cisgender

Apa itu ‘cisgender’ dan Mengapa Istilah Ini Menjadi Pro dan Kontra

Istilah “cisgender” diperkenalkan agar bahasa kita bisa lebih adil dan inklusif, dan untuk membuat kita lebih sadar akan pengalaman gender setiap orang. Namun, istilah ini juga menuai pro dan kontra.

Istilah dan konsep “transgender” kini telah tertanam kuat dalam bahasa umum dan pembahasan populer. Di Australia, dalam beberapa minggu terakhir ini, ada berita besar tentang pesepakbola transgender, Hannah Mouncey; komentar Perdana Menteri Scott Morrison tentang gender whisperers; dan Universitas Australia Barat membatalkan seminar yang akan disampaikan oleh akademisi Amerika Serikat (AS) yang anti transgender.

“Transgender” memiliki padanan linguistik yang penting yang tidak umum digunakan, tetapi kini semakin lazim. Istilah “cisgender” (diucapkan “sis-gender”) mengacu pada orang-orang yang identitas dan ekspresi gendernya sesuai dengan jenis kelamin biologis yang diberikan kepada mereka saat lahir. Sebagai contoh, musisi Moby mengatakan bahwa ia adalah “laki-laki, cisgender, dan heteroseksual”.

Istilah “cisgender” diperkenalkan agar bahasa kita bisa lebih adil dan inklusif, dan untuk membuat kita lebih sadar akan pengalaman gender setiap orang. Namun, istilah ini juga menuai pro dan kontra.

Asal kata “cisgender”

Awalan “trans-” berasal dari bahasa Latin, yang berarti “di seberang” atau “di sisi lain”. Sebaliknya, awalan “cis-” berarti “di sisi ini”. Awalan ini biasanya digunakan dalam kimia dan dalam kaitannya dengan fitur geografis, seperti kata “cisalpine”.

“Cisgender” pertama kali dibahas dalam artikel jurnal akademik pada tahun 1990-an. Istilah ini mulai mendapatkan popularitas yang lebih luas sejak sekitar tahun 2007 ketika ahli teori transgender Julia Serano mendiskusikannya dalam bukunya Whipping Girl. Selama dekade berikutnya, para aktivis, akademisi, dan forum-forum online membantu, secara harfiah, menyebarkan berita ini.

Istilah ini sebagian besar digunakan oleh mereka yang peka terhadap isu-isu gender dan identitas. Namun demikian, penerimaan umum dan keberlangsungannya sebagai sebuah istilah dan konsep diakui ketika istilah ini ditambahkan ke dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford pada tahun 2015.

Cisgender secara khusus lebih berhubungan dengan gender daripada seksualitas. Seseorang dapat menjadi cisgender (sering disingkat menjadi cis) dan memiliki jenis kelamin apa pun. Sebagai contoh, dua orang laki-laki mungkin sama-sama cisgender, tetapi yang satu heteroseksual dan yang satu gay (homoseksual).

Karena ini adalah kategori identitas pribadi, sulit untuk mengetahui hanya dengan melihat seseorang apakah mereka cisgender.

Moby berfoto di tahun 2009: dia baru-baru ini menggambarkan dirinya sebagai laki-laki yang biasa-biasa saja, cisgender, dan heteroseksual. Estela Silva/EPA

Kegunaan istilah “cisgender”

Istilah ini dianggap memiliki beberapa kegunaan penting. Salah satunya adalah membantu kita membedakan antara identitas seksual dan identitas gender. Namun, fungsi yang paling penting adalah bahwa penamaan sesuatu memungkinkan kita untuk memikirkan maknanya dengan lebih jelas.

Memiliki kata untuk identitas gender yang dianggap “biasa saja” memungkinkan kita untuk memahami bahwa itu sebenarnya adalah identitas gender yang spesifik. Oleh karena itu, gagasan bahwa seseorang adalah cisgender menunjukkan bahwa, siapa pun kamu, hubungan antara tubuh dan rasa diri kamu adalah spesifik.

Dengan memperhatikan gender dengan cara ini, kita juga dapat menyoroti bahwa beberapa orang telah dirugikan karena identitas gender mereka. Artinya, istilah ini dapat menciptakan kesadaran bahwa orang-orang yang bukan cisgender sering kali mengalami kesulitan dalam masyarakat kita dibandingkan mereka yang cisgender. Sebagai contoh, beberapa transpuan melaporkan tingkat pelecehan fisik dan verbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang cisgender.

Kritik

Terlepas dari potensi inklusivitas, istilah ini juga menuai banyak kritik yang mencakup dampak negatif yang mungkin terjadi. Beberapa orang percaya bahwa istilah ini menciptakan perbedaan yang berbahaya antara orang transgender dan orang lain. Dalam hal ini, istilah tersebut dapat menjadi kontra-intuitif dan justru menghambat transgender untuk menjadi lebih diterima dan dianggap normal.

Aktor AS Laverne Cox, yang mengidentifikasi dirinya sebagai trans. EPA/PETER FOLEY

Hal ini juga dapat secara keliru menyiratkan bahwa hanya orang transgender yang mengalami ketidaksesuaian antara tubuh/jenis kelamin dan identitas gender mereka. Sebagai contoh, orang-orang lesbian, gay dan biseksual khususnya dapat dianggap sebagai cisgender tapi mengalami konflik antara identitas gender mereka dan bagaimana masyarakat mengharapkan mereka untuk mengekspresikan gender mereka.

Beberapa pihak telah mengidentifikasi bahwa istilah tersebut tidak tepat untuk menjelaskan individu interseks. Karena orang interseks memiliki karakteristik jenis kelamin yang tidak umum (misalnya alat kelamin, hormon, kelenjar reproduksi dan/atau kromosom), maka mendefinisikan identitas gender mereka dalam kaitannya dengan jenis kelamin saat mereka dilahirkan adalah hal yang bermasalah.

Baca juga: Transpuan Jadi Korban Pacaran Toksik; Sering Dipandang Rendah Pasangannya

Dari perspektif ini, cisgender dianggap membatasi dan memecah belah karena mengindikasikan hanya ada dua kemungkinan identitas gender yang terkait dengan dua jenis kelamin.

Terakhir, beberapa orang berpikir bahwa “cisgender” tidak akan sepenuhnya diintegrasikan ke dalam bahasa umum karena tidak lazim untuk dieja dan diucapkan. Untuk alasan ini, istilah yang lebih jelas seperti “nontrans” lebih disarankan.

Seiring dengan pemahaman kita tentang gender yang terus berubah, kata-kata yang kita gunakan untuk menggambarkan pengalaman kita tentang gender juga akan berkembang. Idealnya, kata-kata ini akan membantu kita memperbaiki ketidaksetaraan antara identitas gender.

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Joanna McIntyre

Senior Lecturer in Media Studies, Swinburne University of Technology
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!