Siapa Bilang Ibu Tiri Lebih Kejam Dibanding Ibukota? Stigma Ibu Tiri Di Film dan Televisi

Stigma buruk selalu terjadi pada ibu tiri. Bahkan dulu pernah ada pameo yang menyebut: ibu tiri lebih kejam daripada ibukota. Lalu kenapa tidak ada stigma buruk terhadap ayah tiri? Padahal banyak ayah tiri yang melakukan kekerasan seksual pada anaknya

Saya banyak mengamati sinetron-sinetron yang tiap hari hilir mudik di televisi. Di sinetron itu kita bisa melihat adanya judul dan persepsi di sinetron yang mendiskreditkan ibu tiri

Misalnya sinetron yang menyebut ibu tiri kejam, ibu tiri perebut ayahku, atau judul FTV “Ibu Tiri dan Anak Durhaka”

Cerita tentang ibu tiri yang kejam ini bukan cuma terjadi sekarang saja, namun sejak dulu kala. Di cerita Cinderella, film buatan Walt Disney, ada sosok ibu tiri kejam yang menyiksa anak tirinya. Ibu tiri ini bernama Lady Tremaine yang jahat dan memperlakukan Cinderella, anak tirinya, seperti pelayan dapur dan memusatkan semua perhatiannya pada dua putrinya kandungnya, Anastasia dan Drizella.

Sinetron dan drama seperti ini telah mereproduksi wacana misoginis yang panjang hingga saat ini. Perempuan yang menjadi ibu tiri selalu diposisikan sebagai perempuan yang tidak hanya jahat, tapi juga tidak ideal, dan tentu dipersepsikan sebagai ibu yang tidak baik.

Padahal jika kita melihat lebih jauh soal peran Lady Tremaine, ibu tiri Cinderella itu sangat menyayangi dua anak kandungnya. Ini bukti bagaimana sang ibu memikirkan nasib kedua anaknya untuk hidup berbahagia dengan pangeran. Ia juga rela mati-matian membela anak kandungnya.

Nilai kasih sayang Lady Tremaine untuk anak kandungnya sama sekali tidak pernah diperlihatkan. Ibu tiri hanya diperlihatkan dari satu sisi saja: penyiksa anak yang bukan anak kandungnya. Ini adalah pembingkaian ibu tiri yang kejam yang terjadi hingga kini

Mitos ini kemudian menjadi bahan untuk mereproduksi sinetron-sinetron di masa kini yang tidak ramah kepada perempuan, ini tentu juga di film. Ini bisa dilihat pada film Cinderella yang menjadi populer karena karakter antagonis dan protagonisnya diperankan oleh perempuan yang saling bertentangan, Cinderella versus ibu tiri.

Padahal kita tahu ada banyak sekali ibu tiri yang tidak kejam. Buat saya, ada publik figur seperti Ashanty yang menjadi ibu yang baik dari anak kandung Anang Hermansyah, Aurel dan Azriel. Peran Ashanty sebagai ibu tiri yang selayaknya ibu kandung mengubah persepsi masyarakat, bahwa tidak selamanya ibu tiri itu jahat. Dan Ashanty juga menjadi sosok perempuan yang menghargai peran Krisdayanti sebagai ibu kandung Aurel dan Azriel

Sosok ibu juga ditulis dalam beberapa buku novel karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul “Dua Ibu”, disini diceritakan ada sosok perempuan yang mengasuh anak meski bukan anak yang keluar dari rahimnya.

Yang lain, juga ada sosok ibu yang mengandung dan melahirkan dalam buku karangan N.H. Dini yang berjudul “Dari Fontenay ke Magallianes.” Disini juga disisipkan peran ibu tiri bernama Mireille yang mengurus anak dari Dini sebagai tokoh utamanya. Dini merasa frustasi atas kehamilan keduanya karena ia tak menginginkannya. Sedangkan Mireille sebagai sahabatnya mau mengurus anak dari Dini daripada Dini menggugurkan anaknya. Mireille merasa tumbuh jiwa dan kasihan pada bayi yang dikandung oleh Dini.

Di luar itu semua, saya juga punya pengalaman personal. Selama ini saya hidup bersama tante sebagai ibu asuh. Sedari kecil ibu asuh saya ini menyayanginya layaknya seperti anaknya sendiri. Beberapa memori yang saya ingat, tante saya senantiasa mengantar saya ke dokter jika saya sakit, juga menghantarkan mengambil rapor ketika sekolah, dan berperan secara administratif sebagai ibu karena ditulis sebagai ibu kandung dalam akta kelahiran. Ini semua dilakukan untuk memudahkan persoalan administratif pembuatan ijazah, pembuatan kartu identitas penduduk dan pembuatan rekening bank.

Jadi semua peran ibu tiri sekaligus ibu asuh menjadi krusial dalam kehidupan saya. Maka untuk membingkai wacana baru tentang perempuan khususnya ibu tiri ini, membutuhkan perjuangan panjang, menghapuskan judul-judul sinetron, persepsi buruk di film yang sudah mandarah daging mendiskreditkan perempuan

Lagipula, kenapa tidak ada cap buruk pada ayah tiri selama ini? ayah tiri seolah lepas dari stigma buruk, padahal mereka juga banyak melakukan kekerasan seksual pada anaknya

(Foto: Kaskus)

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!