Ilustrasi donasi rambut

Pengalamanku Donasi Rambut untuk Pasien Kanker

Aku adalah salah satu donatur rambut untuk pasien kanker.

Ini merupakan kabar sedih buat Lenna. Januari 2020 lalu menjadi awal tahun yang mengejutkan bagi Lenna (47). Ibu dari empat orang putri ini terdiagnosis kanker payudara stadium 3B. 

Pada mulanya, ia merasa ada benjolan di payudara sebelah kanan. Namun Lenna yang tidak mau melakukan pengobatan medis karena merasa takut, lebih memilih untuk menerapkan pola hidup sehat dengan asumsi benjolan itu dapat hilang sendiri. Namun, hal tersebut tidak sesuai kenyataan.

“Benjolan itu berkembang sangat cepat, hingga akhirnya saya tetap harus memeriksa diri ke rumah sakit dan hasilnya dinyatakan kanker,” cerita Lenna kepada Konde.co pada Selasa (17/10/23).

Pada saat dinyatakan terdiagnosis kanker, Lenna merasa seakan dunianya runtuh. Salah satu penyebabnya karena stigma di masyarakat bahwa penyakit kanker sulit disembuhkan dan memiliki peluang hidup rendah. Ia juga merasa tertekan karena mengkhawatirkan perannya sebagai ibu yang masih memiliki anak di usia sekolah. 

Namun, pada akhirnya Lenna berhasil bangkit dan menerima penyakit itu dengan tabah.

“Saya mulai berpikir bahwa penyakit kanker harus diterima dan tidak boleh dibenci karena hal tersebut menjadi bagian dari tubuh kita, serta memotivasi diri bahwa saya kuat dan bisa melalui ini hingga sembuh,” tambahnya. 

Lenna lalu berusaha menjalani rangkaian pengobatan dan menerapkan pola hidup sehat. “Selain hal medis, saya baru menyadari bahwa jenis makanan yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh,” terangnya.

Baca Juga: Riset: Buruh Perempuan Pabrik Elektronik Rentan Terkena Kanker dan Keguguran

Pengambilan jaringan tubuh (biopsi) untuk pemeriksaan laboratorium, pengobatan dengan memasukkan bahan kimia ke dalam tubuh (kemoterapi), hingga operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara (mastektomi) dihadapi Lenna kurang lebih selama satu tahun.

Selama menjalani pengobatan kanker, tepatnya pada saat kemoterapi yang kedua kali, Lenna mengalami kerontokan rambut yang hebat. Akhirnya ia memilih untuk memangkas total rambutnya. Namun tuntutan pekerjaan mengharuskan Lenna untuk tetap memperhatikan penampilan, termasuk pada rambutnya yang rontok. Ia membutuhkan sebuah rambut tiruan. 

Beli Wig Mahal, Cari Donasi Rambut

Lenna menemukan akun Instagram @donasi_rambut serta menjadi salah satu penerima donasi. Sebelumnya, ia mau beli wig, namun ternyata harganya sangat mahal.

“Saya kaget ternyata harga wig cukup mahal, lalu pengelola @donasi_rambut menawarkan wig dengan gratis hasil kiriman dari para donatur dan saya merasa sangat terbantu dan berterima kasih,” ceritanya.

Rambut yang didonasikan. (Foto: dok. Pribadi/Agatha Dyah Ayu Tyasari)
Rambut yang didonasikan. (Foto: dok. Pribadi/Agatha Dyah Ayu Tyasari)

Donasi rambut yang dimaksud Lenna ini berpusat di Jakarta Pusat dengan nama akun Instagram @donasi_rambut. Gerakan ini mulai dilakukan dan dikampanyekan pada saat  muncul pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Akun @donasi_rambut mengajak para donatur untuk menyumbangkan rambutnya untuk dijadikan wig dan diberikan kepada pasien kanker yang mengalami kebotakan pasca kemoterapi dengan laporan berkala akan disampaikan kepada donatur.

Sang inisiator gerakan @donasi_rambut ini adalah Stephanie Febrina. Ia juga tidak menyangka banyak donatur yang menyumbangkan rambutnya. “Sampai saat ini, para donatur berperan besar dalam mengkampanyekan gerakan ini,” ungkapnya ketika diwawancara Konde.co, Kamis (19/10/2023).

Baca Juga: Saya Distigma ‘Tak Utuh’, Cerita Perempuan Pejuang Kanker Payudara
(Foto: Instagram/@donasi_rambut)
(Foto: Instagram/@donasi_rambut)

Ada beberapa mekanisme dan persyaratan untuk mendonasikan rambut, seperti panjang rambut minimal 30—40 cm, terkait warna rambut tidak ada aturan spesifik karena donasi akan diberikan secara terbuka untuk semua gender.

Rambut juga harus dikirim dalam kondisi terikat dan kering agar tidak berserakan selama perjalanan ke alamat pengelola. Donasi rambut tersebut selanjutnya akan diterima oleh pengelola @donasi_rambut  agar dapat diproses menjadi sebuah wig.

(Foto: Instagram/@donasi_rambut)
(Foto: Instagram/@donasi_rambut)

Stephanie membeberkan produksi rambut ini membutuhkan delapan sampai sepuluh rambut donatur karena penyusutan saat produksi wig. Tidak hanya itu, pengerjaan wig membutuhkan biaya sebesar Rp1,5 juta dan mereka juga membuka donasi untuk biaya produksi wig.

Cerita Para Donatur yang Sumbangkan Rambut

Salah satu donatur bernama Maryana berkeinginan mendonasikan rambut sejak tiga bulan lalu. Ia menemukan satu akun Instagram yang biasanya menerima donasi rambut. Sayangnya, di situasi pandemi ini mereka tidak menerima kiriman rambut.

(Foto: dok. Pribadi/Dekenzia)
(Foto: dok. Pribadi/Dekenzia)

Mary bertemu akun Instagram @donasi_rambut dan mengamati apakah mereka bisa menyalurkannya dengan baik. 

“Mumpung rambut masih ada, panjang, dan sehat. Nanti rambutnya juga panjang lagi dan jadi berkat,” jawabnya kepada Konde.co, Kamis (19/10/2023).

(Foto: dok. Pribadi/Kezia)
(Foto: dok. Pribadi/Kezia)

Donatur lain bernama Iva Elena juga mengungkapkan perasaan senangnya bisa mendonasikan rambutnya karena ia bisa membantu orang lain—rasanya seperti memotong rambut biasa dan tidak merasa rugi dalam hal apa pun.

“Aku pernah mengajak orang sekitarku untuk mendonasikan rambut mereka dan direspons positif serta mengapresiasi. Mereka termotivasi untuk memanjangkan rambut juga!,” ceritanya kepada Konde.co pada Kamis (19/10/2023).

(Foto: dok. Pribadi/Gloria)
Baca Juga: Bahaya Sedotan ‘Ramah Lingkungan’: Picu Kanker Sampai Ancam Satwa Liar

Aku sendiri juga menjadi salah satu donatur pada 2021. Ceritaku persis dengan Gloria, seorang yang tidak betah dengan rambut panjang dan terjebak kondisi Covid-19. Alhasil, aku tidak memotong rambut sejak November 2019 hingga Agustus 2021.

(Foto: dok. pribadi/Fayza)
(Foto: dok. pribadi/Fayza)
(Foto: dok. pribadi/Fayza)

Dengan kondisi saat itu potongan rambut yang super pendek hanya sebatas punuk leher, aku berhasil mendapatkan potongan rambut sepanjang kurang lebih 30 cm selama 21 bulan—rekor rambut terpanjang selama hidup 19 tahun.

Aku jadi ketagihan berambut panjang dengan tujuan didonasikan. Akhirnya dari Agustus 2021 hingga April 2023, aku pun (kembali) memanjangkan rambut. Aku tidak ingin rambut panjangku sia-sia dan menjadi onggokan sampah karena mendaur ulangnya juga memakan waktu lama.

(Sumber Foto: dok. pribadi/Fayza)

Fayza Rasya

Mahasiswa UIN Jakarta yang kini jadi jurnalis magang di Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!