Melihat Relasi Orang Tua, Ini Seperti Melukis dengan Air Mata

Berat menyaksikan orang tua yang bertengkar, seolah kehadiran anak-anak tak dianggap disana.

Artikel dan zine ini untuk memperingati #Haripendidikannasional 2025 yang ditulis para siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tergabung dalam Girl’s Project Konde.co. Tulisan ini merupakan bagian dari #Meimelawan 2025

“Lebih baik berpisah daripada memaksakan suatu hubungan yang sudah tiada rasanya”

Ini merupakan kisah yang aku kumpulkan dari beberapa cerita temanku. Mungkin kalimat itulah yang ingin sekali mereka ucapkan di depan orang tua. Kalimat ini yang selalu mereka ingin ucapkan di depan orang tua mereka setiap melihat orangtua mereka bertengkar.

Selama sekolah, tidak jarang mereka cerita soal malam-malam mendengar orang tua mereka bertengkar. Sungguh sangat mengganggu kenyamanan di rumah. Anak-anak masih butuh didengarkan dan harusnya orangtua mendengar suara anak-anaknya. Tapi kejadian pertengkaran seolah terus terjadi. Dibalik tawa riang mereka, ternyata menyimpan banyak sekali masalah di rumah. Tawa mereka di sekolah seolah cuma formalitas saja agar mereka tidak terlalu terlihat punya banyak masalah. 

Sesekali mereka ada yang mencoba membujuk mamanya untuk menyelesaikan pernikahan. Karena akan lebih baik jika mama mereka tidak bersama dengan ayah mereka lagi. Tetapi usaha ini kadang-kadang nihil, mama mereka selalu tidak mau meninggalkan ayah mereka. Mereka bilang ini  karena adik adik mereka masih kecil, karena itu mama tidak bisa meninggalkan ayah.

Beberapa temanku sangat ingin sekali berbicara dengan ayah mereka tentang apa yang dirasakan selama ini, tetapi kadang mereka merasa hanya akan membuang buang energi saja jika akhirnya mereka yang akan disalahkan. Kadang ada ayah yang justru menyalahkan mereka jika ada yang terjadi apa apa di rumah, sungguh sangat melelahkan. Di luar itu, ayah tak pernah punya waktu untuk mengobrol, selalu sibuk.

Baca juga: Dear Guru dan Lingkunganku, Remaja Perempuan Dibelenggu Aturan Berpakaian, Tugas Kalian Memperbaiki 

Sebenarnya mereka juga sangat ingin sekali mama mereka menanyakan bagaimana hari-hari mereka saat ini, bagaimana perasaan mereka, dan bisa memeluk mamanya saat mereka sedang tidak bisa melakukan apapun. Tapi mama juga kadang sibuk menangis karena situasi ini.

Rasanya pulang ke rumah sehabis sekolah hanya menambah beban mereka saja. Bagaimana tidak, jika dirumah hanya terdengar ucapan suruhan, dan mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berkata tidak. Maka mereka kemudian memilih banyak berada di sekolah, ikut kegiatan OSIS, ekstrakurikuler agar tak banyak berinteraksi di rumah. Itulah satu-satunya cara mereka dalam menghibur diri.

Pada saat jam kelas kosong, kami biasa mengisi dengan obrolan. Ya, salah satu topik kami adalah masalah keluarga yang kami alami, tidak semua, hanya beberapa saja.

Aku banyak sekali menangkap cerita dari mereka, sesekali ikut merasakan kesedihannya. Ada yang bercerita kalau dia sedang ada masalah dengan ayahnya, ada juga yang memiliki 4 orangtua karena orangtua yang menikah lagi, ah, beragam sekali rasanya.

Dimulai ketika temanku yang bernama Sofia, yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Ya, dia merupakan anak tengah. Menurut nya, peran anak tengah sangat sulit dirasakan, ia merasa harus benar menjadi kakak untuk adiknya, dan juga harus selalu mengerti keadaan kakaknya. Tidak jarang ia merasa terkucilkan saat melihat kakak dan adiknya bercanda diselingi tawa, tetapi jika Sofia ikut gabung dengan mereka, kenapa pembicaraan menjadi tidak seru seperti awal yang Sofia lihat?. 

Orang Tua Sofia selalu memberikan kasih sayang yang adil terhadap anak anaknya, sesekali Sofia bercerita kepada ibu nya tentang apa yang ia rasakan, tetapi respon ibu hanya memberikan senyuman seakan semua yang Sofia rasakan itu salah.

Baca juga: Saatnya Kita Bertanya Tentang Remaja Perempuan Yang Hidupnya Tidak Baik-Baik Saja

Di lanjut dengan temanku yang bernama Rara, Rara adalah anak terakhir dari empat bersaudara, 3 saudara Rara adalah laki laki, jadi bisa disebut kalau Rara anak perempuan satu satunya di dalam persaudaraan mereka. Bagi orang lain, mempunyai abang sangat seru rasanya, tetapi tidak bagi Rara. 

Rara selalu saja sendiri setiap kali abang abangnya sedang mengobrol, dia tidak ikut nimbrung karena tidak terlalu paham apa yang saudara laki laki nya bicarakan. Rara tinggal bersama mama dan ayah tirinya juga dengan 3 saudara laki lakinya itu. 

Semenjak tinggal bersama mamah dan ayah tirinya itu, Rara sudah jarang sekali melihat Orang tua nya bertengkar. Tidak seperti dulu lagi. Meskipun begitu, Rara masih sedih sekali rasanya menerima kenyataan jika orang tua kandung nya sudah bercerai.

Dan terakhir aku memiliki teman perempuan yang merupakan anak sulung di keluarganya. Dia tidak banyak cerita, hanya saja mukanya selalu terlihat lelah sekali. 

Aku tidak banyak mengetahui tentangnya, mungkin hanya beberapa saja. Seperti ia yang pernah bercerita jika orang tua nya terus menerus bertengkar di rumah, dia yang selalu diandalkan oleh orang tua nya, dan mungkin masih banyak lagi.

Baca juga: Anjani Kurang Cantik dan Tak Layak Dicintai? Stop, Bebaskan Ia Mencari Jalannya Sendiri

Menurutku, setiap anak mempunyai peran yang berbeda beda di keluarga nya, ada yang dikasih tanggung jawab untuk adik adiknya karena ia anak pertama, dan ada juga yang harus selalu mengalah ketika beradu argumen dengan kakaknya. Semuanya mungkin akan baik-baik saja jika mendapatkan orang tua yang cukup memberikan kasih sayang, tapi jika tidak, begini jadinya. 

Lalu, bagaimana dengan anak yang kurang mendapat peran orang tua?. Entah Ibu dan Ayah sibuk kerja, atau bahkan tidak ada rasa kepedulian. 

Mereka sering dan selalu membicarakan ini di sekolah, di waktu senggang, di waktu kami rapat organisasi. Mereka selalu berdoa agar semua ini segera berlalu, mama dan ayah yang tak lagi berantem dan sayang, juga perhatian dengan mereka.

Tim Girl’s Project: Chaeilla Khaerani, Ellen Oktavia, Khansa Nayla Khairani, Laksita Mahesvari Hanindyajati, Ratu Sophia Ardhani, Savana Candid Nusantara

Tim fasilitator dan mentor: Sophie Trinita, Luviana Ariyanti, Terra Istinara

Chaeilla Khaerani

atau yang lebih dikenal dengan panggilan Sella, adalah seorang gadis remaja perempuan yang kini menginjak usia 16 tahun. Sella memiliki hobi masak memasak, dan tak jarang ada masakan yang gagal dibuatnya. Dalam kesehariannya, sella dikenal sebagai seseorang yang ceria dan memiliki humor yang baik.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!