Acara Give Back Sale di Ke:Kini, Cikini, Jakarta Pusat. Kita bisa berbelanja sekaligus membantu perempuan korban kekerasan seksual. (Foto: dok. Konde.co/Rusti)

Belanja di Give Back Sale: Upaya Bantu Perempuan Korban Lewat Thrifting

Datang ke event Give Back Sale, kita tidak hanya bisa belanja barang-barang preloved (barang yang dijual kembali), tapi kita bisa juga berdonasi untuk membantu perempuan korban kekerasan seksual di Indonesia.

Give Back Sale merupakan event setengah tahunan yang digelar Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) bersama Komnas Perempuan.

Dua kali dalam setahun, IKa mengumpulkan baju-baju preloved sumbangan dari publik, menyortir, dan kemudian menjualnya dalam event ini. Hasil dari GBS kemudian didonasikan untuk para perempuan korban kekerasan seksual di Indonesia. 

Sampai saat ini sudah ribuan korban kekerasan seksual yang memperjuangkan kasusnya dengan donasi dari sini. Donasi ini digunakan untuk macam-macam, untuk transportasi korban dalam menuntaskan kasusnya, bolak-balik ke pengadilan, atau untuk biaya pendampingan psikologi korban, dll. 

Beberapa korban yang didampingi LBH APIK Jakarta adalah salah satu yang pernah menerimanya. IKa bekerjasama dengan Komnas Perempuan mengelola GBS ini melalui Pundi Perempuan. 

Untuk diketahui, Pundi Perempuan adalah dana hibah perempuan pertama di Indonesia yang hadir merespon peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan. Dalam website IKa tertulis bahwa Pundi Perempuan digagas oleh Komnas Perempuan pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2003, Pundi Perempuan juga dikelola bersama IKa.

Dalam aksinya, Pundi Perempuan melakukan penggalangan sumber daya publik untuk mendukung Lembaga Pengada Layanan (Women’s Crisis Center/WCC). Lembaga ini membantu perempuan dan anak korban kekerasan, perempuan pekerja kemanusiaan, dan komunitas atau organisasi perempuan di Indonesia.

Selama ini, Pundi Perempuan menggalang sumber daya dari publik melalui berbagai cara yaitu Give Back Sale, Fight Back Run, penggalangan donasi langsung maupun online melalui www.kitabisa.com, www.globalgiving.org, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Pakai Baju Agak Terbuka Dianggap Salah? Ini Obsesi Society yang Hobi Atur Perempuan

IKa dan Komnas Perempuan kemudian menyalurkan hasil penggalangan sumber daya tersebut melalui skema dana hibah dengan cara panggilan proposal secara terbuka di media sosial dan website. Organisasi/komunitas bisa memasukkan proposal untuk mendapatkan akses dana hibah Pundi Perempuan.

Proposal yang masuk akan diseleksi oleh IKa dan Komnas Perempuan. Nantinya, pengumuman penerimaan proposal ini diumumkan melalui sosial media dan website IKa.

Sejak tahun 2003 – 2020, Pundi Perempuan telah menyalurkan sumber daya kepada sekitar 124 Organisasi pengada layanan perempuan atau Women Crisis Center (WCC), kepada 3 kelompok perempuan korban, 5 individu pekerja kemanusiaan dan 4 dana bergulir bagi pengembangan ekonomi perempuan

Sampai saat ini, IKa mencatat telah memberikan manfaat kepada 2.441 perempuan korban kekerasan seksual di Indonesia.

Mengenal GBS dan kegiatannya

GBS sendiri adalah kegiatan penggalangan dana publik melalui penjualan barang-barang ‘preloved’ (barang yang bisa dijual kembali). Kegiatan membeli barang ‘preloved’ ini sering disebut dengan istilah ‘thrifting’. 

Oleh karena barang yang dijual adalah ‘preloved’, tak heran jika masing-masing hanya tersedia satu item. Prinsipnya siapa cepat dia dapat. Kalau tidak dapat, kamu harus cari yang lain.

Tak hanya pakaian dan aksesoris, ada juga melihat barang-barang lain seperti boneka, mainan anak, peralatan makan, tas, sepatu, dompet, hingga buku. Semuanya tersebar di lantai 1 dan 2 Ke:Kini Coworking Space, Jakarta.

Setiap barang memiliki label harga yang ditandai dengan kertas segitiga berwarna. Pengunjung tak perlu bertanya pada petugas. Cukup membaca daftar harga yang dipasang di setiap sisi ruangan. Harga barang di sini juga tak lebih dari Rp. 100.000.

Osi Naya, staf komunikasi IKa menceritakan sejarah panjang kegiatan Give Back Sale. Tak bisa dipungkiri, kegiatan ini memang tak luput dari jatuh bangun hingga kini banyak dinanti.

Jauh sebelum menjual barang-barang ‘preloved’, IKa terlebih dulu membuka angkringan di depan Kantor Remdec Swaprakarsa di Jakarta Pusat. Di sana, pengunjung bisa makan sambil menonton film bersama. 

Sayangnya, usaha angkringan tersebut tak berjalan lama. Satu per satu pelanggan mulai menghilang. Angkringan jadi sepi.

Akhirnya, IKa beralih untuk berinvestasi di koperasi. Investasi ini dirasa tak cocok dengan mereka sehingga kegiatannya pun berhenti. Tak menyerah begitu saja, IKa kemudian menjajal berjualan produk lokal berupa batik. Lagi-lagi usaha ini tak sesuai dengan Pundi Perempuan, penyelenggara ‘Give Back Sale’.

Bahkan, IKa sempat berjualan hewan ternak masyarakat di Jawa dan Bali. Sayangnya, usaha ini juga tak membuahkan hasil. Hingga suatu ketika, sebuah tren menjual barang pemberian mantan pun muncul. Dari situ, IKa melihat peluang usaha kembali.

Baca Juga: Kekerasan Seksual di Kantor Toksik: Saya Tak Bisa Lapor HRD dan Kena Victim Blaming

“Kayaknya lucu ya barang-barang yang sudah nggak terpakai, waktu itu menyebutnya bukan ‘preloved’, terus dikumpulin, terus kita bikin sesuatu,”ujar Osi Naya pada Rabu (6/12/2023) di Ke:Kini Coworking Space, Jakarta tempat diselenggarakannya GBS.

Menurutnya, daripada barang-barang tersebut menumpuk di rumah dan berdebu, lebih baik dikumpulkan dan dijual. Ide ini pun disetujui dan dilaksanakan oleh pihak internal IKa sebanyak 21 kali, terhitung sejak tahun 2016.

Meski pandemi, kegiatan ‘Give Back Sale’ ini tetap berjalan secara daring. Bahkan kegiatannya pun berlangsung sebanyak delapan kali dalam dua tahun. Sayangnya, penghasilan selama pandemi tidak sebesar ketika berjualan secara langsung.

Dinantikan Masyarakat

Tahun ini, ‘Give Back Sale’ digelar selama empat hari mulai Rabu (6/12/2023) hingga Sabtu (9/12/2023). 

Antusiasme masyarakat pun sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari donasi barang-barang kepada IKa. Osi menyebut hingga H-1 kegiatan, masih ada yang ingin mengirimkan barangnya.

“Waktu pengumpulan barang sampai tadi malam itu masih ada yang nanya “kak masih bisa nggak? Aku mau donasi barang nih. Antusiasnya sangat banyak,”ujar Osi.

Ia mengaku IKa sempat kewalahan dalam memilah dan memilih barang yang akan dijual kembali. Perlu diketahui, barang yang dijual dalam ‘Give Back Sale’ ini sudah melewati proses kurasi untuk menentukan kelayakan barang.

Pada dasarnya, IKa sendiri tidak membatasi siapapun yang ingin mengirimkan barang. Meski begitu, IKa tetap harus menyortir barang yang masuk. Tak jarang, IKa juga berbagi kepada organisasi lain, salah satunya teman-teman transpuan.

Menariknya lagi, setiap acara ‘Give Back Sale’, selalu ada pengunjung yang sama datang di hari pertama. Bahkan ia datang lebih awal sebelum kegiatan benar-benar dibuka. 

Baca Juga: Catahu Kekerasan Seksual di Kampus: Seksisme Banyak Terjadi di Guyonan Tongkrongan

Terpisah, Dosen Fakultas Hukum UNIKA Atma Jaya Jakarta bernama Siska menceritakan pengalamannya berbelanja di GBS. Ia terlihat membawa dua kantong besar berisi barang-barang yang dibeli selama berkunjung ke sini.

“Tempat ini selalu menjadi melting pot untuk kawan-kawan seperjuangan gerakan perempuan. Dan tentu apa yang kami berikan, apa yang kami beli di sini saya yakin itu tersalurkan dengan baik,”ujarnya pada Rabu (6/12/2023).

Menurutnya, barang-barang di GBS memiliki harga yang terjangkau sehingga bisa menghemat pengeluarannya. Tak hanya itu, membeli barang di sini berarti tak ada lagi barang yang terbuang karena semua bisa dipakai dan didaur ulang.

“Jadi dari kita, untuk kita, dan semuanya untuk kemanusiaan,”pungkasnya.

GBS, Upaya Membantu Perempuan

Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2023, angka kekerasan terhadap perempuan mencapai 457.895 kasus di tahun 2022. Kasusnya pun masih didominasi oleh kekerasan di ranah personal yaitu sebanyak 336.804 atau setara 99 persen.

Sayangnya, tak semua kasus dilaporkan kepada pihak berwajib atau lembaga layanan. Mengingat bahwa perempuan yang menjadi korban kekerasan masih sering mendapat stigma masyarakat dan rentan disalahkan kembali (reviktimisasi). 

Belum lagi jika bicara tentang keterbatasan sumber daya di setiap lembaga penanganan kasus, akses teknologi informasi, fasilitas, hingga ketersediaan anggaran. Hal ini juga dialami oleh Komnas Perempuan sebagai salah satu lembaga layanan yang menerima pengaduan kasus.

Indonesia untuk Kemanusiaan sebagai lembaga sumber daya turut prihatin atas banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan. Namun, mereka tak punya tenaga untuk turun ke lapangan membantu para perempuan.

“Hal yang IKa lakukan dalam kerja-kerjanya menggalang dana publik, terus habis itu kita salurkan ke lembaga pengada layanan,”ujar Osi Naya.

IKa sendiri juga menyaring lembaga pengada layanan atau Women Crisis Center (WCC) yang akan menerima bantuan dana. Caranya adalah dengan mengadakan “call for proposal” yang digelar bersamaan dengan “Call for donations.” Delapan lembaga yang terpilih akan mendapatkan donasi dari IKa.

Meski nominalnya tak terlalu besar, tetapi hasil penjualan IKa terbilang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Terbaru, IKa mendapatkan total Rp. 25 juta selama menyelenggarakan kegiatan ‘Give Back Sale’.

Baca Juga: KDRT Perempuan Seniman: Konten Intim Disebar Mantan Suami, Niat Lapor Polisi Barang Bukti Hilang

“Kita melihat angka kekerasan nggak turun ya, semakin tahun semakin naik. Dari situ kita kayak, oh ini cara kita. Walaupun kita nggak langsung terjun, tapi kita bisa membantu saudara kita, perempuan di Indonesia,” tambahnya.

Menurut Osi, kegiatan ‘Give Back Sale’ tahun ini juga dapat dibilang spesial. Hal tersebut lantaran GBS masuk dalam rangkaian peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP). 

Memang tak banyak acara yang digelar untuk menyemarakkan ‘Give Back Sale 2023’. Namun, pihaknya menawarkan potongan harga bagi yang membeli barang melebihi nominal tertentu di hari terakhir kegiatan yaitu Sabtu (9/12/2023).

“Ayo kita sama-sama saling mendukung karena satu barang yang dibelanjakan sama dengan sudah membantu perempuan dan anak korban kekerasan di Indonesia,”tutup Osi Naya.

(Foto: dok. Konde.co/Rustiningsih Dian Puspitasari)

Rustiningsih Dian Puspitasari

Reporter Konde.co.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!