Massa Aksi Perempuan: Mereka Yang Berani Bersuara dan Melawan

Siapakah massa aksi perempuan? Mereka adalah perempuan yang berani menyuarakan isunya pada mimbar atau podium, yang berada pada ranah akademik, riset, yang menyuarakan suara-suara perempuan yang tertinggal.

Siapakah massa aksi perempuan? Massa aksi perempuan adalah para perempuan yang berani untuk turun kejalan, yang berteriak lantang untuk membela yang lemah.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua perempuan yang berani turun kejalan untuk beraksi, berunjuk rasa dan menyuarakan suara-suara yang masih dibungkam. Untuk siapa saja yang memperjuangkan isu keberagaman dan isu perempuan, menggunakan narasi yang dianggap kecil dan identitas dengan spektrum yang beragam.

Mereka adalah perempuan yang berani menyuarakan isunya pada mimbar atau podium, mereka yang berada pada ranah akademik, riset, yang menyuarakan suara-suara perempuan yang suaranya kecil hampir tak terdengar.

Aksi Massa Perempuan Dunia

Sejarah aksi masa perempuan turun kejalan memang tak pernah lepas dari peluh perjuangan para buruh perempuan di pabrik-pabrik di sekitar tahun 1910. Para buruh perempuan yang melakukan aksi ini kemudian mewarnai tradisi protes dan aktivisme politik. Gerakan ini menjadi motor penggerak gerakan bersama para aktivis perempuan dalam memperjuangkan 8 Maret sebagai hari perempuan sedunia, terutama kala itu di Amerika dan Eropa.

Masa-masa itu diwarnai dengan tradisi protes dan aktivisme politik yang dilakukan para buruh perempuan. Bertahun-tahun sebelum tahun 1910 pada saat almanak menuju pergantian ke abad 20, para buruh perempuan di negara-negara yang tengah mengalami industrialisasi, mulai memasuki masa kerja upahan. Pekerjaan para buruh dipisahkan menurut jenis kelamin, dan umumnya para buruh perempuan ditempatkan di industri tekstil, manufaktur, dan layanan-layanan domestik di mana kondisinya sangat buruk dan menyengsarakan mereka.

Banyaknya perubahan dalam kehidupan buruh perempuan inilah yang kemudian mendorong munculnya perlawanan terhadap batasan-batasan politik di sekitar mereka, para buruh perempuan turun ke jalan 

Tahun 1908, pada minggu terakhir di bulan Februari, kelompok perempuan sosialis di Amerika Serikat (AS) menyelenggarakan Hari Perempuan Nasional yang pertama dengan melancarkan demonstrasi besar untuk menuntut hak pilih bagi perempuan serta hak-hak ekonomi dan politiknya sekaligus. Tahun berikutnya sebanyak 2.000 orang turut menghadiri peringatan Hari Perempuan Nasional di Manhattan.

Di tahun 1909, pekerja garmen perempuan mulai melancarkan pemogokan massal. Di mana sebanyak 20.000 hingga 30.000 buruh perempuan mogok selama 13 minggu di suatu musim dingin demi menuntut upah yang lebih besar dan kondisi kerja yang lebih baik. Liga Serikat Buruh perempuan menyediakan dana bantuan bagi para demonstran baik untuk mendanai pemogokan massa itu sendiri maupun untuk membebaskan para demonstran yang ditangkap polisi.

Di tahun 1910, setahun berikutnya Hari Perempuan mulai diselenggarakan oleh semua buruh perempuan sosialis dan feminis di seluruh negara. Beberapa bulan kemudian berbagai delegasi kemudian menghadiri penyelenggaraan Kongres Perempuan Sosialis di Kopenhagen, Denmark dengan niatan untuk mengajukan Hari Perempuan sebagai suatu hari peringatan internasional. Ini semua tak pernah lepas dari aksi dan jerih payah perempuan

Aksi Massa di Indonesia

Dalam lima tahun terakhir saya mencatat aksi-aksi massa di Indonesia masih didominasi oleh mahasiswa, buruh dan kelompok miskin kota yang hampir semuanya disuarakan oleh laki-laki. Dimana suara perempuan?

Perempuan yang beraksi di jalanan membutuhkan usaha yang lebih keras. Ini karena standar aksi yang masih minim memberikan suara perempuan untuk menyuarakan isunya dengan lirih di podium. Padahal jika kita lihat, para perempuan ketika bersuara selalu melibatkan kegelisahan perempuan lainnya, menyuarakan kegelisahan keluarga-keluarga di Indonesia yang mendapatkan kekerasan seksual, kesehatan reproduksi dan kehamilan yang tidak diinginkan. Namun seringkali aksi perempuan masih dianggap sebagai pelengkap

Massa aksi perempuan memang mengangkat isu gender dan isu domestik karena disebabkan banyaknya ketimpangan didalamnya. Masalah gender menjadi isu diluar arus utama isu yang menjadi isu dominan pada massa aksi, namun bukan berarti ini tidak penting, justru ini adalah pondasi utama. 

Persoalan gender menjadi topik yang panas dan semua argumennya selalu mendapatkan pertentangan, sering menyudutkan perempuan. Isu lainnya yang acap kali diserukan massa aksi perempuan adalah isu tubuh. Banyak poster-poster yang menuliskan hak untuk aborsi sepenuhnya diputuskan pada perempuan, perempuan melakukan aksi protes atas objektifikasi orang-orang yang masih memaknai tubuh lewat beragam representasi.

Mereka menyuarakan isu stop cat calling, penyingkiran perempuan yang tidak boleh tampil di ruang publik semuanya hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan. Tubuh perempuan masih saja menjadi objektivitas dalam media. lewat demonstrasi massa aksi perempuan bisa menjelaskan perihal tubuh lewat beragamnya pengalaman yang valid

Massa perempuan berjuang diantara cap atau stempel yang dilekatkan sebagai feminis radikal yang anti kompromi, anti keluarga, pembenci laki-laki. Ini yang membuat banyak massa aksi perempuan merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi ini 

Ingat ya, massa aksi perempuan bukanlah pelengkap, namun mereka adalah identitas yang berjuang untuk keadilan dan kesetaraan. Tidak ada hubungannya antara barat dan timur, karena turun ke jalan adalah sebuah perlawanan!

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!