Kisah Yesus dari Nazaret dalam sejarah Alkitab selalu banyak dibicarakan orang, bagaimana sekelompok murid tiba-tiba diam dan ada yang menjadi jaringan rahasia dengan motif tersembunyi.
Saat ketegangan memanas, kepercayaan dan kesetiaan diuji. Perjamuan Terakhir menjadi malam di mana tidak ada yang tampak seperti apa adanya, dan banyak pandangan yang tersembunyi.
Jika kita melihat filmnya, ada pandangan soal terjadinya persekongkolan dari salah satu muridnya, Yudas Iskariot yang ingin “menjual” Yesus. Namun sesawi.net punya pemikiran menarik soal ini dalam tulisannya, bahwa Yudas sebenarnya tidak membenci Yesus, dia hanya gagal paham tentang penjajah Romawi dan tidak pernah berpikir bahwa Yesus akan ditangkap dan disiksa.
The Last Supper adalah film penting Paskah, namun sayangnya Maria, Ibu Yesus di sini hanya ditampilkan dalam beberapa scene, yaitu ketika Yesus sedang mengajar dan ketika Yesus disiksa sebelum disalib. Tak bicara apapun dan tak ditampilkan sebagai scene penting, kehadirannya tak jadi sosok penting dalam film ini. Padahal Maria adalah sosok yang melahirkan Yesus dan sangat pedih melihat Yesus disiksa dan disalib.
Detik-detik perjamuan terakhirlah yang menjadi inti dalam film The Last Supper. Yesus digambarkan dalam kondisi kegalauan dan ketakutan bagaimana harus menanggung kesalahan dan kemudian disalib. Ini inti dari Film The Last Supper, film tentang makna Paskah yang berkorban untuk orang lain.
Film yang mengambil latar waktu hari-hari terakhir Yesus bersama para murid-Nya ini digarap dan ditulis sutradara Mauro Borrelli. Walau sebenarnya film ini bisa dilihat dari berbagai makna. Makna pertama, tentang pengorbanan Yesus. Makna kedua, tentang relasi antara guru dan murid, banyak dinamika di dalam relasi ini, seperti bagaimana melakukan pengkhianatan. Dan makna ketiga, bagaimana Yesus mengembara, berjuang dan dilecehkan sebagai manusia.
Baca juga: Misteri Kematian Paus dalam ‘Conclave’, Ada Peran Biarawati Walau Tampil Tipis
Yang menarik dari film ini yaitu, film diceritakan oleh sudut pandang ketiga atau dari sudut pandang Petrus atau Peter, murid Yesus. Ia bercerita bagaimana belajar menyelami arti Yesus bagi hari-harinya dan murid-murid lainnya ketika Yesus ada dan ketika Yesus tiada.
Kisah di film dibagi dalam beberapa babak, seperti babak pertama ketika Yesus membagi roti dan ikan bagi para nelayan dan penduduk yang sedang kelaparan, babak kedua, cerita tentang mukjizat dan babak terakhir adalah cerita tentang perjamuan makan terakhir.
Cerita film ini bermula ketika Yesus berkhotbah di dekat Laut Galilea dan membuat mukjizat lima roti dan dua ikan pada 5 ribu orang yang kelaparan. Bagaimana membuat semua orang bisa makan, sedangkan mereka hanya punya beberapa roti dan ikan? Yesus kemudian membelah ikan dan roti dan bisa dimakan oleh 5 ribu orang.
Kejadian itu disaksikan beberapa petinggi Farisi. Salah satu murid Yesus, Yudas Iskariot membawa salah satu petinggi Farisi dalam peristiwa itu. Farisi kala itu sedang mencari pemimpin baru untuk melawan kekuasaan Romawi. Yudas memberikan alternatif bahwa Yesus adalah orang yang tepat menjadi pemimpin itu, namun Yesus menolak yang membuat Yudas menjadi kecewa.
Setelah peristiwa mukjizat itu, kepercayaan pada Yesus semakin bertambah, Yesus menjadi orang yang banyak disambut, banyak orang ingin bertemu Yesus dan mendapatkan mukjjizatnya. Namun ternyata gerak-gerik Yesus diperhatikan oleh Imam Besar Kayafas (James Faulkner). Yesus datang ke gereja dengan mengobrak-abrik halaman gereja yang seharusnya untuk berdoa, justru malah untuk tempat berjualan. Imam Besar Kayafas sangat tersinggung dengan ini, apalagi semakin banyak yang menyukai Yesus. Yesus seperti orang yang diidolakan dan selalu ditunggu di gereja dan setiap orang yang mengharapkan doanya.
Petrus lalu berusaha menyelamatkan Yesus karena kebencian para pemimpin ini dan menyembunyikannya di sebuah rumah penduduk yang mereka percaya. Disanalah peristiwa perjamuan terakhir akhirnya terjadi.
Baca juga: Film ‘Mary’: Tuai Kritik Atas Pemilihan Aktris dan Perspektif Sejarah yang Dipakai
Pemirsa akan diajak untuk menyaksikan gambaran sebuah kejadian sebelum pengkhianatan berlangsung. Terlebih lagi kejadian tersebut melibatkan rahasia dan motif terselubung. Di sisi lain terdapat seorang Imam Besar Kayafas yang justru meragukan dan mulai meremehkan misi yang diemban oleh Yesus. Bahkan situasi ini mulai menjadi salah satu titik awal yang nantinya mengarah pada penyaliban-Nya.
The Last Supper adalah kisah terkenal yang selalu dibicarakan dalam Paskah. Jika orang menggambarkan Paskah selalu diidentikkan dengan telur yang dipajang dengan gambar warna-warni, namun Paskah sejatinya adalah cerita tentang bagaimana perngorbanan Yesus untuk menebus dosa manusia, pada murid yang luntur kepercayaan dan murid yang mengkhianati yang diterjemahkan dalam banyak sifat manusia.
Namun film ini minim cerita tentang perempuan, misal perempuan hanya digambarkan sebagai sosok yang sibuk di dapur. Hal lain, cerita tentang Maria yang digambarkan sebagai bukan sosok yang penting, Maria yang berusaha untuk melihat putranya ketika dia mengajar, dan dia ada di sana saat penyaliban-Nya, namun hanya ditampilkan secara sekilas saja.
The Last Supper adalah film drama Alkitab Amerika Serikat tahun 2025 tentang hari-hari terakhir Yesus Kristus. Film ini ditulis bersama dan disutradarai oleh Mauro Borrelli, dan dibintangi oleh James Oliver Wheatley, Jamie Ward, Charlie MacGechan, Nathalie Rapti Gomez, Robert Knepper, dan James Faulkner. Chris Tomlin adalah salah satu produser eksekutif.
Film ini dirilis pada tanggal 14 Maret 2025, oleh Pinnacle Peak Pictures dengana para pemain antaralan Jamie Ward sebagai Jesus Christ, Robert Knepper sebagai Judas, James Faulkner sebagai Calaphas, Nathalie Rapti Gomez sebagai Mary Magdalene, James Oliver Wheatley sebagai Peter, Henry Garett sebagai Nicodemus, Daniel Fathers sebagai Joseph of Arimathe, Mayssae El Halla sebagai Mother Mary.
Foto: imdb.com