Apakah Saya Akan Membiarkan Orang-orang Memanggil Saya Sebagai Monster Perempuan?

* Febriana Sinta-www.konde.co

Konde.co- Ini adalah kisah tentang perempuan yang pernah disebut sebagai perempuan ‘terjelek’ di dunia.

Di usia yang masih muda, 16 tahun, Lizzie Velasquez menyadari dirinya menjadi korban bullying saat menemukan videonya ada di YouTube. Video yang telah dilihat jutaan orang itu diberi judul ” Perempuan Terjelek Di Dunia.”

Video itu berisi tentang dirinya saat berpidato tentang penyakit langka yang dideritanya. Video berdurasi singkat itu telah mengundang jutaan orang melihatnya dengan ribuan Komentar tidak mengenakkan.

Beberapa komentar yang diingat Lizzie adalah komentar yang mempertanyakan alasan orang tua Lizzie tidak membuang anak perempuannya, atau julukan monster terjelek yang ditujukan padanya. Komentar-komentar ini pernah membuat Lizzie pernah berniat melakukan bunuh diri.

Lizzie adalah Elizabeth Ann Velasquez lahir di Texas, Amerika Serikat, 13 Maret 1989. Dia terlahir dengan menderita Sindrom Marfan, yaitu keadaan dimana tubuhnya tidak bisa menyimpan atau menerima lemak . Sindrom yang diderita sejak bayi ini menyebabkan tulang Lizzie menonjol dan menjadikannya sangat kurus.

Bullying akibat menderita penyakit langka pertama kali dirasakan saat Lizzie duduk di Taman Kanak – kanan (TK). Tidak ada satupun teman yang mau bermain dengan dirinya.

Dalam Sebuah film dokumentar berjudul Heart Brave: The Lizzie Velasquez Story, diceritakan teman – temannya memandang dirinya dengan aneh, dan enggan untuk berteman. Keadaan ini terjadi hingga dirinya duduk di SMA.

Dalam film diceritakan bagaimana dorongan orang tua Lizzie, Rita dan Lupe Velasquez menjadi penyemangat utama dirinya untuk bangkit sebagai korban bullying dan pelecehan.

Tahun 2006 atau setahun setelah dirinya dijuluki sebagai perempuan terjelek di dunia, Lizzie bertekad melakukan perubahan. Salah satunya dengan membuat video singkat di YouTube. Dia bercerita tentang dirinya,dan bagaimana menerima kenyataan menjadi perempuan yang dianggap tidak menarik, serta pendapatnya sebagai korban cyber bullying yang selama ini dilakukan di lingkungannya.

Selanjutnya kampanye anti bullying terus dilakukannya. Setiap bulan Oktober yang merupakan Bulan Penvegahan Bullying dirinya selalu mengingatkan perempuan dan anak perempuan untuk berjanji tidak melakukan tindakan diskriminasi.

Tekad untuk membantu korban bullying mejadikannya motivator bagi perempuan yang kerap di bully. Selain itu dia kemudian juga menjadi aktivis yang menyusun rancangan undang – undang anti intimidasi bersama anggota konggres Amerika Serikat.

Salah satu kutipan kata-kata inspiratif Lizzie yang tertera di bukunya “Ted Talk”(2013), berbunyi tentang kisah dan curahan hatinya. “Apakah saya akan membiarkan orang-orang memanggil saya sebagai monster? Tidak, saya akan meraih tujuan saya, keberhasilan dan prestasi saya menjadi hal yang saya tentukan sendiri.”

Saat ini Lizie tetap berjuang menyuarakan anti intimidasi dan bullying. Bagi Lizzie, tak boleh orang melakukan bullying, menghina, hanya karena wajah atau penyakit yang diderita seseorang. Tak boleh orang lain menghina orang karena tubuhnya.

Kini, Lizzie adalah seorang penulis dan motivator kelas internasional. Ia banyak diundang sebagai pembicara motivasional bagi banyak orang. Kisahnya begitu menginspirasi banyak orang yang sedang melawan diskriminasi dan bullying.

Tak ada perempuan yang terjelak atau tercantik di dunia. Karena kita harus menghargai semua tubuh perempuan.

Referensi :

1. Film dokumenter “Heart Brave: The Lizzie Velasquez Story”

2. http://m.solopos.com/2015/10/14/kisah-inspiratif-kerap-dihina-wanita-terjelek-di-dunia-ini-jadi-motivator-andal-651484

(Sumber foto: Instagram littlelizziev)

*Febriana Sinta, penulis, tinggal di Jogjakarta.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!