5 Tips Anti Drama Biar Move On Dari Mantan Toksik

Patah hati dan terjebak dalam relasi toksik bukan situasi yang mudah untuk diterima. Proses move on memang gak pernah mudah.

Gak cuma jatuh cinta, patah hati juga bikin hidup penuh emosi. Emosi jadi gak stabil, juga bikin kamu cepat berubah pikiran. Blockunblock-terus block lagi sosmednya. 

Suatu waktu, bisa aja kamu bisa curhat panjang-lebar di sosmed. Oversharing atau over-reacting sama hal-hal yang justru seringnya bikin kerugian buatmu sendiri. 

Rasanya bisa nano-nano. Di bibir kamu bisa bilang:

“Udah, ngapain mikirin dia.”

Eh tapi, tiap saat kamu masih suka kepoin akun sosial medianya. Masih suka stalking aktivitasnya apa, atau dia lagi deket sama siapa di akun alter.

Apalagi jika ini toksik, udah, lupakan saja. Walaupun pergi dari hubungan toksik itu tidak gampang. Pelaku seringnya piawai dalam memanipulasi emosi korban dengan menunjukkan sikap yang berubah-ubah (kasar, meminta maaf, penyayang, dst). 

Ungkapin sedih saat baru patah hati dan menuntaskan itu harus dilakukan. Itu manusiawi. Tapi jangan lupa, yuk, hidupkan juga harapanmu untuk bisa melangkah ke depan. Move on!

Proses move on emang gak mudah. Rasanya, momen indah akan melayang-layang dalam pikiran. Di saat bersamaan pula, ada perasaan sakit yang tak terelakkan. Kalau udah gini, rasanya mau protes sama lagunya Meggy Z: mending sakit gigi aja, dibanding sakit hati. 

Lalu, apa saja yang bisa kamu lakukan biar bantu kamu lekas move on? Paling nggak, gak pake drama-drama. Cukup sinetron ‘Cinta Fitri’ (2007) atau Tukang Ojek Pengkolan (2015) aja yang sampai ribuan episode. Kisah cintamu, jangan. 

1.Sadari dan Terima Apa Adanya

Ini adalah hal yang seringkali dilupakan atau diabaikan, menyadari dan menerima kondisi yang ada. Apa jadinya? Sekilas bisa jadi tampak baik-baik saja, tapi kalau proses ini tidak dilalui. Perasaan kita bisa saja ‘meledak’ sewaktu-waktu. 

Kamu bisa memberi dirimu waktu untuk bersedih. Kasih ruang untuk dirimu mengungkapkan perasaan yang muncul atau dirasa. Bisa melalui journaling, cerita ke orang terdekat yang kamu percaya, atau mengekspresikan lewat cara-cara kreatif seperti puisi, cerpen, lagu dan lainnya. 

Proses penerimaan diri dan merilis emosi negatif juga bisa kamu lakukan salah satunya dengan meditasi. Lebih luas lagi, meditasinya ini gak hanya dengan duduk bersila dan latihan pernapasan, tapi bisa juga dengan aktivitas mindfulness melukis, memasak, menanam, dan lainnya.  Ini bisa membuatmu lebih tenang, stabil, dan punya energi yang positif. 

2.Stop Kepo dan Singkirkan Barang Kenangan

Memang kadang ‘gatel’ sih buat gak scrolling-scrolling sosial medianya. Masih suka lihatin dan simpan koleksi-koleksi kenangan bersama mantan. Tapi, bisa jadi hal itu yang bikin kamu makin susah move on. Iya kalau masih ada kesempatan kedua buat balikan, kalau dianya udah sama yang lain, kan nyeri-nyeri-nyeri. 

Belum lagi, trigger-trigger yang bisa saja muncul kapanpun, saat mengingat betapa dia menyakitimu, atau hubungan kalian terpaksa tak bisa diteruskan dan lainnya. So, jaga jarak.

Gak harus langsung menutup akses semuanya. Kamu bisa lakukan bertahap. Paling gak, sampai perasaanmu gak begitu intens. Tandanya? Kalau emosimu masih meledak-ledak saat mendengar-melihat-mengingat apapun tentangnya. 

Kamu punya hak kok, buat memilih aktifkan tombol mute, unfollow, block, bahkan uninstall akun sampai kondisimu benar-benar pulih. Kamu juga bisa mulai bersih-bersih barang-barang atau sesuatu yang bisa mengingatkan tentangnya. Bisa kamu sumbangkan, kembalikan, atau apapun yang tidak merugikan.

Memang butuh waktu untuk melatih ketidakterikatan ini. Tapi percayalah, begitu kamu melewati fase ini, kamu akan sangat berterima kasih. 

3.Support System yang Tepat

Sambil kamu terus berproses dengan diri dan pikiranmu, kamu bisa mendekatkan diri dengan support system yang kamu percayai. Bisa dengan orang tua, sahabat, komunitas positif, bahkan lebih dekat dengan kucing atau anjing lucumu—- bisa membuatmu merasa fulfill dan disayangi. 

Support system ini berperan penting untuk semakin menguatkanmu. Terlebih, pada masa-masa kamu mulai gak stabil. Merekalah yang bisa mengingatkan dan menopangmu untuk bisa bertahan di masa-masa sulit. 

4.Bikin Boundaries

Di situasi tertentu, semisal kamu yang sudah susah payah berjuang move on, malah mantan seenaknya nyelonong tanpa permisi: mengetikkan pesan singkat ‘kangen (emot love)’ atau minta ketemuan dan lain-lain. Kamu bisa ngasih batasan-batasan (boundaries). 

Ingat-ingat, redflag atau tanda-tanda toksik apa saja yang sudah dia lakukan dalam hubungan. Kalau perlu, kamu bisa bikin catatan plus dan minus, kenapa hubungan kalian memang semestinya hanya sebatas teman aja. Sebab kalau diteruskan, bisa jadi hubungannya makin gak sehat, misalnya karena toksiknya sudah di luar batas, berulang-ulang, bahkan cenderung manipulatif. 

Ingat, jangan cepat kepincut dengan love bombing yang dilakukan mantan. Sadari dan pertimbangkan matang-matang, dengan tenang. 

5.Self Love dan Nikmati Harimu!

Pelajaran yang paling berharga dari putusnya hubungan, kadang justru menyadari betapa berharganya diri. Betapa kamu layak untuk dicintai dan mencintai dengan ketulusan. 

Nikmatilah masa-masamu berproses menyembuhkan diri. Kamu bisa memulai kembali hobi-hobi yang kamu tinggalkan, mencoba hal baru, dan memberi dirimu kebahagiaan. Kamu yang suka make up, suka menari, suka bercerita, butuh healing, lakukanlah!

Syukuri hal-hal kecil dan sederhana, di setiap harimu yang berjalan. Kamu bisa merefleksikan perjalanan yang telah kamu lalui kemarin, bahwa semuanya tidak ada yang sia-sia. Yakini, kamu kelak akan tumbuh tambah dewasa, bijak, dan bahagia dengan semua proses ini. 

Move on berarti proses penerimaan diri dan terus berprogres lebih baik ke depan. Masuklah kembali dalam hubungan jika memang kamu sudah benar-benar siap, bukan sebatas harus cepat. Tak usah buru-buru. 

Jadi, nikmati saja saat ini. Apa adanya kini. 

Nurul Nur Azizah

Bertahun-tahun jadi jurnalis ekonomi-bisnis, kini sedang belajar mengikuti panggilan jiwanya terkait isu perempuan dan minoritas. Penyuka story telling dan dengerin suara hujan-kodok-jangkrik saat overthinking malam-malam.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!