5 Kebiasaan Yang Terlalu Mengatur Perempuan

Selama ini banyak narasi yang sering membatasi perempuan. Narasi pembatasan-pembatasan ini sudah ada sejak ibu saya kecil, sampai saya lahir di dunia ini.

Pembatasan ini juga banyak membuat perempuan jadinya merasa takut dan kadang terpaksa mempercayainya.

5 kalimat pembatasan yang membuat takut dan menjadikan tak nyaman bagi perempuan itu antaralain:

1.Jangan pulang malam karena tak aman untuk perempuan

Pulang malam memang kadang tak aman buat perempuan, namun jika kita terus-terusan berpikir bahwa malam tak baik untuk perempuan, maka bisa jadi kita selamanya akan berada dalam rasa takut. Takut pulang malam juga akan membuat kita menjadi punya keterbatasan di malam hari, padahal banyak sekali kegiatan yang harus kita ikuti di malam hari.

Jadi narasi perempuan jangan pulang malam, seharusnya diganti dengan: laki-laki harus memberikan ruang yang aman untuk perempuan

2.Jangan keluar rumah sendirian nanti diganggu laki-laki

Keluar rumah harus selalu ditemani? Kayaknya ini akan membuat kita menjadi manusia yang tak mandiri, padahal kita harus belajar bahwa tidak selamanya kita bisa tergantung hidup sama orang lain. Lagipula, betapa tidak enaknya jika kita kemana-mana harus ditemani.

Mungkin kalimat ini harus diubah: hei, laki-laki jangan ganggu perempuan karena perempuan menolak untuk diganggu

3.Berpakaianlah tertutup agar tak mendapatkan pelecehan

Banyak yang mengatakan bahwa kita mesti berpakaian tertutup agar tak mendapatkan pelecehan. Padahal data menunjukkan bahwa perempuan yang memakai baju tertutup juga banyak mendapatkan pelecehan seksual.

Survei yang dilakukan Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta (JFDG), dan Change.org Indonesia tentang pelecehan seksual di ruang publik di tahun 2019 menyebutkan, mayoritas korban pelecehan ternyata tidak mengenakan baju terbuka saat mengalami pelecehan seksual, melainkan mereka memakai celana/rok panjang (18%), hijab (17%), dan baju lengan panjang (16%).

4.Tidak boleh protes, nanti tak ada laki-laki yang tertarik sama kamu

Ini adalah mitos yang menyebutkan bahwa perempuan tak boleh banyak protes, dan yang boleh protes cuma laki-laki. Padahal baik perempuan maupun laki-laki punya hak untuk bicara, berekspresi maupun protes, karena ini bagian dari hak yang harus kamu terima

Dan sebaiknya, mitos tak boleh protes mesti disingkarkan karena ini jangan-jangan malah membatasi kebebasanmu dalam berpendapat

5.Jangan bilang I love you duluan karena tak pantas bagi perempuan

Siapa bilang perempuan tak bisa bilang I love you duluan? Karena berekspresi dan mengungkapkan perasaan adalah milik semua orang, tak ada batasan bahwa laki-laki yang harus bilang I love you dulu dan perempuan belakangan.

Jika ada yang bilang bahwa laki-laki boleh memilih dan perempuan hanya bisa menunggu untuk dipilih, ini hanya mitos yang membatasi ekspresi perempuan

Bagaimana ini bisa terjadi?

Pembatasan ini terjadi karena secara kultur ini sudah terjadi sejak dulu dan terus-menerus diproduksi hingga sekarang.

Konstruksi ini terjadi karena dari dulu sampai sekarang perempuan memang diajarkan untuk selalu hati-hati dengan laki-laki. Selama ini narasi yang sering perempuan dengar adalah perempuan harus mawas diri terhadap laki-laki, perempuan harus bisa melindungi diri dari laki-laki karena kita tidak pernah tahu, jika kita bisa saja dipertemukan dengan laki-laki buruk diluar sana

Jadi dari dulu, perempuan adalah orang yang selalu berpikir bagaimana ia harus bersikap di depan laki-laki

Ini terlihat ketika perempuan diharuskan untuk bisa mengatur sikap dan sifat hidupnya. Tidak boleh terlalu agresif, tidak boleh protes, karena perempuan diajarkan untuk selalu memberi ruang untuk laki-laki. Dan yang lebih menyedihkan lagi, kita diperintahkan untuk tidak mempermasalahkan soal fakta bahwa kultur seperti ini sebenarnya sangat merugikan perempuan.

Jadi wajar jika kalimat-kalimat ini membuat perempuan setakut itu, seresah itu, semarah itu, namun tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan mitos kata-kata itu karena memang kita sudah terbebani dengan stereotipe yang ada

Mitos terhadap perempuan ini masih eksis sampai sekarang ini di masyarakat karena banyak orang, juga menikmati dan mendiamkannya, tak membantu jika ada yang dirugikan

Buat saya, lingkungan dan laki-laki seharusnya mencoba dan mengubah cara berpikir karena ini akan membantu kita para perempuan untuk menolak pembatasan-pembatasan.

Karena melakukan perubahan dan stop melakukan pembatasan akan menjadi sesuatu yang  berharga bagi perempuan

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Rizki Emillia

Seorang mahasiswi Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta yang ingin sukses tapi malas dan hobinya makan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!