Pengalaman Nikita Willy dan Indra Priawan: Pengasuhan Anak Bukan Cuma Urusan Perempuan 

Kewajiban pengasuhan anak bukanlah tugas perempuan, tapi juga tanggung jawab laki-laki, karena pengasuhan anak bukan cuma tanggungjawab perempuan dan baby sitter.

Sosial media belakangan lumayan sering membincangkan soal artis, Nikita Willy. Tak sedikit warganet yang memuji gaya pengasuhan yang dilakukan artis sinetron ini, yang mengasuh anaknya sendiri dengan baik, juga tanpa baby sitter.

Tapi di luar puja-puji ini, penting untuk mengetahui bahwa kewajiban pengasuhan anak bukanlah milik perempuan, tapi juga tanggung jawab laki-laki, karena pengasuhan anak bukan cuma tanggungjawab perempuan atau baby sitter, tapi tanggung jawab laki-laki atau ayah si bayi. 

Banyak yang menyalah artikan soal ini. Maka artikel ini ingin mengajak semua orang untuk peduli dengan konsep pengasuhan anak. 

Pengasuhan anak juga bukan tanggungjawab Pekerja Rumah Tangga (PRT) atau baby sitter, karena mereka sifatnya hanya membantu pekerjaan di rumah termasuk pengasuhan anak, tapi bukan menjadi penanggung jawab utama.

Soal kepedulian Nikita Willy dalam mengasuh anaknya, Issa Xander Djokosoetono atau akrab dipanggil Baby Izz ini ramai dipuji di media sosial. Meski masih terbilang baru jadi ibu, Nikita dianggap mampu memberikan pola asuh yang melatih kemandirian anaknya, yang kini berusia sekitar 10 bulan. 

Itu bisa dilihat dari kebiasaannya membacakan buku, menerapkan sleep train, metode baby led weaning (BLW) dengan membiarkan anak memilih dan mengkonsumsi makanannya sendiri, membiasakan toilet training, sampai tidak diberikan gadget dan dibiarkan mengeksplor sekitar. Netizen juga berkomentar, Nikita mengasuh anak tidak dibantu baby sitter.

“Dis! Suka banget nonton video Nikita Willy di tiktok apalagi soal parentingnya, bener-bener definisi gambaran wanita yang siap jadi ibu, siap financial, siap mental,” tulis salah satu akun base 4,1 juta pengikut di twitter. 

Cuitan yang memposting video Tiktok Nikita Willy yang bicara soal pengasuhan anak itu pun, banjir likes. Paling tidak ada 10 ribuan lebih likes dan ribuan retweets. 

Di video pendek semenit-an itu, Nikita menyebut pengasuhan (parenting) merupakan tanggung jawab yang besar dalam hidup. Dalam menjalankan peran itu, dirinya punya support system: suami, keluarga, ibu dan banyak bantuan lainnya. 

Untuk mengelola waktu jadi seorang Ibu dan perempuan pekerja, Nikita Willy mengaku berupaya untuk sebisa mungkin menjalankan pekerjaan dari rumah (work from home). Dia akan pergi, saat Issa sudah tidur misalnya. 

Pengasuhan Anak Bersama Suami

Namun tak semua rumah tangga punya kondisi yang sama. Banyak buruh pabrik misalnya yang harus menitipkan anaknya pada tetangganya karena mereka harus bekerja dari pagi sampai malam, dan ini semua rata-rata jadi tanggungjawab perempuan.

Mau menitipkan ke baby sitter tidak mungkin karena mahal. Mau menitipkan ke saudaranya juga tidak mungkin karena semua harus bekerja. Sedangkan untuk bekerja dari rumah, juga tidak mungkin dilakukan, dari pagi mereka harus bekerja di pabrik sampai sore hari. 

Maka kondisi ini bisa ditutupi dengan memiliki suami atau supporting system yang baik, dimana semua punya dukungan yang sama untuk mengasuh anak. Karena jika semua tanggungjawab pengasuhan anak ditimpakan pada perempuan yang bekerja, problem pengasuhan anak hanya akan menjadi milik perempuan

Seperti yang ada dalam vlogger Nikita, Ia juga biasanya bergantian dengan Indra Priawan untuk menjaga Baby Izz. Mereka berdua saling membantu dalam pengasuhan dan menjalani aktivitas bekerja. 

Ditanya soal satu kata untuk mendeskripsikan dirinya dalam pengasuhan, perempuan kelahiran tahun 1994 itu bilang, YOLO atau You Only Life Once. Ini bisa jadi diartikan, Ia tidak ingin kehilangan momen tumbuh kembang untuk pengasuhan anaknya.

Menanggapi berbagai respons atas pola asuhnya terhadap anak, Nikita tak memungkiri itu hal yang jadi tantangan besar. Tapi, dirinya berupaya tak ambil pusing. 

“Closing my eyes and ears about what people think about my son,” kata Nikita. 

Pengasuhan Juga Urusan Laki-laki

Hal penting yang bisa dipelajari dari pengasuhan Baby Izz adalah laki-laki juga ambil peran. Indra Priawan sebagai suami dari Nikita dan ayah Baby Izz, saling mem-backup dalam mengasuh anak. Di situasi mereka tidak memiliki baby sitter dan masing-masing mesti bekerja. 

Apa yang Nikita-Indra lakukan itu, bisa dibilang sebagai upaya ‘mendobrak’ norma gender yang timpang di tengah masyarakat: urusan pengasuhan cuma urusan perempuan. 

Konde.co pernah menulis pernyataan Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Mike Verawati, yang menjelaskan soal persoalan gender role atau pembakuan peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga yang hingga kini masih dilestarikan undang-undang. 

Tidak dipungkiri perspektif yang membagi peran suami istri secara dikotomis masih banyak terjadi di sekitar kita. Bahkan, sudah kadung mengakar kuat. Mirisnya lagi, hal itu bahkan ditopang dengan regulasi yang timpang seperti pada UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. 

Disebutkan Pasal 31 ayat (3) bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Sedangkan pada Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengatakan, suami wajib melindungi istri dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Sementara istri bertugas mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 

Penafsiran aturan ini, seringkali merujuk pada asumsi bahwa suami perannya mencari nafkah. Sedangkan urusan pengasuhan dan domestik adalah tugas perempuan sebagai ibu rumah tangga. Ini diperparah lagi dengan adanya tafsir agama dan nilai-nilai budaya yang memperkuat pembakuan gender itu. 

Dampaknya tentu saja, bisa semakin mempersulit perempuan dengan situasi tertentu. Bahkan, menimbulkan stigma-stigma seperti perempuan yang dianggap ‘tak becus’ urus anak jika dia juga bekerja.

Padahal, semestinya situasi kekhasan setiap pasangan di era kini terutama, memiliki peran rumah tangga yang semakin dinamis. Termasuk soal tugas pengasuhan anak yang dilakukan sebagai tanggung jawab bersama. 

Support System dalam Pengasuhan Itu Penting

Untuk bisa menghasilkan “pola asuh modern” ala Baby Izz yang banyak dipuji, tentu kita tidak bisa melepaskan begitu saja dengan konteks yang ada. Aksesibilitas dan support system memerankan peran penting. Mengapa begitu?

Mari kita lihat, aksesibilitas Nikita-Indra untuk memperoleh informasi parenting dari banyak sumber, bisa dikatakan mudah. Keduanya juga punya latar belakang pendidikan magister—di luar negeri. Kesempatan mengenyam pendidikan tinggi juga bisa disebut merupakan privilege.

Soal pengasuhan anak, Nikita-Indra cenderung mengadopsi ilmu pengetahuan dan sains. Dibandingkan percaya sama mitos-mitos.

“Kita maunya parenting berdasarkan sains, bukan mitos-mitos doang. Gak boleh ini, gak boleh itu karena mitos, tapi kalau gak ada background sains di belakangnya, kita gak akan ngikutin,” kata Indra dalam Vlog yang pernah diunggah pada 16 Juli 2022 lalu. 

Dari segi kemampuan finansial, Nikita-Indra juga punya aksesibilitas yang layak. Nikita termasuk artis sinetron perempuan dengan bayaran termahal, sedangkan Indra adalah pengusaha muda di bidang transportasi—–cucu pendiri Blue Bird Group, Mutiara Fatimah Djokosoetono.  

Tak kalah penting, support system juga mengambil peran penting. Dukungan keluarga, orang tua dan orang sekitar diakui Nikita-Indra membantu mereka dalam hal pengasuhan.  

“Gaya parenting kita sendiri, gak menutup kemungkinan minta banyak bantuan dari orang tua,” imbuh Nikita. 

Jadi, dari Nikita-Indra setidaknya kita bisa belajar, pengasuhan itu bukan cuma urusan perempuan. Tapi juga laki-laki sebagai pasangan orang tua. 

Tak bisa dinafikan pula, setiap orang punya situasi yang beda: kesempatan aksesibilitas dan support system. Makanya, tidak perlu melakukan shaming (mempermalukan) ataupun blaming (menyalahkan) gaya pengasuhan orang lain sebagai orang tua.

Yuk, saling memahami dan terus sama-sama belajar. Semangat!  

(Sumber Gambar: IG Indra Priawan)

Nurul Nur Azizah

Bertahun-tahun jadi jurnalis ekonomi-bisnis, kini sedang belajar mengikuti panggilan jiwanya terkait isu perempuan dan minoritas. Penyuka story telling dan dengerin suara hujan-kodok-jangkrik saat overthinking malam-malam.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!