Aitana Bonmati, Perempuan Pemain Sepak Bola Yang Jadi Simbol Adil Gender

Bagi penggemar Barcelona Femeni dan tim nasional perempuan Spanyol, Aitana Bonmati tentu tidak asing lagi namanya. Perempuan yang lihai mencetak gol dan memberikan assist di lapangan ini, tak hanya terkenal jadi pemegang kunci di klubnya dalam setiap pertandingan, tapi juga seorang yang memperjuangkan keadilan gender di dunia sepakbola.

Aitana Bonmati Conca adalah pemain sepak bola profesional Spanyol yang bermain sebagai gelandang untuk klub Barcelona Femeni dan tim nasional perempuan Spanyol. Sosok Aitana sendiri dikenal sebagai perempuan yang serba bisa. 

Perempuan 25 tahun ini, mampu beradaptasi dengan posisi yang berbeda-beda, bermain secara terpusat, sebagai gelandang ataupun sebagai pemain sayap. Keanggunannya dalam menggerakkan bola dapat memainkan tiga, empat, atau bahkan lima posisi sekaligus.

Sejak kecil Aitana sudah memiliki kesukaan dengan dunia olahraga, khususnya sepak bola dibanding dengan bidang lainnya. Semasa kecilnya, Ia sering kali bermain sepak bola di halaman rumahnya bersama beberapa teman lelakinya. 

Debut pertama kali sepak bola Aitana saat bergabung dengan CD Ribes dan CF Cubelles—sebuah klub kecil yang berisi—pemain campuran, lelaki dan perempuan. Saat usianya 13 tahun, dia mulai menapaki dunia profesional dengan bergabung bersama akademi Barcelona.

Karena kepiawaiannya dalam menggiring bola, Aitana juga mendapat panggilan tim nasional U-17 perempuan Spanyol saat usianya 15 tahun untuk bermain di Piala Eropa U-17 perempuan 2014. Kariernya tidak hanya terhenti saat anjang tersebut, tetapi menjadi pemain langganan tim nasional perempuan Spanyol di berbagai kelompok umur, baik tim U-18 maupun U-20.

Selain itu, sejak menimba ilmu di akademi Barcelona selama lima tahun, akhirnya mendapat kesempatan yang luar biasa untuk bergabung dengan tim utama pada 2016. Kemudian 2017, Aitana juga mendapat panggilan untuk bermain dengan tim nasional senior Spanyol. Dia mengikuti ajang Piala Dunia Wanita 2019 sebagai pemain pengganti.

Performa yang baik membuat Aitana terus diberikan kepercayaan memperkuat tim nasional perempuan Spanyol. Dia berhasil mempersembahkan satu kemenangan bagi Spanyol dalam gelar Piala Dunia Perempuan 2023 untuk pertama kalinya. Dan dapat membungkam Inggris dengan skor 1-0 atas kemenangan Spanyol.

Segudang Prestasi

Tak hanya mampu mengantarkan tim nasional perempuan Spanyol menuju kemenangan. Aitana juga mampu menguatkan tim Barcelona hingga memenangkan juara Liga Champions Perempuan musim 2022/2023. Aitana menjadi pemain kunci di dua klub yang saat ini dibelanya.

Tak heran apabila Aitana menerima penghargaan Golden Ball. Ini adalah penghargaan bola emas sebagai pemain terbaik piala perempuan 2023. Karena penampilannya yang memukau saat di lapangan. 

Perempuan kelahiran Sant Pere de Ribes (Spanyol) ini, juga merebut penghargaan UEFA Women’s Player of the Year 2023. Dia bisa mengungguli bintang timnas Australia, Sam Kerr, dan rekan setimnya di timnas Spanyol, Olga Carmona.  

Pada 2019 pula, Aitana Bonmati juga terpilih sebagai Catalan Player dalam Liga Champions Wanita UEFA. Tak hanya itu, tepat pada 30 Oktober 2023 kemarin Aitana juga mendapatkan penghargaan Ballon d’Or di Paris. Dia bisa mengungguli Sam Kerr dan Salma Paralluelo.

Bagi Aitana, prestasi yang gemilang ini, tak lepas dari motivasi kedua orang tuanya. Karena motivasi itulah, yang membuatnya lebih percaya diri saat bermain bola. Khususnya saat pertama kali bermain bola bersama anak laki-laki di sekolahnya. 

Bahkan menurut Aitana, orang tuanyalah yang pertama kali mengajarkan konsep kesetaraan dan keadilan gender. Dia diajarkan bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan, punya hak yang sama memilih bidang yang disukainya.  

Simbol Keadilan Gender

Sebelum disahkan Undang-Undang Kesetaraan Gender atau The Equal Representation Law dan Undang-Undang Hak Transgender, Aborsi, dan Cuti Haid, Spanyol dikenal sebagai negara yang masih patriarki. Termasuk dengan jumlah kasus kekerasan seksual yang masih tinggi. 

Inilah mengapa, terjadi unjuk rasa dengan memukul panci dan wajan di Madrid untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2019. Ratusan perempuan Spanyol untuk memprotes ketidakadilan gender.

Ketidakadilan gender terjadi di berbagai instansi. Khususnya instansi yang paling terkecil, yakni keluarga. Kebanyakan masyarakat Spanyol, menganggap perempuan sebagai salah satu makhluk inferior dibanding jenis kelamin yang lain. Akan tetapi, berbeda dengan keluarga Aitana Bonmati.

Keluarganya memiliki pandangan yang cukup berbeda dengan keluarga lainnya termasuk perempuan. Mereka berpandangan bahwa perempuan juga dapat mengembangkan pengetahuannya, kesukaannya, keinginannya hingga membuatnya memiliki prestasi yang menakjubkan, dan berkontribusi terhadap keluarganya dan negaranya.

Misalnya saja, saat keluarganya memberikan nama kepada pesepak bola Barcelona itu, dengan mencantumkan nama “Bonmati” sebagai nama keluarga dari pihak Ibu. Hal ini sempat memicu kontroversi, di mana pemerintah Spanyol menolak nama “Aitana Bonmati” sebagai nama kebangsaan Spanyol. Pemerintah menganggap hal itu tidak mengikuti norma yang berlaku. Akan tetapi, pihak keluarga tetap bersikukuh nama tersebut.

Tepat pada 2000, perjuangan keluarganya berhasil. Pemerintah Spanyol akhirnya membolehkan pemakaian nama tersebut. Meski dengan syarat harus diikuti nama pihak ayahnya setelah nama pihak dari ibunya, sehingga menjadi “Aitana Bonmati Conca”. 

Peristiwa tersebut, menjadi peristiwa pertama kali bangsa Spanyol menggunakan nama dari pihak Ibu.

Baca Juga: 5 Penyebab Sepakbola Perempuan Masih Terpinggirkan

Hal lainnya di sepakbola yang sempat membuat Aitana geram. Dia yang sedari kecil diajarkan mengenal konsep keadilan-kesetaraan gender terhadap perempuan, tidak terima saat ada yang perempuan dilecehkan. 

Itu terjadi saat peristiwa selebrasi kemenangan Spanyol Piala Dunia Perempuan pada Agustus silam, di mana Luiz Rubiales—ketua federasi sepak bola Spanyol melakukan—aksi tak senonoh. Yaitu, mencium striker tim nasional perempuan Spanyol. Ini membuat Aitana protes dengan peristiwa tersebut.

Dia mengatakan bahwa apapun yang terjadi di dalam dunia kerja tak mestinya menggunakan relasi kuasa, untuk membenarkan perilaku yang terjadi. Sebab, pemain sepak bola striker tim nasional Spanyol tak pernah menginginkan atau setuju melakukan selebrasi dengan cara mencium. Sehingga khalayak mengatakan bahwa peristiwa tersebut adalah peristiwa #MeToo di sepak bola.

Dari peristiwa itulah serta pemahaman orang tuanya, Aitana tidak hanya patut dikenal sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik di dunia. Akan tetapi, Ia patut dikenal sebagai salah satu simbol keadilan dan kesetaraan gender di Spanyol.

(Sumber Gambar: IG Aitana Bonmati Conca)

Miri Pariyas

Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!