petani merica

Petani Merica Kirim Surat Pada Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito: Kecewa dengan Tambang

Para petani merica dan perempuan Loeha Raya Mahalona berkirim surat kepada Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito yang sedang berkunjung ke Indonesia. Mereka kecewa atas penambangan nikel dari perusahaan Jepang yang akan mengancam hidup mereka

Para perempuan ini mengirimkan surat pada Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito yang berkunjung ke Indonesia.

Dalam suratnya mereka menyatakan terancam dengan perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia yang merupakan perusahaan pertambangan dan peleburan besar dari Jepang di Indonesia.

Berikut isi suratnya:

Kepada Yang Terhormat,

Yang Mulia Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito

Di Jakarta,

Dengan hormat,

Selamat datang di Indonesia Yang mulia Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito. Kami para petani merica dan perempuan-perempuan di sekitar pegunungan Lumereo, Loeha-Mahalona, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, berharap Yang mulia senantiasa sehat dan berbahagia selama berada di Indonesia.

Melalui surat terbuka ini, kami ribuan petani merica dan perempuan di Loeha Raya dan Mahalona Raya, yang hidup di sekitar Pegunungan Lumereo ingin meminta perhatian, bantuan dan pertolongan agar yang mulia Kaisar dapat melindungi hidup kami yang saat ini terancam oleh tambang nikel PT Vale Indonesia. Kami mengirim surat terbuka ini karena kami percaya bahwa Yang Mulia Kaisar Hironomiya Naruhito dapat menolong hidup kami dan keluarga-keluarga kami.

Saat ini hidup kami, hidup anak, keluarga kami dan hidup perempuan-perempuan di sekitar pegunungan Lumereo atau Blok Tanamalia sedang terancam akibat perluasan tambang nikel PT Vale Indonesia, dimana 15 persen pemegang saham di perusahaan tersebut adalah perusahaan Jepang yakni Sumitomo Metal Mining (SMM). Tentu saja, masa depan hidup kami sangat tergantung oleh keputusan dari perusahaan Jepang ini. Sehingga kami perlu menyampikan kepada Yang Mulia bahwa bila PT Vale Indonesia melanjutkan perluasan tambang di Blok Tanamalia atau Pegunungan Lumereo maka hidup kami akan menderita selamanya.

Saat ini, kami sudah hidup sejahtera dari kebun merica yang kami tanam dan pelihara sejak 20 tahun lalu. Dari kebun merica ini, kami dapat membangun rumah, membeli kendaraan, menyekolahkan anak-anak kami hingga perguruan tinggi. Kami tentu tidak pernah berharap kehidupan kami kembali miskin akibat kebun-kebun kami dirusak karena perluasan tambang nikel PT Vale Indonesia yang salah satu pemegang sahamnya merupakan perusahaan Jepang. Kami juga tidak berharap perusahaan dan pemerintah Jepang dapat keuntungan dan pajak yang sangat besar dari nikel PT Vale Indonesia, sementara kebun merica kami dirusak, hidup kami, hidup anak dan istri serta keluarga kami miskin.

Selain kebun-kebun merica yang akan dirusak dan digusur, perluasan tambang nikel PT Vale Indonesia, dimana 15 persen pemegang sahamnya adalah Sumitimo Metal Mining, juga akan merusak ekosistem hutan hujan yang merupakan habitat flora dan fauna endemic Sulawesi, serta penyangga utama kehidupan masyarakat dan ekosistem Danau Towuti. Ekosistem hutan hujan yang membentang di Pegunungan Verbeek adalah ekosistem yang sangat esensial bagi kehidupan kami dan generasi mendatang. Kami dapat membayangkan bencana akan terus kami hadapi bila ekosistem hutan hujan itu rusak. Kami juga meyakini bahwa habitat fauna endemic Sulawesi akan terganggu dan hilang bila ekosistem hutan hujan tersebut rusak, dan berakibat pada kehidupan kami.

Pegunungan Lumereo adalah sumber hidup kami, sumber hidup flora dan fauna endemic Sulawesi. Pegunungan ini adalah ekosistem hutan hujan yang sangat esensial. Maka pegunungan ini harus dijaga dan dilindungi agar hidup kami tidak terganggu dan menjadi miskin.

Sekali lagi, kami, mewakili ribuan petani merica dan perempuan yang hidup di sekitar pegunungan Lumereo atau Blok Tanamalia meminta tolong dengan penuh rendah hati kepada Yang Mulia Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito agar bijaksana kepada kami dan meminta Sumitomo Metal Mining agar menghentikan perluasan tambang nikel PT Vale Indonesia untuk melindungi hidup kami, hidup anak dan keluarga kami serta habitat flora dan fauna endemic Sulawesi. Kami akan selalu mengingat kebaikan yang mulia bila yang mulia bersedia menolong dan melindungi kami dan bentang alam hutan hujan kami.

Desa Ranteangin, 19 Juni 2023

Atas nama petani merica dan perempuan Loeha raya – Mahalona raya

Ibu Hasnah, Perempuan Desa Raneteangin
Ibu Mulyani, Perempuan Desa Ranteangin
Ibu Wana, Perempuan Desa Loeha

Pak Khalif, Petani Merica Desa Ranteangin
Pak Galang, Petani Merica Desa Loeha

Muhammad Al Amin, Direktur Eksekutif WALHI Sulawesi Selatan.

Baca juga: Mengapa Para Perempuan Berani Hidup di Lingkar Tambang? 

Sumber foto: walhisulsel.or.id

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!