8 Tahun Menjaga Anak, Sedihnya Pisah dengan Anak Majikan

Saya dikeluarkan sebagai pekerja rumah tangga, karena Bunga yang selama ini saya asuh sudah besar. Saat ini dia sudah duduk di kelas 3 SD, dan masuk sekolah sejak pagi pulang sore. Sehingga bisa dikatakan sudah tidak membutuhkan pengasuh lagi.

Jumat 2 September 2022 menjadi hari yang cukup penting bagi saya. Hari itu saya pamit untuk tidak lagi bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di rumah Bu Yanti (bukan nama, sebenarnya). Bu Yanti adalah majikan yang sudah mempekerjakan saya selama delapan tahun terakhir.

Suasana haru sangat terasa di hari itu. Saya dan bu Yanti tak kuasa menahan air mata. Kami saling berpelukan lama, seolah tak akan bertemu lagi. Tapi yang membuat saya berat adalah saya harus berpisah dengan Bunga (bukan nama sebenarnya) yang saya asuh sejak kecil.

Dia seolah tak mau melepaskan saya, sehingga saya harus menunda kepulangan saya dan tidak bisa ikut sebuah acara penting, yakni rapat Jaringan Nasional untuk Advokasi Pekerja Rumah Tangga dengan Koalisi Sipil untuk mengampanyekan pengesahan RUU Perlindungan PRT.

Dari bu Yanti saya mendapat pesangon satu bulan gaji. Tidak sesuai dengan UU Ketenagakerjaan memang, tetapi saya tetap bersyukur. Selama kerja 8 tahun saya bekerja pada bu Yanti saya diperlakukan dengan baik. Sesekali memang ada masalah, tetapi secara garis besar semua berjalan dengan baik.

Saya dikeluarkan karena Bunga yang selama ini saya asuh sudah besar. Saat ini dia sudah duduk di kelas 3 SD, dan masuk sekolah sejak pagi pulang sore. Sehingga bisa dikatakan sudah tidak membutuhkan pengasuh lagi. Sedangkan untuk pekerjaan beberes dan memasak sudah ada pekerja rumah tangga yang lain yang datang setiap hari pulang pergi.

Meski pesangon yang saya terima tidak sesuai dengan yang seharusnya, saya tidak terlalu kecewa. Selama bekerja pada ibu saya juga bisa bisa menyisihkan sedikit demi sedikit pendapatan saya dan bisa membeli tanah di desa. Saya juga bisa membeli motor untuk alat transportasi saya sehari-hari.

Tapi dari kondisi ini saya berpikir, jika saya diikutkan jaminan sosial untuk PRT mungkin kondisinya akan lebih baik. Karena dengan jamsos itu maka saya akan mendapatkan tambahan uang asuransi saat kehilangan pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga. 

Pertama kali saya bekerja sama Ibu Yanti pada tahun 2007, tepatnya pada akhir bulan November. Waktu awal saya kerja sama dia, bisa dikatakan dia belum mapan dan masih nebeng di rumah orang tuanya.  Tugas saya waktu itu adalah menjadi pengasuh anaknya yang masih bayi. Kalau tidak salah waktu itu umur anaknya masih sekitar 40 hari, jadi masih sangat muda.

Saat Bunga berumur 3 tahun, saya sempat pamit keluar karena saya minta uang transport tetapi tidak dikasih. Saya pun pindah kerja ke tempat lain, salah satunya di rumah mantan pacarnya adik bu Yanti.

Tapi pada tahun 2014 saya di-sms sama ibu Yanti dan diminta untuk kembali bekerja mengasuh Bunga. Seingat saya itu bulan Agustus. Pada awal masuk kerja periode kedua ini semua lancar, saya diberi uang transport dan diberi libur setiap seminggu sekali.

Lama kelamaan usaha bu Yanti terus berkembang. Sekarang ekonomi Ibu bisa dikatakan sudah sangat mapan. Rumahnya sudah direnovasi menjadi dua lantai dan sudah punya dua buah mobil.

Untuk saat ini saya belum tahu apakah saya akan bekerja lagi. Tetapi saya bertekad untuk terus aktif di organisasi SPRT (Serikat Pekerja Rumah Tangga) yang sudah saya ikuti sejak 2003.

Saya bergabung dengan organisasi SPRT Tunas Mulia yang menaungi PRT di Kota Yogyakarta pada tahun 2003. Selama saya bergabung, banyak manfaat yang saya rasakan. Di SPRT saya bisa berkumpul dengan teman-teman sesama PRT.

Kami bisa saling berbagi cerita masalah yang kami alami di tempat kerja. Di SPRT kami juga sharing cara mengatasi berbagai masalah kerja dan ketenagakerjaan. Kami juga saling memberikan dukungan dan bertukar cerita.

Kami terus bahu membahu dan berupaya mengembangkan sayap organisasi kami dan merekrut anggota baru teman-teman PRT untuk bisa bergabung dengan SPRT. Semakin banyak PRT yang bergabung maka akan semakin kuat perjuangan kami.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

Mia

Pekerja rumah tangga aktif di SPRT Tunas Mulia
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!