Standar kecantikan memaksa perempuan harus glowing untuk menikmati hidup

Dear Kamu, Tak Harus Glowing dan Punya Tubuh Sempurna untuk Nikmati Hidup

Narasi-narasi yang menuntut perempuan harus sempurna, justru menjatuhkan perempuan. Seolah perempuan harus cantik, putih, mulus, glowing! Ini merupakan narasi palsu.

Coba lihat saja, sering banget kita dengar tuntutan seperti ini: perempuan harus glowing, putih, dan mulus. Perempuan harus terbebas dari rambut kaki dan tangan. Perempuan harus memiliki ketiak yang mulus. 

Seolah, setiap lipatan tubuh perempuan harus putih. Setiap bagian tubuh perempuan harus mulus. Perempuan harus langsing, perempuan harus ini, perempuan harus itu. Perempuan, perempuan, dan perempuan. Tidak akan ada habisnya tuntutan untuk perempuan.

Salah satu akun X pernah membuat unggahan berupa gambar mengenai bagian-bagian tubuh perempuan yang dianggapnya memiliki aroma parfum. Tetapi saat di bagian vagina, diberi gambar ikan, ini menunjukkan bahwa vagina perempuan seakan-akan beraroma amis. Opini tersebut terlihat menjatuhkan dan menghakimi perempuan. Hal ini tentunya membuat perseteruan, beberapa orang setuju dengan opini tidak mendasar tersebut dan sebagian besar menentang hal itu.

Sebagian besar pihak yang menentang tersebut adalah perempuan. Tentu saja hal ini harus segera dibantah karena opini mengenai vagina tersebut adalah salah. Kejadian ini tidak hanya terjadi pada saat itu saja, tetapi sudah sering vagina dijadikan bahan lelucon, dikatakan berbentuk aneh dan tidak normal, berbau tidak sedap, berwarna gelap, serta narasi-narasi menjatuhkan lainnya. Narasi-narasi tersebut di vokalkan dan menjatuhkan perempuan. Kemudian, meminta perempuan untuk memelihara dan  memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih wangi dan lebih cerah.

Baca Juga: Harus Cantik dan Glowing? Beauty Privilege itu Cuma Mitos

“Stigma-stigma ini tidak hanya merendahkan, tujuannya untuk mengolok-olok, merendahkan, tapi juga menciptakan suasana di mana informasi yang tidak akurat itu bisa menjerumuskan orang-orang pada kepercayaan dan praktik-praktik yang salah,” kata Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan, Abby Gina dalam sebuah diskusi di Jakarta.

Hal ini membuat konstruksi dan menormalisasi bahwa vagina beraroma wangi dan berwarna cerah. Kemudian, membuat perempuan menjadi tidak percaya diri dan berlomba-lomba untuk mengharumkan atau mencerahkan area kewanitaan. Hingga muncul berbagai brand untuk mencerahkan dan memberikan harum pada vagina. Tidak sedikit produk-produk tersebut justru memberikan efek toksik kepada perempuan.

“Praktik-praktik tersebut tidak dibutuhkan karena dilihat secara data kerentanan atau efek samping yang diderita setelahnya,” kata Abby.

Produk kecantikan yang mengkomersilkan konstruk dari standar kecantikan rupanya cukup banyak digandrungi oleh masyarakat sebab produk-roduk yang ditawarkan mempromosikan dan menjual dengan mengacu kepada kecenderungan pasar (konsumen) yang akan mencari produk-produk yang sesuai dengan standar kecantikan yang diterima masyarakat.

Baca Juga: Trend Kecantikan Bergeser ke Korea: Putih dan Glowing Versi Asia, Kita Harus Bagaimana?

“Beberapa produk-produk seperti ini sebetulnya menyatakan bahwa segala jenis perawatan tubuh adalah bentuk dari self love atau menjaga kesehatan. Tapi kalau misalkan pengguna tersebut justru memperkuat merasa tidak percaya diri atau menghasilkan efek samping di kemudian hari atau membuat merasa perempuan tidak cukup yang harus mengejar standar kecantikan yang cukup yang dinamis atau berubah, maka ini perlu dipertanyakan idealisasinya,” tambah Abby.

Definisi cantik masih dipelihara dengan seseorang yang berkulit putih atau bertubuh kurus. Hal ini secara sadar atau tidak berusaha untuk mengubah perempuan agar sesuai dengan standar kecantikan yang masyarakat inginkan. untuk meminimalkan pandangan cantik dengan produk-produk kecantikan yang toksik, kita bisa memulai dengan edukasi yang kritis. Hal ini dapat mengkritik iklan-iklan yang tidak merayakan perbedaan atau keangkuhan dari suatu produk kecantikan. Pun dengan tidak mengonsumsi atau tidak mendukung produk-produk yang toksik terhadap standar kecantikan.

Abby menambahkan, sebagai perempuan juga perlu merayakan atau mensosialisasikan hal penting untuk kebebasan dalam memilih merawat tubuh. Hal utama adalah perawatan self love atau kebutuhan satu dengan lainnya.

Beda Orang, Beda Bentuk, dan Beda Perawatan

Ketahuilah, bahwa setiap perempuan dilahirkan dalam spesifikasi yang berbeda-beda dan tidak bisa dipukul sama rata. 

Dari luar, ciri fisik perempuan ketika dewasa mungkin terlihat sama, tetapi pada kenyataannya, perempuan tumbuh dengan ciri fisik yang berbeda-beda. Misalnya, ada perempuan yang memiliki gen memiliki ciri bentuk tubuh yang berisi atau tidak berisi. Atau memiliki gen bawaan kulit putih atau sawo matang. 

“Kalau dalam perspektif feminisme sendiri bahwa sebenarnya pluralitas itu sesuatu yang harus dihargai dan bahkan dirayakan, terutama dalam aspek ketubuhan,” ungkap Abby.

Ia menambahkan, bahwa perlu adanya praktik-praktik idealisme atas tubuh perlu diperhatikan sebab masyarakat bahkan media-media massa sering memberikan pandangan yang buruk terhadap perempuan. Sehingga perlu adanya edukasi dan menyaring informasi agar tidak termakan stigma. Dari hal inilah praktik-praktik menyudutkan dan perempuan menjadi kelompok rentan terjadi. 

Ciri fisik tersebut adalah mutlak dan normal. Sama halnya dengan memiliki bentuk lekukan tubuh yang berbeda-beda, perbandingan volume payudara, atau perbedaan aroma dan bentuk dari vagina. Hal ini sebelumnya harus diketahui oleh semua perempuan bahwa setiap bagian perempuan dan dan cara merawatnya pun berbeda. 

Baca Juga: Supaya Cantik dan Glowing? Untuk Apa Perempuan Pakai Make up

Sama halnya dengan payudara yang salah satunya lebih kecil. Banyak yang mengeluhkan ini, bahwa payudara mereka lebih besar di sebelah kiri dibandingkan di sebelah kanan. Menurut halodoc.com, payudara berukuran besar terjadi karena adanya perkembangan dari retensi air dan aliran darah.

Menelisik dari akun Instagram @the.vulva.gallery, setiap vagina perempuan memiliki bentuk yang berbeda-beda dan itu adalah hal yang normal. Dalam akun Instagram tersebut menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan dari berbagai bentuk vagina adalah hal yang normal dan perlu kita normalisasi. Tentunya mengetahui hal ini perlu karena guna mengedukasi semua perempuan agar tahu bahwa tidak semua bentuk kemaluan itu sama. Hal ini didasari karena mengikuti kondisi tubuh dan gen perempuan itu sendiri. Selain itu, vagina yang sehat dan normal, umumnya diikuti dengan adanya keputihan yang tidak berwarna atau transparan dan tidak memiliki aroma, dilansir dari yankes.kemenkes.go.id

Selain itu, vagina adalah salah satu bagian tubuh yang mandiri untuk membersihkan dirinya sendiri. Vagina akan mengeluarkan keputihan secara alami dan teratur oleh tubuh untuk menjaga kelembaban, kebersihan, dan melindungi vagina dari bakteri serta infeksi. Oleh sebab itu, vagina memiliki aroma khasnya tersendiri. Untuk melindungi vagina dari kotoran atau bakteri dari luar juga dibantu oleh rambut-rambut di luar vagina. Rambut-rambut tersebut selain melindungi vagina dari gesekan pakaian dalam, pun sebagai penyaring alami untuk memfilter benda-benda yang akan masuk ke dalam vagina atau uterus.

Baca Juga: Korean Wave Menggebrak Kecantikan Korea atau Ini Bentuk Kapitalisme Baru?

Melansir dari hellosehat.com, terdapat sembilan jenis vagina, yaitu vagina asimetris, vagina tapal kuda, vagina seperti bunga tulip, vagina tertutup, vagina menyerupai tirai, vagina menjuntai, vagina bercelah kecil, vagina rata, dan vagina terbuka. Dari semua bentuk vagina tersebut tidak ada bentuk yang lebih baik, oleh sebab itu, semua bentuk vagina adalah sama dan normal.

“Menurut saya mengedukasi sesama perempuan dan tidak malu terhadap (kepentingan) tubuhnya itu sangat penting,”

Ia menambahkan, sebagai perempuan sudah seharusnya menantang narasi perlawanan terhadap kelompok dominan yang memperkuat standar kecantikan yang tidak realistis. Aspek tersebut ternilai akan mengancam dan membuat berhentinya keberagaman atas tubuh.

Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang memicu perubahan bentuk dan aroma terhadap vagina, adalah ketika perempuan sedang menstruasi, hamil, setelah melahirkan, kegiatan seks, atau menopause. Aroma dari vagina tergantung dari bakteri yang mengatur tingkat asam basa atau pH yang mengatur vagina. 

Bentuk penerimaan diri dalam menelan informasi dari edukasi inklusif dan penuh empati. Perlu adanya ruang aman, diskusi terbuka, dan pelibatan perempuan-perempuan yang menjadi sasaran utama bagian tubuhnya diejek atau target pasar komersialisasi produk kecantikan 

“Bahwa bagian-bagian tubuh kita adalah bagian dari diri kita yang harus kita rangkul dan kita banggakan. Cantik yang utama adalah bagaimana dia sehat bagaimana dia nyaman atas tubuhnya bagaimana dia bisa menerima dan berdamai dengan dirinya,” pungkas Abby Gina.

Aqeela Ara

Penulis dan Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!