Transpuan Aksi Perubahan Iklim: Kami Adalah Kelompok yang Sering Terlupakan

Para transpuan Jakarta melakukan aksi perubahan iklim. Dalam aksi ini mereka menyuarakan nasib komunitas transpuan sebagai salah satu kelompok yang paling terdampak akibat perubahan iklim. Kelompok ini sering terlupakan dari ragam kebijakan terkait perubahan iklim, bahkan tak mendapat bantuan dalam kondisi pandemi.

Komunitas transpuan Kampung Duri, Jakarta yang tergabung dalam Sanggar Seroja melakukan aksi Jeda Iklim pada Jum’at, 25 Maret 2022.

Dalam aksi ini, Sanggar Seroja menampilkan aksi teatrikal, monolog dan juga nyanyian menyoal kebijakan penanganan perubahan iklim yang kerap melupakan transpuan.

Padahal komunitas transpuan merupakan salah satu kelompok yang terdampak paling parah akibat perubahan iklim. Kelompok ini sering terlupakan dari ragam kebijakan terkait perubahan iklim, bahkan sering tidak termasuk dalam program bantuan pasca bencana termasuk pada saat pandemik covid-19.

“Kelompok transpuan hingga saat ini masih sering mengalami diskriminasi, pengucilan hingga kekerasan. Hal ini mengakibatkan mereka menjadi semakin rentan dan pada saat bersamaan menghadirkan ketakutan dan keengganan bagi kelompok Transpuan untuk mengakses bantuan saat terjadi bencana,” kata Rikky Muhammad dari Sanggar Seroja

Kombinasi aksi menjaga lingkungan, advokasi, pendidikan, dan hak asasi manusia adalah hal penting yang sepatutnya menjadi pondasi dasar perjuangan untuk kelompok marjinal seperti transpuan.

Kondisi Transpuan dan Perubahan Iklim

Rikky Muhammad mengatakan dalam pernyataan yang diterima Konde.co, seluruh Transpuan Kampung Duri mengalami dampak dari perubahan iklim, terutama dampak kesehatan, dan ekonomi.

Hal ini bisa dilihat bahwa penghasilan transpuan per hari rata-rata hanya cukup untuk bertahan hidup seadanya buat hari esok.

Mama Pandan, aktivis Sanggar Seroja mengatakan, di cuaca ekstrim, banyak transpuan yang sakit dan tidak bisa bekerja, belum lagi masih banyaknya stigma, bully, dan penolakan masyarakat. Sehingga transpuan harus mengalami beban ganda, campuran, marathon, kelas berat.

“Kami terancam terlilit hutang, kelaparan, rentan kekerasan, putus dari theraphy obat, hingga kematian,” kata Mama Pandan

Untuk mengatasi ini, Sanggar Seroja kemudian melakukan gerakan sosial dengan kesenian sebagai ujung tombaknya. Melalui seni, transpuan belajar kecerdasan emosional, mulai dari konsep penerimaan diri, empati, disiplin, dan saling menghargai sesama. Melalui karya seni, Sanggar Seroja menghibur sekaligus menyebarkan nilai keberagaman, kesetaran Sekaligus menggalang dana untuk tabungan darurat.

Seroja mendorong transpuan Kampung Duri untuk bergerak mengatasi dampak perubahan iklim.

Kelompok marjinal

Katie McQuaid, Principal Investigator GENERATE, University of Leeds menyatakan, kelompok marjinal seperti transpuan menjadi kelompok yang sangat terdampak karena perubahan iklim

“Seiring dengan semakin meningkatnya dampak perubahan iklim, kelompok marjinal menjadi yang paling terdampak khususnya sehubungan dengan kemampuan untuk bersiaga, beradaptasi, merespon hingga kemampuan untuk pulih. Bahkan sebelum memasukan faktor perubahan iklim, perempuan, traspuan, anak-anak serta orang tua sudah menghadapi berbagai tantangan yang berakar pada kesenjangan gender, ketidaksetaraan akibat faktor usia, diskriminasi dan stigma. Dan di banyak hal, kelompok inilah yang sering terlupakan dari ragam kebijakan serta proses perencanaan.”

“Terkait perubahan iklim sendiri, kita membutuhkan pendekatan yang inklusif dan secara aktif berupaya mengatasi ragam tantangan yang dihadapi berbagai komunitas. Sebagaimana yang dintunjukan kan oleh Trans-Superheroes, saat kita bisa terbuka dan merayakan keragaman, efektivitas aksi kita menyikapi perubahan iklim semakin berlipat.”

Katie McQuaid dari GENERATE ingin mendalami bagaimana pengalaman akan dampak perubahan iklim di perkotaan ini juga dipengaruhi oleh faktor gender dan usia. Perubahan iklim berdampak terhadap semua pihak, namun perlu disadari bahwa dampaknya bersifat tidak merata. Kerap kelompok yang terdampak paling parah adalah mereka yang berkontribusi paling sedikit terhadap produksi jejak karbon serta memiliki akses atau pilihan yang sangat terbatas untuk menghindari dampak tersebut.

Mereka yang harus bekerja di jalan seperti pengamen dan pedagang asongan harus bekerja dibawah sengat terik matahari atau saat hujan deras.

Keterlibatan transpuan untuk berjuang bersama ini diharapkan bisa mengurangi ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan usia dan memperkuat ketahanan penduduk kota yang seringkali terpinggirkan terhadap perubahan iklim, karena Kebijakan terkait perubahan iklim sudah sepatutnya mengutamakan inklusivitas dan kesetaraan.

GENERATE mendukung transpuan dalam menonjolkan kreativitas, sensitivitas, solidaritas serta nilai kepemimpinan dalam perjuangan untuk mencapai keadilan iklim dan keadilan gender.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!