Pelumbungan Inisiatif Kebudayaan adalah salah satu dari 10 Program Minimum Kebudayaan yang dirancang untuk terus mendukung pemajuan kebudayaan Indonesia. Dalam gelaran PKN 2023, pelumbungan atau commoning digunakan sebagai metode aksi dan pendorong upaya pemajuan kebudayaan.
Prinsip pelumbungan terinspirasi dari fungsi dan nilai yang terkandung dalam arsitektur bangunan lumbung atau tempat penyimpanan hasil panen. Lumbung biasanya dibangun bertingkat dan berlapis-lapis, yang setiap lapisan tersebut memiliki perannya masing-masing. Bagian atas digunakan untuk menyimpan hasil panen dan cadangan pangan, area tengah biasanya menjadi ruang aktivitas domestik. Sementara area paling bawah menjadi ruang sosial tempat masyarakat berkumpul.
Berangkat dari fungsi dan nilai tersebut, prinsip pelumbungan yang diterapkan dalam PKN mengedepankan kerja-kerja kolaborasi serta pewadahan dan pengelolaan sumber daya. Dalam praktiknya, ide dan gagasan yang muncul dirembuk, dibangun, dan diproduksi bersama untuk dinikmati bersama-sama pula. Oleh karena itu, PKN hadir sebagai wadah layaknya lumbung yang menampung sumber daya seperti ide, gagasan, inovasi, serta aktivitas dan gerakan kebudayaan untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat luas.
BACA JUGA: Prioritisasi Perempuan Seniman Mulai Dirintis
Yola Yulfianti, kurator perempuan pada Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dan sutradara pertunjukan kontemporer memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana sistem kerja pelumbungan diterapkan dalam konteks kebudayaan.
Menurut Yola, strategi pelumbungan memungkinkan karya-karya seni dan budaya yang dihasilkan tetap memiliki spirit tradisional meskipun diadaptasi dalam konteks modern.
“Pelumbungan menggabungkan tradisi tradisional dan kontemporer dengan cara yang harmonis. Ini bukan hanya soal melestarikan, tetapi juga bagaimana representasi masyarakat hari ini,” jelas Yola.
Proses pelumbungan melibatkan dialog antara ide-ide dari seniman dan masyarakat melalui lokakarya, presidensi, dan kerja studio yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem kerja ini menciptakan ruang bagi kolaborasi dan pertukaran ide yang luas dan mendalam.
“Dalam proses ini, hasil akhir hanya sebagian kecil yang penting. Yang terpenting adalah prosesnya, yang tersebar ke seluruh Indonesia,” tambahnya.
Keterlibatan Perempuan
Melalui pelumbungan, ada kesempatan besar untuk mengangkat peran perempuan dalam kebudayaan Indonesia. Pendekatan yang kolektif dan inklusif memungkinkan perempuan untuk lebih terlibat dalam proses kreatif dan pengambilan keputusan.
Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi aktif dari masyarakat dan seniman, pelumbungan dapat menjadi model keberlanjutan kebudayaan yang tidak hanya melestarikan tradisi. Tetapi juga mendorong inovasi dan kreativitas perempuan dalam seni dan budaya.
Yola menyoroti tantangan besar yang dihadapi perempuan dalam dunia seni dan budaya, terutama dalam mengambil peran kepemimpinan. Dalam konteks seni pertunjukan, meski saat ini mulai banyak bermunculan seniman perempuan di tingkat pemula, masih sulit menemukan perempuan yang berperan sebagai pengarah atau koreografer di level menengah dan mapan.
“Cari perempuan yang pemimpinnya, seperti pengarah atau koreografer, itu agak sulit. Di level yang emerging banyak. Tapi di level yang middle dan established, agak sulit menemukan seniman perempuan,” kata Yola, menggarisbawahi isu kesenjangan gender dalam ekosistem seni budaya.
Diharapkan sistem pelumbungan inisiatif kebudayaan dapat terus menjadi kerangka kerja yang dinamis dan adaptif. Menjembatani antara tradisi dan modernitas dalam konteks kebudayaan Indonesia yang beragam. Dengan memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan, pelumbungan akan memperkaya ekosistem kebudayaan Indonesia. Serta memastikan bahwa setiap suara, termasuk suara perempuan, didengar dan dihargai.
Dinamis, Bukan Sebatas Eksotis
Berkaca pada pengalamannya sebagai salah satu kurator dalam penyelenggarakan PKN 2023, Yola turut menyoroti sejumlah tantangan dalam penerapan sistem pelumbungan. Salah satu tantangan terbesar adalah komunikasi dan logistik di Indonesia yang luas dan beragam. Tantangan tersebut mencakup bagaimana menghubungkan berbagai komunitas budaya yang tersebar di seluruh nusantara dan memastikan bahwa setiap daerah dapat terlibat aktif dalam proses pelumbungan.
Dari segi logistik, hambatan besar ada pada distribusi dan mobilisasi sumber daya kebudayaan sering kali terhambat oleh keterbatasan infrastruktur.
“Isu komunikasi yang utama. Indonesia luas banget, dan kita enggak bisa merepresentasi Indonesia sepenuhnya tanpa saringan yang tepat,” ungkap Yola.
“Indonesia itu ribet soal transportasi. Kalau mau ke Indonesia Barat sampai ke Indonesia Timur, sering kali harus melewati Jakarta dulu. Ini membuat distribusi dan kolaborasi antar daerah menjadi sangat menantang,” jelas Yola.
Selain itu, Yola mengkritisi dukungan dari pemerintah daerah yang sering kali terbatas pada pelestarian tradisi secara eksotis, tanpa pemahaman yang mendalam tentang bagaimana tradisi dapat ditafsir ulang dan berkembang.
“Pemerintah Provinsi masih melihat tradisi sebagai sesuatu yang eksotis, bukan sebagai sesuatu yang dinamis,” kata Yola, menekankan perlunya perubahan perspektif.
Yola mengeluhkan banyak pemerintah daerah masih terpaku pada cara pandang yang statis terhadap kebudayaan, melihatnya sebagai warisan yang harus dijaga tanpa memberikan ruang untuk inovasi dan interpretasi baru yang relevan dengan konteks zaman.
Baca Juga: Seniman Perempuan Bertubuh Mini: Tidak Pernah Merasa Kecil Meski Kerap Dikecilkan
Di sisi lain, Yola juga mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan ,Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terutama melalui Ditjen Kebudayaan.
“Programnya luar biasa. Dengan strategi-strategi program dan Dana Abadi Kebudayaan, ada pergerakan masif di seni dan kebudayaan. Semoga pemerintahan berikutnya bisa lebih canggih lagi,” ujarnya penuh harap.
Sistem pelumbungan inisiatif kebudayaan dinilai Yola memberikan sistem kerja yang sesuai dengan kultur agraris di Indonesia. Pendekatan ini memungkinkan seni dan budaya untuk berkembang dengan mempertahankan spirit tradisi sambil tetap relevan dengan masalah kontemporer.
Meskipun masih ada tantangan, terutama dalam hal kesenjangan gender di kalangan seniman dan dukungan pemerintah daerah. Pelumbungan memiliki potensi besar untuk terus mendukung pemajuan kebudayaan di masa depan yang tidak hanya melestarikan tradisi. Tetapi juga mendorong inovasi, kolaborasi, dan kreativitas.
Dampak positif dari pelumbungan dalam PKN sebagai agenda dua tahunan yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terhadap pemajuan kebudayaan menggarisbawahi pentingnya menjaga keberlanjutan prinsip tersebut. Hadirnya lembaga mandiri yang berfokus pada pengelolaan kebudayaan, seperti misalnya Kementerian Kebudayaan, dapat mendukung keberlanjutan pelumbungan sebagai sistem kerja kebudayaan di masa mendatang.