Stop Cara Pandang Maskulin Pada Perempuan Pedagang Keliling

Para perempuan penjual jamu, pedagang sayur keliling, termasuk penjual minuman kesehatan yang berkeliling naik sepeda, mematahkan stigma yang menganggap pedagang keliling perempuan harus menarik secara fisik. Yang mesti diubah dan dilawan adalah cara pandang maskulin yang menganggap mereka menarik karena fisiknya

Penjual jamu gendong perempuan, pedagang sayur keliling perempuan, penjual minuman kesehatan keliling, adalah perempuan pedagang yang biasa kita lihat hampir setiap hari lewat di depan rumah.

Saat sedang keluar rumah, saya juga tidak terasa asing lagi dengan pemandangan perempuan yang jalan kaki pakai jarik karena menjual jamu, pakai sepeda, mendorong gerobak sayur, atau mengendarai motor. Seperti yang saya lihat, ada perempuan berpakaian seragam kotak-kotak merah putih celana merah, dengan memboncengkan kotak besar bertuliskan Yakult. Sering perempuan berseragam tempur Yakult itu juga mengayuh sepeda. 

Rata-rata para pedagang ini menjajakan dagangannya dengan cara menyusuri gang-gang perkampungan maupun kompleks-kompleks perumahan di tengah teriknya matahari. Mereka juga menyusuri toko-toko dan sekolah untuk menjual minuman dan makanan

Para penjual atau pedagang yang jumlahnya ribuan di Indonesia ini didominasi oleh Ibu-ibu rumah tangga maupun masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Tidak ada juga kriteria secara fisik, yang penting memiliki keinginan kuat dalam bekerja untuk ekonomi keluarga. 

Jam kerja para para penjual ini dalam satu hari rata-rata 5-7 jam perhari, misal 3 jam di pagi hari setelah semua urusan domestik rumah selesai dan dua jam  saat siang hari setelah anak pulang sekolah. 

Dalam sebulan, penghasilan para pedagang keliling ini bisa macam-macam, tergantung habis tidaknya barang daganganya. Saya pernah bertanya pada para Yakult Lady, mereka berpenghasilan UMR masing-masing di daerah kerja mereka. Penghasilan ini cukup untuk perekonomian keluarga dengan berjualan menyusuri jalan, mencari para pembeli-pembeli baru maupun mendatangi ulang para pembeli-pembeli lama. Mereka merasa potensinya dapat dimanfaatkan dan merasa bangga di usia mereka ini kemampuannya masih dicari dan dibutuhkan. 

Para perempuan ini bisa membuktikan kepada keluarga maupun orang-orang sekitar bahwa mereka mampu menghasilkan uang dari keringat mereka sendiri. Para penjual ini mematahkan stigma orang-orang yang menganggap bahwa tenaga penjual perempuan harus menarik secara fisik. 

Yang mesti diubah dan dilawan adalah cara pandang maskulin yang menganggap mereka menarik karena fisiknya

Putri Amalia NA

Perempuan Kantoran Memiliki Satu Anak, Sibuk Berbagi Peran Sebagai Anak, Ibu, Istri dan Staf di Kantor
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!