Lukisan Ratu Kalinyamat karya Jatmiko. (sumber foto: Wikimedia Commons)

Ratu Kalinyamat, Perempuan yang Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional 2023

Pemerintah Indonesia resmi memberikan gelar kepada 6 pahlawan nasional pada Hari Pahlawan 10 November 2023. Dari keenam itu, ada satu tokoh perempuan bernama Ratu Kalinyamat yang diberikan gelar pahlawan nasional. Yuk, mengenal lebih dekat sosok perempuan hebat ini.

Ratu Kalinyamat adalah satu-satunya tokoh pahlawan perempuan yang dinobatkan jadi Pahlawan Nasional tahun 2023. Dia ada di antara enam tokoh Pahlawan Nasional lainnya. Kelimanya seperti Ida Dewa Agung Jambe dari Bali, Bataha Santiago dari Sulawesi Utara, M. Tabrani dari Jawa Timur, KH. Abdul Chalim dari Jawa Barat, dan KH. Ahmad Hanafiah dari Lampung.

Jika mendengar pahlawan dari Jepara, kita akan familiar dengan R.A Kartini. Namun ternyata, Jepara ternyata tidak hanya melahirkan R.A. Kartini. Jauh sebelum era Kartini, ada sosok pendekar perempuan pendahulunya yang kelak sama-sama dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Inilah Ia Ratu Kalinyamat.

Diego De Couto, seorang penulis asal Portugis, menyebut Ratu Kalinyamat dengan julukan Rainha de Jepara, senhora poderosa e rica. Artinya, “Ratu Jepara yang gagah berani dan berkuasa.”

Ratu Kalinyamat merupakan salah satu tokoh maritim dan ratu di Jepara, Jawa Tengah, yang berperan besar dalam melawan penjajahan Portugis di Indonesia Masehi. Ia tersohor karena membawa kejayaan untuk wilayahnya. Bahkan, Ratu Kalinyamat pernah 2 kali mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di Malaka.

Mempunyai nama asli Ratu Retna Kencana, ia adalah putri ketiga Sultan Trenggana, yang merupakan Putra dari Raden Patah.

Ratu Kalinyamat, Pahlawan Maritim Jawa Tengah

Ratu Kalinyamat merupakan salah satu tokoh maritim dan ratu di Jepara, Jawa Tengah, yang berperan besar dalam melawan penjajahan Portugis di Indonesia. 

Nama aslinya Ratu Retna Kencana. Ia adalah putri ketiga Sultan Trenggana, raja ketiga dari Kesultanan Demak. Nama Kalinyamat disematkan kepadanya berdasarkan nama tempat Kalinyamat, sebuah daerah di Jepara, Jawa Tengah yang menjadi wilayah kekuasaannya.

Ratu Retna Kencana menikah dengan Pangeran Hadirin yang merupakan putra Syekh Mughayat Syah, Aceh. Pangeran Hadirin kemudian ditugaskan untuk memimpin wilayah pesisir sebelah timur Kesultanan Demak, yakni di daerah Kalinyamat dengan Jepara sebagai pusatnya.

Setelah pindah ke Jawa dan mendirikan kampung di wilayah yang saat ini masuk Kecamatan Kalinyamatan, Jepara, Pangeran Hadirin dikenal sebagai Pangeran Kalinyamat.

Namun sayangnya, pernikahan Ratu Retna Kencana dan Pangeran Hadirin tidak berlangsung lama. Pangeran Hadirin terbunuh oleh Arya Penangsang pada 10 April 1549. Arya Penangsang adalah paman dari Ratu Retna Kencana yang saat itu ingin merebut kekuasaan Demak.   

Untuk menghadapi Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat bertapa di Gelang Mantingan, kemudian pindah ke Desa Danarasa. Lalu berakhir di tempat Donorojo, Tulakan, Keling Jepara. Setelah kematian Arya Penangsang, Retna Kencana dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat.

Setelah kematian Arya Penangsang, Jepara sepenuhnya berada dalam kekuasaan perempuan tersebut. Menurut Hayati, ia dilantik dalam penobatan yang ditandai dengan sengkalan tahun (candra sengkala) Trus Karya Tataning Bumi yang diperhitungkan sama dengan 10 April 1549.

Ia memperoleh kepercayaan untuk memangku jabatan Adi Pati Jepara tatkala masih gadis. Yang mempunyai wilayah kekuasaan meliputi Jepara, Pati, Kudus, Rembang, Blora.

Baca Juga: Rasminah Pahlawan Perempuan Isu Kawin Anak Tutup Usia, Gigih Perjuangkan UU Perkawinan

Pada masa pemerintahan sang ratu, Jepara mengalami kemajuan pesat di bidang perdagangan. Ia menjalin hubungan baik dengan pedagang-pedagang di kota-kota pelabuhan seperti Cirebon, Banten, Demak, dan Tuban.

Pelabuhan di Jepara tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit, tetapi juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, dan palawija, yang menjadi komoditas perdagangan antarpulau bahkan antarbangsa.

Jepara juga menjalin hubungan kerja sama dengan pasar internasional Malaka. Dengan kondisi maritim Jepara yang kuat, Ratu Kalinyamat memiliki pengaruh yang besar di Pulau Jawa. Salah satu bukti tersohornya adalah permintaan Raja Johor untuk ikut mengusir Portugis dari Malaka pada abad ke-16.

Pada tahun 1550, Raja Johor mengirim surat kepada Ratu Kalinyamat dan mengajak untuk melakukan perang suci melawan Portugis yang saat itu kebetulan sedang lengah dan menderita berbagai macam kekurangan. Ratu Kalinyamat menyetujui anjuran itu.

Pada tahun 1551 Ratu Kalinyamat mengirimkan ekspedisi ke Malaka. Dari 200 buah kapal armada persekutuan Muslim, 40 buah di antaranya berasal dari Jepara.

Armada itu membawa empat sampai lima ribu prajurit, dipimpin oleh seorang yang bergelar Sang Adapati. Prajurit dari Jawa ini menyerang dari arah utara. Mereka bertempur dengan gagah berani dan berhasil merebut kawasan orang pribumi di Malaka.

Baca Juga: HR Soeharto Pahlawan Nasional: Dokter Pelopor Isu Gender dan Kesehatan Reproduksi

Serangan Portugis ternyata begitu hebat, sehingga pasukan Melayu terpaksa mengundurkan diri. Sementara itu, pasukan Jawa tetap bertahan. Mereka baru mundur setelah seorang panglimanya gugur.

Dalam pertempuran yang berlanjut di darat dan di laut, 2000 prajurit Jawa gugur. Hampir seluruh perbekalan dan persenjataan berupa arteleri dan mesiu jatuh ke tangan musuh. Walau pun telah melakukan taktik pengepungan selama tiga bulan, ekspedisi ini akhirnya mengalami kegagalan dan terpaksa kembali ke Jawa.

Walau pun pernah mengalami kegagalan, namun Ratu Kalinyamat tampaknya tidak berputus asa. Semangat menghancurkan Portugis di Malaka terus berkobar di hati tokoh wanita ini. Pada tahun 1573, ia kembali mendapat ajakan dari Sultan Aceh, Ali Riayat Syah untuk menyerang Malaka. Ketika armada Aceh telah mulai menyerang, ternyata armada Jepara tidak muncul pada waktunya.

Keterlambatan ini dengan tidak sengaja amat menguntungkan Portugis. Seandainya orang Aceh dan Jawa pada waktu itu bersama-sama menyerang pada waktu yang bersamaan, maka kehancuran Malaka tidak dapat dielakkan.

Dari pengiriman dua ekspedisi ke Malaka tersebut membuktikan bahwa Ratu Kalinyamat adalah seorang kepala pemerintahan yang sangat berkuasa. Walaupun ia gagal dalam misinya, namun orang-orang Portugis juga mengakui kebesarannya dan membuat Jepara amat disegani.

Pandai Berpolitik dan Akrab dengan Ulama

Ratu Kalinyamat dikenal sebagai sosok yang pintar dalam menangani bidang politik, dia juga akrab dengan para ulama. Sejak masih gadis, ia didaulat untuk memimpin daerah Jepara. Ketika itu Jepara merupakan pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari berbagai daerah.

Ia diperkirakan memimpin Jepara selama 30 tahun, mulai 1549 sampai 1579. Selama itulah setelah menjadi Janda Ratu Kalinyamat dalam hidupnya digunakan mensejahterakan masyarakat Jepara dan berdakwah Islam di wilayah pantai utara pulau Jawa.

Bukti peran Ratu Kalinyamat dalam bidang agama tampak dalam peninggalannya berupa masjid di Mantingan. Selain Masjid, terdapat artefak-artefak yang mengandung budaya bernuansa Hindu juga mengandung budaya yang bernuansa Islam.

Peninggalan-peninggalan tersebut adalah bukti nyata bahwa ratu tersebut memiliki peran dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Setelah Ratu Kalinyamat meninggal pada 1579, penggantinya adalah salah satu putra angkatnya, yakni Pangeran Arya dari Banten, yang kemudian bergelar Pangeran Jepara.

(sumber foto: lukisan karya Jatmiko via Wikimedia Commons)

Dizafia Zafira Mayyasya

Mahasiswa S2 Kajian Gender Universitas Indonesia (UI)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!