Benarkah Konten Hiburan Makin Diminati Saat Momen Ramadhan?

Pengguna platform digital yang banyaknya anak muda, banyak menggemari konten hiburan. Nonton streaming youtube, scrolling sosial media IG dan Tiktok jadi tren.

Apa yang kamu lakukan di sela-sela waktu beribadah saat momen ramadhan? 

Nonton streaming youtube? Scrolling konten-konten sosmed yang bikin ngakak? Atau liat-liat meme kocak gaming di fanbase twitter? Atau bahkan nonton acara komedi di TV bareng keluarga di rumah?

Ya, kamu gak sendiri. Ternyata banyak orang yang ketika puasa justru lebih sering mengonsumsi konten-konten hiburan di platform digitalnya. Laporan terbaru Jakpat, aplikasi online survei di Indonesia, menyebutkan konsumsi masyarakat untuk media dan hiburan saat momen Ramadhan memang lebih banyak.   

Sebagian besar responden cenderung mengakses informasi atau media hiburan, dimulai saat sahur dan meningkat saat waktu istirahat siang yang biasanya digunakan untuk makan siang. Kemudian, kembali menurun saat berbuka puasa dan kembali mengakses hiburan di malam hari. 

Platform online yang paling sering diakses untuk mendapat hiburan dan informasi adalah YouTube, sedangkan TV nasional juga masih digunakan sebagai acuan waktu Magrib atau waktu berbuka.

“Di bulan Ramadhan waktu yang biasanya dipergunakan makan siang, dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti nonton YouTube, main game, atau baca novel digital,” kata Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca yang merupakan penyedia akses bacaan digital. 

Senada dengan itu, Double Verify yang menganalisa tren media digital juga menyebutkan, adanya pergeseran perilaku dalam hal konsumsi konten digital. Selera konsumen terhadap konten terus meningkat.

“Sebagian besar (66%) orang Indonesia saat ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengonsumsi konten setiap harinya dibandingkan dengan sebelum pandemi,” dilansir melalui pernyataan resmi (6/4). 

Analisa dari sekitar 16.000 konsumen global itu, menempatkan konten yang paling banyak digemari yaitu Youtube (54%), Instagram (32%), dan Tiktok (25%).  Diprediksi tren ini akan lebih berkembang lagi dalam 12 bulan ke depan.   

Ramadhan, Tren Pengeluaran Membengkak

Cabaca sebagai salah satu platform baca dan digital melakukan survei bersama Jakpat yang melibatkan 236 responden. Sebesar 56,78% responden mengaku pengeluaran saat Ramadhan lebih banyak daripada hari biasanya. Ada pengeluaran tambahan seperti  pengeluaran untuk makan atau jajan, belanja pakaian, belanja hampers, hingga membeli akses konten hiburan. 

Mengutip pula laporan spesial 2023 Welcoming 2023 Ramadan and Eid yang dibuat oleh Jakpat yang melibatkan 1.034 responden muslim, menjelaskan jika ada beberapa pengeluaran yang paling banyak dilakukan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebesar 88% responden mengaku pengeluaran dialokasikan untuk zakat, infaq, dan sedekah. 

Di posisi kedua sebesar 80% untuk buka puasa, disusul 79% untuk berbelanja makanan, 69% berbelanja untuk Ramadhan dan Idul Fitri,  lalu 53% berbelanja untuk kebutuhan lainnya. Selain itu, tren belanja pakaian masih menjadi hal yang dipilih selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. 

Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa daftar belanja selama Ramadan dan Idul Fitri yang dipilih oleh beberapa responden yang akan berbelanja selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri di luar berbelanja makanan adalah belanja baju yang memimpin sebesar 88%, diikuti oleh perlengkapan sholat, sebesar 66%, alas kaki sebesar 60%, aksesoris fashion 55%, dan lainnya. 

Pengeluaran yang sebelumnya tidak masuk dalam daftar utama, pada bulan Ramadhan menjadi hal yang dialokasikan lebih dulu, seperti  zakat, infaq, dan sedekah.

“Selain menjadi kewajiban yang perlu dilakukan oleh setiap muslim untuk membayar zakat, namun tidak sedikit orang-orang yang memberikan banyak bantuan lebih dari biasanya kepada yang membutuhkan selama bulan Ramadhan. Seperti menyediakan takjil gratis, memberikan makanan untuk sahur, hingga memberikan paket sembako,” pungkasnya.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!