Memilih untuk Tidak Menikah Bukanlah Kegagalan Bagi Perempuan

Perempuan yang memutuskan untuk hidup lajang ataupun tidak mau menikah lagi, bukanlah sebuah kegagalan.

Sudah lebih dari seabad, terjadi pergeseran nilai-nilai tradisional yang menganggap pernikahan sebagai satu-satunya pilihan yang diharapkan bagi perempuan.

Seiring dengan perkembangan sosial dan budaya, banyak perempuan yang mulai mempertanyakan konsep ini dan memilih untuk tidak menikah.

Mengutip CNBC TV, Negara Singapura memiliki jumlah perkawinan yang turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir, sementara jumlah kelahiran warga juga tergelincir ke level terendah selama tujuh tahun.

Ada 19.430 perkawinan tahun lalu. Jumlah ini turun 12,3% dari tahun sebelumnya 22.165. Ini juga jadi catatan terendah sejak 1986, ketika ada 19.348 perkawinan.

Di Korea selatan sudah ada persatuan wanita yang menolak norma patriarkal dan bersumpah untuk tidak menikah. Mereka juga berkomitmen untuk tidak memiliki anak, bahkan berkencan dan berhubungan seksual. Kelompok feminis itu bernama ‘4B‘ atau ‘Four Nos’, yang merupakan kepanjangan dari ‘no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing’, yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.

Baca Juga: Ini Fenomena Waithood, Perempuan Tunda Menikah karena Beban Sandwich Generation dan Trauma

Seorang profesor di Universitas Sophia di Tokyo, Yuka Minagawa, mengatakan, perempuan Jepang berhasil meraih pencapaian pendidikan yang lebih baik dan ada peningkatan jumlah perempuan di tempat kerja. Namun mereka enggan menikah dan memiliki anak. Perempuan memilih fokus terhadap pendidikan dan karir dan memilih untuk tidak menikah  sebagai keputusannya

Cerita berikut merupakan cerita Via yang merupakan kisah nyata, Via adalah seorang perempuan dengan tampilan maskulin yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang termasuk religius dalam beragama. Via lahir ditanah Borneo Pontianak Kalimantan Barat. Saat masih duduk di bangku sekolah, Via adalah seorang atlet dan menjadi bintang lapangan volly hingga di kancah nasional, bukan hanya itu saja Via juga atlet tenis meja dan sepak bola lapangan.

Via pernah berpacaran dengan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), akan tetapi percintaannya kandas di tengah jalan. Via meniti karir saat ini dan bekerja di salah satu universitas swasta di Pontianak dan menjadi wasit volly nasional. Pencapaian Via saat ini sudah mempunyai rumah pribadi yang cukup besar dan mobil. Tak cuma itu saja, Via juga mengadopsi seorang bayi perempuan  dari orang tua yang tidak mampu. Via juga membantu orang tuanya untuk umroh.

Baca Juga: Menikah Atau Tidak Menikah, Itu Pilihan Perempuan

Semakin banyak perempuan yang menyadari pentingnya memiliki kontrol atas kehidupan mereka sendiri, termasuk dalam hal memilih status pernikahan. Mereka tidak lagi merasa bahwa tidak menikah adalah sebuah kegagalan, melainkan sebagai pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka.

Lain halnya dengan cerita Caca. Caca kehilangan ayahnya yang meninggal saat umurnya baru 2 tahun. Sosok ayah tidak ditemukannya sejak kecil hingga dia bertemu dengan seorang pria dan menikah saat berumur 19 tahun. Saat dia berpikir akan bahagia bersama laki-laki yang diinginkannya, namun ternyata dia harus mengubur mimpinya menjadi seorang atlet bela diri. Dia tidak bisa bekerja dengan baik karena harus merawat anaknya.

Tinggal Bersama mertua membuatnya tidak bebas untuk keluar rumah. Bahkan saat motornya mogok ketika pulang kerja dan di bantu oleh pengendara motor lainnya untuk mengantarnya sampai kerumah, mertuanya malah menuduhnya berselingkuh.

Caca kemudian berpisah dari suaminya setelah memiliki 3 orang anak. Ia melanjutkan karirnya dan merencanakan pendidikan anak- anaknya dengan komunikasi yang baik dengan mantan suaminya. Caca memutuskan untuk tidak menikah lagi dan fokus terhadap karirnya  sebagai seorang Make Up Art (MUA) dan fokus pada pendidikan anak- anaknya. Caca juga melanjutkan hobbynya dengan menjadi pelatih beladiri dan menjadi pelatih kebugaran.

Baca Juga: Apa Itu Personal is Political? Betapa Politisnya Pilihan Perempuan

Caca juga membantu banyak perempuan yang tidak merasa percaya diri ketika ingin melakukan perceraian akan tetapi takut karena tidak mempunyai skill untuk bekerja dan menggali potensi pada mereka bahwa mereka juga bisa mandiri secara ekonomi dan bahagia.

Ia kemudian tidak ingin menikah lagi bisa memiliki dampak positif pada perempuan, seperti:

1.  Fokus pada Karier

Tanpa beban pernikahan, perempuan dapat fokus sepenuhnya pada karier dan mencapai tujuan profesional yang lebih tinggi.

2.  Mempunyai waktu untuk diri sendiri

Perempuan dapat memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri, melakukan hal-hal yang disukai, dan merawat diri tanpa harus membagi perhatian dengan pasangan atau keluarga.

3.  Kemandirian finansial

Dengan fokus pada karier, perempuan dapat mencapai kemandirian finansial yang lebih besar, memberikan rasa percaya diri dan kebebasan finansial.

4.  Pengembangan diri

Dengan lebih banyak waktu dan energi yang tersedia, perempuan dapat mengembangkan diri dalam berbagai aspek, seperti kecerdasan emosional, keterampilan sosial, atau hobi.

5.  Mendukung orang lain

Tanpa keterikatan pada pernikahan, perempuan dapat lebih mudah untuk memberikan dukungan kepada orang lain dalam keluarga, teman, atau masyarakat.

6.  Kehidupan sosial yang lebih luas

Perempuan dapat memiliki kebebasan untuk menjalani kehidupan sosial yang lebih luas, membangun hubungan dengan berbagai orang tanpa batasan yang mungkin ada dalam pernikahan.

7.  Kemandirian dalam pengambilan keputusan

Tanpa ketergantungan pada pasangan dalam pengambilan keputusan, perempuan dapat mengembangkan kemandirian dalam membuat keputusan yang berpengaruh pada kehidupannya.

Dari cerita Via dan Caca membuktikan, bahwa perempuan yang memutuskan untuk lajang ataupun yang memutuskan untuk tidak menikah lagi bukanlah sebuah kegagalan.

(Tulisan ini merupakan kerjasama Qbukatabu dan Konde.co dalam projek komunitas menulis)

Ashatania

Penulis adalah Peserta Aksara. Aktif di Organisasi Gapeka dan Organisasi Sosial lainnya.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!