Mahsa Amini

Peringatan Setahun Kematian Mahsa Amini di Iran, Aktivis Ditangkap dan Keluarga Ditekan

Mengenang Mahsa Amini, perempuan Iran terus berjuang untuk merebut ‘otoritas tubuhnya’ dari pengekangan negara. Bagaimana tantangan yang mereka hadapi untuk itu?

Laporan sejumlah aktivis HAM, puluhan orang ditangkap dalam peringatan satu tahun kematian Mahsa Amini. Ia adalah seorang perempuan Kurdi-Iran yang meninggal di tahanan polisi tiga hari setelah ditangkap polisi moral. Karena dinilai tak mengenakan jilbab ‘dengan benar’. 

Usai kematian perempuan 22 tahun itu pada 16 September 2022, Iran pun dilanda demonstrasi anti-pemerintah selama berbulan-bulan. 

Dikutip dari VOA Indonesia, Hengaw Organization of Human Rights telah mengkonfirmasi terjadinya penangkapan di sejumlah provinsi. Mereka yang ditangkap itu termasuk seorang penyair dan penulis terkemuka Nima Safar. Ia ditangkap di Gorgan bersama dengan Mani Safar dan Majid Kalateh.

Kepala Kepolisian West Azerbaijan, Rahim Jahanbakhsh, juga mengumumkan penahanan 137 individu dengan dakwaan “mengganggu ketertiban umum.”

Aksi Mogok Massal dan Kehadiran Pasukan Militer

Peringatan kematian Amini pada Sabtu (16/9), ditandai dengan pemogokan massal oleh para pedagang dan penjaga toko di seluruh kota Kurdi di banyak provinsi di Iran. Hal itu diiringi pula kehadiran pasukan militer. Kemudian, demonstrasi menyusul di sejumlah kota dunia. 

Menurut Kurdistan Human Rights Network, ayah Amini, Amjad Amini, bahkan sempat ditahan sebentar pada hari Sabtu sebelum dibebaskan. Kantor berita resmi Iran, IRNA, membantah informasi tentang penangkapan itu. Meskipun tidak mengkonfirmasi apakah ia hanya ditahan sebentar atau diberi peringatan saja.

Foto-foto yang menyebar di media sosial hari Sabtu memperlihatkan warga Iran di Selandia Baru ikut serta dalam demonstrasi memperingati kematian Amini. Warga Iran di negara itu membawa poster tanda solidaritas dengan gerakan protes di Iran dan bersuara lantang mendorong demokrasi dan kebebasan di Iran.

Warga Iran di Australia juga menggelar demonstrasi serupa di pusat kota Melbourne dan menerbitkan foto-foto yang menunjukkan seorang mantan tahanan di Iran, Kylie Moore-Gilbert, berbicara pada kerumunan pengunjuk rasa. 

Baca Juga: Stop Pemaksaan Busana di Iran dan Indonesia, Aktivis Protes Aturan Pemaksaan Jilbab
Keluarga Dicegah Gelar Peringatan Kematian Mahsa Amini

Pada Sabtu (16/9), pihak berwenang Iran menghalangi keluarga Mahsa Amini menggelar acara peringatan satu tahun kematiannya. Disebutkan sejumlah aktivis HAM melalui kantor berita AFP, ayah Mahsa Amini dikenai ‘tahanan rumah’ di kala merebaknya sejumlah unjuk rasa di seluruh negeri, yang diamankan secara ketat. 

Jaringan HAM Kurdi (Kurdistan Human Rights Network), 1500 tasvir monitor, dan HAM Iran (Iran Human Rights) yang bermarkas di Norwegia, menyebutkan bahwa ayah Amini, Amjad, ditahan pada Sabtu (16/9) dini hari. Saat Ia keluar dari rumah keluarga di Kota Sagez di sebelah barat.

Amjad kemudian dibebaskan setelah diperingatkan agar tidak menggelar acara peringatan di makam Amini.

“Amjad Amini dikenai tahanan rumah…pasukan keamanan mencegah beliau agar tidak mengunjungi makan anak perempuannya,” kata IHR.

Kantor berita resmi Iran, IRNA, membantah laporan penahanan singkat ayah Amini. Kemudian media itu mengatakan pasukan keamanan telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap ayah Amini.

Amjad Amini dipanggil oleh sejumlah pejabat intelijen pekan lalu setelah dia mengumumkan bahwa dia berencana menggelar acara peringatan. Salah satu paman Amini, Safa Aeli, ditahan di Saqez pada 5 September dan masih dalam penahanan.

Sejumlah kelompok HAM mengatakan pasukan keamanan memblokir akses ke taman pemakaman di mana Amini dimakamkan.

Baca Juga: Mahsa Amini, Nyawa Perempuan Lebih Penting dari Selembar Kain

Hengaw, kelompok HAM yang fokus kepada warga Kurdi, mengatakan bahwa seorang pemuda bernama Fardin Jafari dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah ditembak di bagian kepala saat berada di dekat pemakaman. Laporan tersebut tidak bisa segera dikonfirmasi.

Menurut IHR, protes yang dipicu oleh kematian Amini kehilangan momentum setelah beberapa bulan di tengah upaya penertiban oleh pihak berwenang. Amnesty International mengatakan pasukan keamanan menewaskan 551 demonstran dan menahan lebih dari 22 ribu lainnya.

Tujuh pria sudah dihukum mati setelah divonis bersalah dalam kasus-kasus terkait demonstrasi.

Para aktivis mengatakan pihak berwenang meningkatkan tindakan keras mereka menjelang peringatan tersebut. Otoritas meningkatkan tekanan terhadap para kerabat dari para korban tewas dalam protes-protes itu. Untuk mencegah agar mereka tidak mengungkap kebenaran.

Hengaw mengatakan dengan tambahan pasukan keamanan yang dikerahkan ke wilayah tersebut, orang-orang di bagian barat Iran mengungkap rasa ketidaksenangan mereka dengan mogok. Toko-toko tutup di belasan kota, termasuk di Saqez.

Narges Mohammadi, salah satu tahanan Iran yang terkemuka, dan tiga tahanan perempuan lainnya membakar hijab mereka di halaman lapas Evin di Teheran, kata Narges, aktivis yang sudah mendapat penghargaan, dalam kiriman ke akun Instagramnya.

Pusat Hak Asasi Manusia di Iran (Center for Human Rights in Iran/CHRI) mengatakan kebakaran terjadi di lapas Qarchak untuk perempuan yang berlokasi di luar Teheran ketika pasukan keamanan meredam unjuk rasa oleh para tahanan.

Perempuan, Kehidupan, Kebebasan

Para saksi di Tehran mengatakan, banyak petugas keamanan dikerahkan dengan polisi anti-huru hara dan kendaraan keamanan tampak di jalan-jalan utama dan di sejumlah alun-alun.

Kanal-kanal berita berbahasa Persia yang berbasis di luar Iran, termasuk Iran International, menyiarkan cuplikan video yang menunjukkan para demonstran meneriakkan slogan utama unjuk rasa “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”. Di samping teriakkan ‘Mati untuk diktator’.  

Mereka meneriakkan perlawanan itu dari sejumlah blok apartemen di Teheran dan di kota satelit Karaj, sepanjang malam.

Monitor 1500 tasvir, mengirim cuplikan video yang memperlihatkan puluhan orang menggelar unjuk rasa pada siang hari di sebuah jalan di distrik Gohardasht, di Kota Karaj. 

Mereka meneriakkan “Kami akan merebut kembali Iran!” dan slogan-slogan lainnya.

Sejumlah unjuk rasa yang mirip juga dilaporkan terjadi di Kota Isfahan dan di Kota Shiraz di sebelah selatan. Hengaw menerbitkan foto-foto api unggun dinyalakan di jalan-jalan di Kota Sanandaj di bagian barat dan pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa di Mahabad di utara.

Dengan menyerukan slogan “Ucapkan namanya!”, para emigrant Iran menggelar pawai peringatan mulai dari Sydney di Australia hingga Toronto di Kanada. Ribuan orang di Place de la Bastille di pusat Kota Paris menyerukan slogan-slogan protes dan mengibarkan bendera-bendera pra-revolusi.

Sumber tulisan dari laporan VOA Indonesia dengan beberapa penyesuaian. 

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!