Film '200 Pounds Beauty' versi Indonesia (sumber foto: Instagram @200poundsbeauty_id)

‘200 Pounds Beauty’: Buruknya Perlakuan Pada Plus Size atau Tubuh Gendut

Bagaimana rasanya punya tubuh gendut atau plus Size? Film '200 Pounds Beauty' yang disutradarai Ody C Harahap dan diadaptasi dari versi Korea pada 2006 ini, ceritanya sangat dekat dengan realitas di Indonesia, yaitu soal perlakuan tidak adil yang dialami plus size.

Saat menonton film 200 Pounds Beauty versi Indonesia, aku sangat paham rasanya menjadi orang yang bertubuh gendut. 

Seketika memori buruk di masa lalu dan mengingatkan kembali betapa sedihnya hatiku saat dibandingkan, disudutkan, dicemooh, dan lainnya. Perlakuan itu membuatku bisa menemukan sisi lain yang tidak mereka temukan.

Lakon utama dalam film 200 Pounds Beauty adalah Juwita (Syifa Hadju). Ia berprofesi sebagai orang yang bekerja di belakang layar. Ia menjadi dubber layanan pesan dewasa dan di balik “indah”-nya suara idola baru bernama Eva Primadona—yang sebenarnya suaranya pas-pasan. 

Juwita sebenarnya tidak mempermasalahkan pekerjaannya karena ia sudah nyaman orang-orang tidak mengetahui penampilannya.

Aku setuju dengan perasaan Juwita yang nyaman dengan pekerjaan di balik layarnya yang membuat orang dunia maya tidak tahu rupa persisnya seperti apa.

Ketika Juwita sudah menerima dirinya, konflik baru dihadapinya dan ini sangat kompleks dan membuat dirinya berkecil hati. Eva tampil energik dengan tetap lip sync nyanyian merdu Juwita saat rekaman penampilan di panggung. Juwita sebagai penyanyi latar belakang terbawa dengan asyiknya euforia penampilan dance Eva yang membuat Juwita kemudian tersandung lilitan kabel belakang layar.

Penampilan sempat terjeda dan diatasi dengan baik oleh manajer Eva bernama Andre (Baskara Mahendra). Dengan penuh amarah Eva langsung menuju Juwita dan langsung memakinya selepas rekaman. Eva merasa Juwita telah memberantakkan performanya di atas panggung tadi. Juwita mengelak tuduhan tersebut karena ia berusaha menjiwai lagu dengan mengikuti tarian.

Baca Juga: Film ‘Kisah Cinta Gadis dengan Para Ombak’ Soroti Kehamilan Tidak Direncanakan

Melihat adegan tersebut, aku miris melihat masih banyak perlakuan kurang mengenakkan yang terjadi hanya karena fisik. Bakat dan kelebihan individu tidak menjadi tolok ukur seseorang bisa dihargai layaknya manusia yang dianugerahi perasaan. Perbuatan semena-mena seakan menjadi bentuk dominasi dari mereka.

Cerita berlanjut. Juwita bersama sahabatnya yang menjadi backing vocal Eva yang bernama Yara (Tza Tza Utari) pergi ke kafe setelah melangsungkan rekaman. Juwita memanggil pelayan lelaki untuk memesan satu menu lagi, seporsi bakso rusuk—ia masih merasa lapar karena lelah bekerja seharian.

Pelayan lelaki itu menanggapi malas dan mencatat pesanan Juwita dengan jengkel—berbanding terbalik saat ia melayani pelanggan perempuan yang persis duduk di belakang mereka. Melihat Juwita diperlakukan seperti itu, Yara langsung membela sahabatnya dan menegur pelayan itu untuk ramah ke semua pelanggan tanpa pandang bulu. Ini menandakan bahwa perempuan bertubuh gendut sering mendapatkan perlakuan buruk atau perlakuan tidak ramah.

Baca Juga: Anggota DPR Hentikan Tayangan Film ‘His Only Son’? Ini Film Perjuangan Perempuan

Setelah pengalaman buruk dialami Juwita di atas, ia tidak gentar dan tetap menjalani hidup dengan senang. Juwita juga menaruh hati dengan Andre yang sangat terlihat berpihak dan membelanya di depan Eva. Andre juga menawarkan bantuan, yaitu mengantarkan Juwita pulang ke rumah atau mengajaknya pergi makan.

Andre menjadi alasan semangat Juwita tetap bekerja sebagai penyanyi di belakang layar untuk Eva. Ia sangat gembira saat Andre memberikannya baju pesta kelap-kelip berwarna merah hati untuk dipakai saat acara ulang tahun Andre.

Bukan main senangnya Juwita menerima pemberian Andre dan tidak sabar mengenakan baju di hari pesta. 

Dengan percaya diri Juwita hadir ke pesta ulang tahun Andre. Ia dipanggil Andre untuk duduk bersamanya di tengah bersama kenalannya. Kondisi tempat sempit membuat Juwita kesusahan dan tidak sengaja menyenggol yang lain. Akhirnya Juwita pun bisa melewati mereka dan duduk di samping Andre.

Kejadian yang tidak pernah terpikirkan adalah saat Eva turut hadir di pesta ulang tahun Andre dan mengenakan dres yang sangat persis dipakai Juwita. Semua pandangan menuju Eva dengan pesona yang kuat dan penampilan yang menarik perhatian. Juwita sontak kaget melihat apa yang ada di depannya dan memilih pergi dari acara.

Baca Juga: ‘Petualangan Sherina 2’ Nostalgia Persahabatan dan Kampanye Stop Perdagangan Orangutan

Melihat langkah pergi Juwita, Eva merasa puas bisa mempermalukan Juwita di depan orang banyak berhasil dilakukan. Andre langsung menarik Eva dari keramaian dan menanyakan apa maksud dari rencananya itu. Juwita yang berdiri di luar tidak jauh dari mereka pun menguping pembicaraan.

Juwita terdiam saat Andre mengatakan bahwa ia lebih pantas dan layak dijadikan penyanyi papan atas. Andre melanjutkan, hanya saja penampilan dan fisik Juwita yang membuatnya bernasib sebagai penyanyi layar belakang. Juwita tidak bisa berkata-kata dan memutuskan pulang menemui ayahnya di sanatorium.

Juwita lalu menghilang dari kehidupannya untuk melakukan operasi plastik dengan dokter yang berlangganan layanan pesan dewasanya. Dan tubuhnya pun berubah. Juwita memutuskan untuk mengubah nama menjadi Angel—menghilangkan total Juwita dan menjalani hidup dengan penampilan baru. 

Baca Juga: Andai ‘Orpa’ Didengar, Kisah Anak Perempuan Papua

Selanjutnya, kamu bisa lihat sendiri bagaimana cerita dalam film ini. Sulitnya punya tubuh gendut atau plus size menjadi daya tarik perbincangan ddan bully di film 200 Pounds Beauty

Banyak perempuan mengalaminya dan dilecehkan karena pluz size ini. Betapa tak mudahnya punya tubuh gendut di Indonesia. 

Aku sendiri tidak ingat apakah pernah diperlakukan seperti yang dialami Juwita—mungkin hanya menghadapi frontliner ketus karena sudah lelah menghadapi customer. Entah karena kepribadianku yang terbuka dan ceria menjadi alasan tidak ada trauma ketika aku mendapat pengalaman kurang menyenangkan seperti ini.

Tapi itu pasti sedikit yang mengalami seperti aku, yang lebih banyak adalah para perempuan yang dicemooh dan dilecehkan karena tubuh gendutnya, seperti yang dialami Juwita.

(Sumber foto: Instagram @200poundsbeauty_id)

Fayza Rasya

Mahasiswa UIN Jakarta yang kini jadi jurnalis magang di Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!