Sejarah Baru : Michelle Yeoh Perempuan Asia Pertama Pemenang Oscar

Entah sebuah kebetulan atau tidak, Halle Berry, yang menjadi perempuan kulit hitam pertama pemenang Oscar untuk Aktris Terbaik pada tahun 2002 untuk film Monster’s Ball, memberikan piala Aktris Terbaik kepada Michelle Yeoh. Michelle Yeoh jadi perempuan Asia pertama yang memenangkan Piala Oscar.

Dalam 21 tahun sejak kemenangan Halle Berry itu, tidak ada satupun perempuan kulit hitam atau berkulit berwarna lainnya yang memenangkan kategori tersebut – sampai Michelle Yeoh, yang sekarang menjadi perempuan Asia pertama yang mendapatkannya. 

Michelle Yeoh mencatatkan namanya dalam sejarah perfilman sebagai perempuan Asia pertama yang memenangkan Piala Oscar. Di usianya yang ke 60 ini, Ia berhasil mengalahkan beberapa nominator lain, termasuk Cate Blanchett dari film Tar dan Ana de Armas yang berperan sebagai Marilyn Monroe dalam film Blonde. 

Dalam film Everything Everywhere All at Once, Yeoh memerankan seorang pemilik binatu yang harus menggunakan versi dirinya yang berbeda di berbagai dunia paralel untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Karier Filmnya Dimulai Secara Kebetulan

Dilansir dari lifestyleasia.com, Michelle Yeoh berasal dari keluarga di Malaysia dan sudah tertarik pada aktivitas fisik sejak usia dini, termasuk bola basket, renang, dan balet. Dia mengikuti pelatihan balet di Royal Academy of Dance di London selama masa remajanya, tetapi cederanya menghalangi mimpinya menjadi penari balet profesional. 

Sebagai alternatif, Yeoh berencana membuka sekolah balet sendiri. Namun, pada tahun 1983, ibunya mendaftarkan Yeoh ke kontes Miss Malaysia dan ia berhasil memenangkan kompetisi tersebut. Kesuksesannya dalam kontes tersebut membawa Yeoh ke dunia iklan dan akhirnya menandatangani kontrak akting dengan perusahaan produksi di Hong Kong setelah tampil dalam iklan bersama Jackie Chan. Dari sinilah, Yeoh mulai meniti karir di dunia akting yang membawanya pada prestasi-prestasi besar di kemudian hari.

Setelah itu, Yeoh mendapat peran utama pertamanya dalam film Hollywood, yaitu film James Bond, bersama Pierce Brosnan, yang kemudian membuatnya dikenal secara internasional. Dia kemudian membintangi Crouching Tiger, Hidden Dragon, yang membuat namanya semakin melambung. Meskipun tidak memiliki pelatihan formal dalam seni bela diri, Michelle Yeoh telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam kung fu. 

Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana Yeoh bisa begitu hebat dalam seni bela diri tanpa pelatihan yang tepat. Namun, sebagai seorang penari, kelenturan tubuh Yeoh memungkinkannya untuk memainkan peran seni bela diri dengan baik. Gerakan-gerakan seni bela diri dipelajarinya di set film, sementara ia juga melatih dirinya sendiri di gym bersama dengan bintang aksi veteran seperti Dick Wei. Prestasinya dalam seni bela diri di dunia film telah membangun reputasinya sebagai salah satu bintang aksi terbaik di industri perfilman.

Pelitnya Oscar Terhadap Representasi Keberagaman

Di malam penghargaan tersebut, entah sebuah kebetulan atau tidak, Halle Berry, yang menjadi perempuan kulit hitam pertama pemenang Oscar untuk Aktris Terbaik pada tahun 2002 untuk film Monster’s Ball, memberikan piala Aktris Terbaik kepada Michelle Yeoh. Dalam 21 tahun sejak kemenangan Halle Berry itu, tidak ada satupun perempuan kulit hitam atau berkulit berwarna lainnya yang memenangkan kategori tersebut – sampai Yeoh, yang sekarang menjadi perempuan Asia pertama yang mendapatkannya. 

Kemenangan ini terjadi dua dekade setelah kemenangan Berry dan menunjukkan betapa jauh Hollywood harus memperbaiki diri dalam upaya meningkatkan keberagaman.

Mengutip dari npr.org, masih ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh Oscar sejak #OscarsSoWhite viral delapan tahun yang lalu. Pengguna Twitter dan aktivis April Reign pertama kali men-tweet #OscarsSoWhite, karena badan pemungutan suara kebanyakan masih orang kulit putih. Argumennya adalah bahwa badan pemungutan suara yang homogen seperti itu akan selalu kurang mendukung film-film yang tidak mewakili pengalaman mereka—yakni film yang mewakili pengalaman kaum terpinggirkan. Kini Oscar mulai memperkaya representatif anggota badan pemungutan suara, film-film, dan aktor-aktor yang beragam.

Ini adalah momen yang menyentuh hati saat melihat Michelle Yeoh, yang telah bekerja tanpa henti selama empat dekade dan dengan bangga mewakili Malaysia, akhirnya mendapatkan pengakuan.

Jika kamu ingat, di tahun 2000 betapa populernya film Crouching Tiger, Hidden Dragon yang dibintangi oleh Chow Yun Fat dan Michelle Yeoh dengan acting mereka yang memukau. Meskipun film tersebut mendapatkan banyak pujian dan penghargaan di Oscar, para aktornya tidak mendapat pengakuan yang setimpal, seperti juga terjadi pada film Parasite yang memenangkan Oscar pada tahun 2020.

Dalam wawancaranya untuk independent.co.uk Michelle Yeoh mengingat, meskipun Crouching Tiger, Hidden Dragon meraih pujian Oscar, tidak ada aktor yang diakui. “Apakah kami tidak berpartisipasi? Apakah kami tidak terlihat?.” 

Dia menggelengkan tangannya di depan kamera untuk menggambarkan maksudnya. Seperti halnya film Korea, Parasite, yang pada 2020 menjadi film berbahasa asing pertama yang membawa pulang penghargaan Best Picture Oscar. Meskipun film Asia ini mendapat pujian universal, tidak satu pun dari bintangnya menerima nominasi di kategori akting, seolah memberikan penghargaan kepada para aktor Asia adalah langkah terlalu jauh dalam upaya keberagaman Oscar.

Yeoh menegaskan bahwa para aktor dan aktris juga berkontribusi pada film, dan mereka harus diakui atas peran mereka. Ia berpendapat bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kehadiran para aktor Asia dalam film memiliki nilai yang sama dengan aktor lainnya.

“And Ladies…Never Let Anybody Tell You That You are Past Your Prime.”

Ini adalah kata-kata Michelle Yeoh dalam pidatonya di atas panggung Oscar, dengan patung kecil di tangannya. Ageism nyata di Hollywood. Bagi aktris, tidak peduli seberapa cantik, berbakat, atau karismatik, saat ini, mereka secara terus menerus diingatkan bahwa ada jam biologis yang berdetak di karir mereka, yaitu ketakutan penuaan.

Lan Duong, seorang profesor studi sinema dan media di University of Southern California, mengatakan kepada npr.org bahwa ageism (diskriminasi berdasarkan usia) tidak akan hilang karena film masih dibuat untuk memenuhi pandangan laki-laki, yang pada akhirnya akan berujung pada objektifikasi perempuan. 

“Pandangan tersebut seringkali adalah pandangan heteroseksual, patriarkis. Dan sering kali ditujukan pada tubuh perempuan yang masih muda dan menarik,” katanya.

Masa jaya seorang aktris juga sering dikatakan ‘selesai’ saat ia telah menikah. Yeoh juga pernah memilih untuk pensiun dari karirnya setelah menikah dengan Dickson Poon pada tahun 1988, salah satu pendiri studio film utama di Hong Kong saat itu. Namun, keputusannya tidak bertahan lama dan Yeoh kembali ke dunia akting setelah bercerai dengan Poon beberapa tahun kemudian. 

Kembali pada wawancaranya di  independent.co.uk, Yeoh mengaku tidak mudah menjalankan peran sebagai seorang istri, seorang ibu, dan seorang aktris sekaligus. Dia lebih memilih untuk berkonsentrasi pada kehidupan pernikahannya saat itu, dan merasa bahwa itu adalah pilihan yang tepat untuk dirinya.

“Saya kagum dengan perempuan yang bisa mengimbangi karir yang luar biasa, menjadi ibu, dan mengurus keluarga. Saya tidak bisa. Pada saat itu, saya menyadari bahwa jika saya menikah, maka itu yang ingin saya fokuskan,” katanya. 

“Saya orang yang sangat berkomitmen, dan saya tahu bahwa saya tidak bisa menjadi istri terbaik – dan mudah-mudahan ibu – jika saya pergi berbulan-bulan untuk syuting. Saya tidak tahu bagaimana cara menyeimbangkannya. Saya ingin bisa bepergian bersama suami saya. Saya ingin menjadi bagian dari hidupnya dan menjadikannya hidup kita.”

“Para perempuan, jangan pernah biarkan orang lain mengatakan bahwa Anda telah melewati masa jayamu,” kata Yeoh yang berusia 60 tahun pada Oscar, selaras pesan yang sama dengan ucapan Jennifer Coolidge di Critics’ Choice Awards pada bulan Januari lalu. “Itu belum berakhir sampai Anda mati.” Kedua pidato ini, adalah pengingat akan keteguhan hati, semangat, dan perjuangan banyak orang yang bekerja di industri hiburan saat ini.

Sumber gambar: people.com

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!