Tips Pendekatan Biar Hubunganmu Tidak Berhenti di Tahap Perkenalan

Proses pendekatan (PDKT) memang asyik. Namun, beda cerita jika kita terus-terusan terjebak dalam proses tersebut. Berikut ini tips agar PDKT lebih bermanfaat dan tidak melelahkan.

“Pergi bersama” terdengar seperti istilah romantis dari masa lalu. Kaum muda masa kini memiliki label yang lebih baru: talking stage. Tahap ini terjadi di antara fase perkenalan dengan seseorang hingga resmi berpacaran, dan dapat melibatkan pembicaraan atau bertukar pesan instan selama berhari-hari – bahkan berbulan-bulan.

Tujuan dari tahap ini adalah memiliki kesempatan untuk mengenal seseorang sebelum berkomitmen dan menjalin hubungan dengan mereka.

Namun, jika dilihat dari unggahan mereka di media sosial, anak muda di seluruh dunia kewalahan dengan fase kencan modern ini. Mereka merasa bahwa prosesnya berlarut-larut, berulang-ulang, dan menguras emosi.

Apakah ini merupakan hal yang baru? Dan bagaimana calon pasangan dapat memanfaatkannya sebaik mungkin?

Talking Stage: Label Baru, Praktik Lama

Talking stage bukanlah fenomena baru, melainkan sebuah bentuk baru dari apa yang kita kenal sebagai “pacaran” tradisional (courting).

Courting melibatkan proses mengenal, membangun dan membangun keintiman dengan seseorang. Fase ini seringkali dalam jangka waktu yang lama, sebelum berkomitmen untuk menikah.

Namun, tidak semua hubungan dimulai dengan fase courting atau talking, beberapa hubungan dimulai dengan perkenalan singkat kemudian berkembang menjadi kencan. Hal ini dikarenakan cara orang mengomunikasikan ketertarikan secara romantis dan memulai keintiman bergantung pada kepribadian dan konteks sosial.

Meski demikian, pandemi global telah mengubah cara orang berkencan. Orang-orang yang sebelumnya mungkin tidak memilih untuk berkencan secara online, mulai mencari teman kencan melalui internet atau terkadang melakukan kencan jarak jauh melalui layar.

Baca juga: Ditinggal Pacar dan Batal Menikah: Mahasiswi Korban Aplikasi Kencan

Kencan menggunakan aplikasi online menyebarkan cinta dengan saling bertukar, mencocokkan, dan mengirim pesan instan. Seringkali dengan banyak pasangan dan dalam jumlah besar.

Para peneliti menyebut periode ini sebagai “cinta bergerigi”. Artinya cinta yang terwujud secara siklus, ketika peserta beralih ke aplikasi untuk mencari keamanan yang ditawarkan di masa ketidakpastian global. Mereka menemukan bahwa periode ini tidak mengarah pada pacaran dan romantisme tradisional.

Orang-orang dalam konteks ini berpindah-pindah pasangan dengan cepat, mencari hubungan yang bermakna dan sering merasa kecewa dengan hasilnya. Dalam konteks cinta bergerigi ini, ada banyak potensi untuk menyabotase hubungan bahkan sebelum hubungan itu dimulai.

Ada perbedaan yang signifikan antara talking stage dengan pacaran tradisional. Saat ini, percakapan awal dipercepat dengan banyaknya informasi yang tersedia untuk umum tentang seseorang di internet.

Jadi, bagi sebagian orang, berbicara atau mengirim pesan mungkin terasa seperti langkah yang tidak perlu atau membosankan. Mengingat apa yang bisa kita dapatkan dari Facebook, Instagram, dan TikTok.

Namun, talking stage bisa jadi merupakan cara untuk memperkuat ikatan manusia yang rapuh.

Apakah Kamu Terjebak di ‘Situasionship’?

Dalam forum-forum online, kaum muda mengaku merasa bingung tentang berapa lama perlu berbicara dengan seseorang sebelum lanjut ke tahap selanjutnya. Atau apa yang harus didiskusikan dengan calon pasangan. Jadi, tahap pendekatan mungkin tampak ambigu, membuat stres, atau menimbulkan kecemasan.

Kaum muda juga bingung tentang apakah mereka berada dalam “situationship”, status hubungan dengan definisi yang ambigu. Biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan intim yang tidak berkomitmen tetapi penuh dengan perasaan.

Yang satu ini mirip dengan label yang baru-baru ini muncul seperti “friends with benefits”, “booty calls”, atau cinta satu malam (ONS).

Berada dalam tahap atau hubungan yang tidak jelas dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan. Kesulitan dalam hubungan adalah salah satu alasan paling menonjol mengapa orang mencari konseling dan merupakan kontributor signifikan terhadap kecemasan, depresi, dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Baca juga: ‘Klub Kecanduan Mantan’: Karena Move On Butuh Support System!

Layanan konseling di Australia melaporkan alasan paling umum untuk mencari konseling. Alasan ini diantaranya konflik hubungan, keterampilan interpersonal yang tidak memadai untuk memulai atau membangun hubungan yang signifikan, kekerasan dalam keluarga, dan kekerasan seksual.

Rasa takut disakiti, ditinggalkan, ditolak, atau terperangkap dapat menjadi penghalang untuk membentuk dan mempertahankan hubungan intim jangka panjang yang sehat.

Berada dalam komitmen hubungan romantis mengurangi terjadinya masalah kesehatan mental jika dibandingkan dengan hubungan yang ambigu atau kasual. Inilah mengapa penelitian saya berfokus pada peningkatan keterampilan dan kepercayaan diri orang untuk menavigasi kemitraan intim.

Praktik yang Baik

Banyak orang tidak memiliki keterampilan hubungan seperti wawasan, fleksibilitas, kedewasaan, kepercayaan diri, komunikasi yang efektif, dan cara mengelola ekspektasi. Kemampuan untuk meningkatkan keterampilan hubungan adalah cara kuat untuk mengukur kepuasan hubungan dan kesuksesan hubungan jangka panjang.

Mencari tahu bagaimana menavigasi hubungan yang intim dengan mengkomunikasikan kebutuhan secara jujur. Bisa juga dengan menciptakan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi rasa diri, dapat membantu orang merasa lebih percaya diri.

Jadi, talking stage adalah kesempatan untuk mengenal calon pasangan, mengeksplorasi kecocokan dan meningkatkan keterampilan hubungan.

5 Cara untuk Membuat Talking Stage Lebih Baik

Mungkin agak membingungkan, tetapi ada beberapa cara untuk membuat tahap pendekatan (PDKT) menjadi lebih bermanfaat daripada menegangkan:

1) Komunikasi yang terbuka – pastikan untuk mengungkapkan kebutuhan dan harapan kamu, serta bersedia untuk memahami kebutuhan dan harapan orang lain dengan cara yang jujur

2) Jelajahi kecocokan – tahap pembicaraan adalah kesempatan untuk mengeksplorasi apakah calon pasangan memiliki minat, nilai, dan moral yang sama

3) Tentukan hubungan – tahap ini adalah kesempatan untuk mendiskusikan hubungan potensial dan jenis hubungan romantis yang diharapkan. Penting bagi semua pihak untuk memahami apa hubungan yang sedang dibangun dan ke mana arahnya

4) Penerimaan – langkah yang penuh wawasan ini melibatkan pemahaman bahwa tahap pembicaraan atau “situationship” mungkin gagal dan tidak berubah menjadi hubungan (yang mungkin menyakitkan) dan bahwa ini adalah bagian alami dari proses tersebut

5) Tetapkan batasan – perlindungan diri dan keamanan adalah naluri dasar manusia. Jadi, penting untuk mengetahui bagaimana menavigasi proses ini dengan cara yang sehat dengan menetapkan batasan-batasan untuk hubungan intim sejak dini.

Manusia sudah terprogram untuk mencari hubungan intim sejak lahir. Zaman modern mungkin telah mengubah cara kita mengejar dan mengomunikasikan cinta, tetapi naluri bawaan ini tetap tidak dapat dipatahkan dan talking stage dapat menjadi bagian penting dari pencarian tersebut.

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Raquel Peel

Senior Lecturer, University of Southern Queensland
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!