Drakor ‘Nevertheless’, Gaslighting Itu Tanda Hubunganmu Tak Sehat

Gaslighting merupakan bentuk manipulasi yang dilakukan oleh seseorang untuk terlihat berkuasa dan mengontrol orang lain dengan cara membuat korbannya tidak yakin dengan dirinya sendiri. Dari drama Korea “Nevertheless” saya belajar tentang tanda-tanda gaslighting

Platform streaming online terbesar Netflix, menghadirkan serial baru asal Korea Selatan Nevertheless. Serial yang diadaptasi dari seri Webtoon dengan judul yang sama, mulai tayang di platform Netflix sejak 19 Juni 2021. Sejak penayangan perdananya, serial ini sudah menarik banyak perhatian para penonton.

Selain faktor dari pemain yang sedang naik daun, cerita yang diangkat dalam serial Nevertheless dianggap berbeda dari drama Korea kebanyakan. Di hari pertama penayangannya, serial ini trending di Twitter karena menampilkan cerita yang menggambarkan hubungan beracun.

Hubungan beracun atau toxic relationship merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan suatu hubungan yang tidak sehat dan memberikan dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Pada serial Neverthelesstoxic relationship digambarkan melalui masa lalu percintaan Yu Na Bi, protagonis perempuan, yang menjalani hubungan tidak sehat dengan mantan kekasihnya.

Mantan kekasih Yu Na Bi ini kerap bersikap dominan, selalu ingin dituruti tanpa mempertimbangkan pendapat dari Na Bi. Pada akhirnya, hubungan keduanya pun kandas berkat mantan kekasih Na Bi yang berselingkuh. Setelah perselingkuhan itu terbongkar, bukan merasa bersalah, mantan kekasih Na Bi membela diri dengan menyalahkan Na Bi, seolah-olah Na Bi yang salah dalam hubungan mereka berdua.

Perilaku dari mantan kekasih Na Bi merupakan salah satu tanda bahwa hubungan yang berlangsung sudah tidak tidak sehat lagi. Perilaku ini disebut sebagai gaslighting. Dilansir melalui halodocgaslighting merupakan bentuk manipulasi yang dilakukan oleh seseorang untuk terlihat berkuasa dan mengontrol orang lain dengan cara membuat korbannya tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Apabila perilaku ini terus diterapkan kepada korban, korban dapat mengalami pelemahan psikologis. Mereka akan terus mempertanyakan realitas dan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, hingga mental breakdown. Dalam kasus Nevertheless, Yu Na Bi jadi tidak percaya lagi dengan cinta. Bahkan ia tidak ingin terjalin dalam suatu hubungan yang serius lagi.

Tidak hanya terjadi di dalam film, gaslighting ini juga kerap terjadi di dunia nyata. Selain terjadi di dalam hubungan percintaan, gaslighting juga bisa terjadi di lingkungan kerja, keluarga, atau lingkup pertemanan.

Apa penyebab gaslighting?

Melansir dari halodoc, pelaku dari gaslighting ini biasanya memiliki persoalan psikologis yang disebut gangguan narsistik. Orang dengan gangguan narsistik ini akan merasa bahwa dirinya lah yang paling penting sedangkan orang lain tidak, kecuali orang tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya.

Biasanya pelaku gaslighting juga pandai berbohong. Mereka dapat bersikap manipulatif seolah-olah mereka tidak bersalah. Mereka dapat membuat korbannya merasa bersalah dan merasa bertanggung jawab atas kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh pelaku. Jika terus terjadi, korbannya akan selalu merasa bersalah dengan segala sesuatu yang ia lakukan dan menjadi kurang percaya diri.

Gaslighting termasuk ke dalam pelecehan psikologis karena dapat mematikan rasa percaya diri dalam diri seseorang. Pelaku gaslighting akan menyadari kelemahan dari korbannya, sehingga dengan mudahnya mereka membuat korban terus dirundung rasa bersalah.

Bagaimana cara mengatasi gaslighting?

Untuk mengatasi gaslighting hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengetahui perilaku gaslighting. Kebanyakan korban gaslighting tidak menyadari bahwa diri mereka sedang diperlakukan secara gaslighting. Jika kita tidak segera menyadari pola dari gaslighting, maka perilaku ini akan terus berlanjut.

Kenali tanda-tanda gaslighting. Biasanya pelaku sering berbohong demi mendapatkan apa yang diinginkannya, hal ini membuat perilaku mereka tidak sesuai dengan perkataannya. Pelaku juga sering menempatkan korbannya pada posisi yang salah. Hal buruk yang dilakukannya dituduhkan kepada korban, sehingga korban yang bersalah atas apa yang dilakukan pelaku. Pelaku gaslighting juga kerap bersikap superior dan selalu menganggap rendah korbannya, perlahan rasa percaya diri korban akan menurun bahkan menghilang.

Apabila korban sudah mempertanyakan atau meragukan dirinya sendiri, korban perlu mencari bantuan. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah berbincang dengan keluarga atau sahabat. Meminta saran dari mereka, apakah perilaku tersebut merupakan hal yang sehat atau tidak.

Dengan berbincang, korban akan mendapat pandangan dari orang lain dan semakin menyadari bahwa perilaku gaslighting bukanlah perilaku yang sehat. Sehingga korban bisa segera mengatasi perilaku ini, mungkin dengan cara menjaga jarak dan meminimalkan kontak dengan pelaku gaslighting. Apabila gaslighting ini dilakukan oleh pasangan, ada baiknya untuk segera mengakhiri hubungan tersebut. Jika perilaku ini terjadi di lingkungan kerja, apabila sudah mengenai kesehatan mental, ada baiknya korban segera mencari pekerjaan baru.

Gaslighting juga bisa terjadi dalam keluarga. Orang tua juga bisa menjadi pelaku gaslighting terhadap anak-anaknya. Karena orang tua tidak mungkin ditinggalkan, opsi terbaik adalah menjaga jarak. Bila perlu lakukan konseling dengan tenaga profesional, seperti psikiater, psikolog, atau terapis untuk menjaga kesehatan mental kita dan meminta saran dalam mengatasi gaslighting yang dilakukan orang tua ataupun saudara.

Perilaku gaslighting perlu kita waspadai. Bisa saja kita tidak sadar bahwa orang lain sedang melakukan gaslighting kepada kita. Karena jika tidak disadari dan ditangani, korban akan terus mendapat tekanan dan bisa membahayakan kesehatan mental. Bahkan ada gaslighting yang juga disertai dengan kekerasan fisik, hingga mengancam keamanan kita. Be confident, be yourself!

(Foto: Zonautara.com)

(Sumber: https://plainmovement.id)

Annisa

Penulis di Plainmovement
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!