Taliban ke Indonesia Paska Tutup Sekolah dan Salon Perempuan: Ini Pelecehan terhadap Perempuan

Kunjungan Taliban sebagai penguasa di Afghanistan ke Indonesia menyakiti perasaan saya sebagai perempuan. Setelah melarang perempuan bersekolah, Taliban juga menutup salon perempuan disana. Perempuan tak boleh pintar dan tak boleh berdandan.

Awal Juli 2023, Taliban, penguasa Afghanistan melakukan kunjungan ke Indonesia. 

Dilansir dari beberapa media, kabar ini dibenarkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI,  Teuku Faizasyah.  Dia mengatakan, team Taliban datang ke Indonesia bertujuan untuk bertemu dengan perwakilan Afghanistan di Jakarta. 

“Mereka datang untuk urusan internal dengan perwakilan Afghanistan di Jakarta, sifatnya kunjungan informal.”

Faizasyah  mengatakan Taliban yang datang tak melakukan pertemuan apa pun dengan pihak Pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Luar Negeri.

Namun wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Hafiz Zia Ahmad, seorang Taliban, pada 14 Juli 2023 menulis di Twitter, bahwa salah satu diplomat Taliban memimpin delegasi ke Indonesia. 

“Delegasi mengadakan pertemuan dan diskusi yang bermanfaat dengan beberapa cendekiawan, politisi, dan pengusaha di Indonesia untuk memperkuat hubungan politik dan ekonomi bilateral,” tulis Hafiz Zia Ahmad.

Taliban kembali menguasai Afghanistan sejak awal Agustus 2021, setelah Amerika Serikat memutuskan menarik pasukannya dari Afghanistan. Sejak saat itu, mereka menjalankan pemerintahan dengan ciri khas yang sangat mengekang perempuan dan tidak memberikan ruang gerak bagi perempuan.

Baca Juga: Menagih Janji-Janji Taliban “Perempuan Tak Bisa Sekolah, Sejarah Kelam Kembali Terulang”

Di awal kembalinya mereka menguasai Afghanistan, mereka masih berupaya untuk terlihat beradab dan memberi ruang pada perempuan. Mereka menyatakan  bahwa tetap akan memberikan kesempatan untuk anak perempuan untuk bersekolah, pada saat sekolah dibuka kembali di bulan Maret 2022, menyusul penutupannya sejak Agustus 2021.

Namun demikian, di saat-saat akhir, ada pengumuman yang menyatakan bahwa hanya anak laki-laki yang kembali bersekolah. Siswi perempuan libur sampai waktu yang tidak ditentukan. Pada Desember 2021 Taliban mengukuhkan larangan bersekolah dengan melarang perempuan bersekolah di Universitas.

Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan, Nida Muhammad Nadim menyatakan menentang pendidikan bagi kaum perempuan, dengan mengatakan hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Afghanistan

Penutupan Salon Perempuan

Belum selesai dengan pelarangan bersekolah pada perempuan, kita kembali dikagetkan dengan berita terbaru tentang tekanan dari Taliban terhadap perempuan. 

Penutupan salon perempuan di seluruh Afghanistan saat ini juga dilakukan. Taliban beralasan, bahwa salon menawarkan layanan yang dilarang dalam hukum Islam. Padahal, salon di Afghanistan merupakan salah satu dari sedikit tempat kerja yang bisa dilakukan oleh perempuan. Salon juga merupakan tempat perempuan dapat bersosialisasi dengan perempuan lainnya di tengah ketatnya aturan yang ada di Afghanistan.

Dengan semua aturan keras terhadap perempuan, Taliban merupakan pemerintahan yang memberikan mimpi buruk bagi perempuan di seluruh dunia. Penafsiran hukum Islam yang dimiliki oleh Taliban tidak manusiawi dan tidak memberikan ruang gerak bagi perempuan.

Tanpa pendidikan, tanpa ruang aman untuk bersosialisasi, perempuan akan menjadi makhluk domestik yang rentan kekerasan dan tidak berdaya untuk membela dirinya sendiri. Ini adalah penjajahan terhadap perempuan Afghanistan.

Indonesia, jelas menolak penjajahan. Indonesia, gagal menjadi tuan rumah World Cup U20 karena  keras menolak Israel dengan alasan aneksasi terhadap Palestina. Padahal ini adalah urusan olahraga, yang umumnya tidak disinggungkan dengan urusan politik. Namun kita keras menolak, jauh sebelum kedatangan tim Israel ke Indonesia.

Baca Juga: 3 Strategi Yang Bisa Dilakukan Untuk Bantu Perempuan Dan Warga Afghanistan

Dalam kunjungan team Afghanistan ini, semua dilakukan dengan diam-diam, tidak ada informasi ke masyarakat sampai kunjungan selesai dilakukan, dan twitter dari jubir pemerintah Afghanistan menyatakan hal tersebut. Menurut saya, ini hal yang sangat menyedihkan, karena dengan track record seperti ini tidak sepantasnya rombongan ini dibiarkan masuk oleh imigrasi Indonesia.

Mereka adalah penjahat kemanusiaan, penjajah terhadap perempuan. Tidak sepantasnya pemerintah Indonesia, resmi atau tidak resmi menerima kedatangan para penjajah ini ke negara yang menjunjung tinggi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Tidak sepantasnya pemerintah Indonesia menutup mata dan menganggap karena bukan urusan resmi maka mereka boleh berkunjung.

Kunjungan ini menyakiti perasaan saya sebagai perempuan, karena saya melihat bahwa pemerintah negara saya mengabaikan perasaan perempuan, dengan memberikan jalan masuk penjajah perempuan untuk datang, berapat dan berdiskusi pendukung mereka di Indonesia.  

Saya meminta pemerintah Indonesia untuk melarang dan menolak masuknya kontingen Taliban untuk masuk ke Indonesia, resmi ataupun tidak resmi. Tidak ada ruang untuk penjahat kemanusiaan di negara ini!

Rina Tiarawaty

Pemilik Pekarangan Rinati, resto taman di Tangerang dan aktif dalam forum_berbagi, komunitas yang mengurusi perundungan dan paksaan jilbab ke perempuan. Tulisan ini merupakan bagian dari kursus jurnalisme Pantau.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!