada yang di Amerika, dan ada dua atau tiga di Singapura” ujar Edith yang telah menetap di Jakarta.

 “Semasa pandemi ini kami bisa berkolaborasi dengan teman-teman yang jauh. Semoga apa yang kami lakukan ini bisa membantu, dan dalam waktu yang sama bisa berbagi bakat yang kami miliki untuk menolong sesama,” tambahnya.

Lagu medley Natal itu dimainkan oleh 4 pianis dengan dua piano (satu piano dimainkan 2 pianis). Edith Widayani bermain bersama Rendy Ryan, penerima beasiswa penuh dari sekolah musik bergengsi Juliard School of Music dan Peabody School of Music, AS. Juga Nia Sudjati lulusan Indiana University, Amerika yang memainkan piano bersama Daniel Alexander.

Para pemusik remaja dan anak-anak juga ikut bagian dalam konser vitual itu, tidak hanya memainkan piano namun juga biola dan menyanyi.

Program bantuan di 48 wilayah

Ratusan ribu anak di Indonesia telah merasakan manfaat dari WVI melalui program-program bantuannya di 48 wilayah termasuk di Sumatra, Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi dan Halmahera Utara. Khusus untuk Papua, rumah baca tidak hanya berbentuk bangunan, namun juga “perahu pustaka” dan mobil “sahabat anak” yaitu perpustakaan keliling dari desa ke desa yang membawa buku-buku untuk dipinjamkan kepada anak-anak.

Salah seorang warga Komba di Papua, Fitria yang juga menjadi tutor di sana mengatakan, “Setiap jam 3 kami memanggil anak-anak: Ada kegiatan, ada kegiatan. Tetapi susahnya kami harus mendatangi rumah mereka satu persatu untuk memanggil mereka. Kalau di rumah baca Komba sampai sekarang ini belum ada buku bacaan. Sering kita pinjam sewaktu ada mobil pustaka WVI, sempat pinjam satu minggu kemudian kami kembalikan.”

Rumah Baca ini tidak hanya untuk anak-anak dengan tingkat tertentu, namun juga untuk siapapun yang memerlukan pembelajaran, baik membaca maupun menulis. Bahkan sebagian orang tua yang masih buta huruf, mendapat kesempatan untuk belajar membaca dan menulis melalui rumah baca.

Meskipun konser virtual “Hope” telah berlalu, namun WVI tetap membuka kesempatan bagi mereka yang ingin memberikan sumbangan hingga tanggal 10 Januari, melalui situs wahanavisi.org. [ps/em]

(Sumber: Voice of America)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!