Mengapa 1 Mei Diperingati Sebagai Hari Buruh?

Mengapa tanggal 1 Mei seluruh dunia memperingati hari buruh? Perlawanan adalah kata kunci dalam gerakan buruh, karena sejarah gerakan buruh selalu mengajarkan perlawanan yang masif dan militansi pada tujuan yang telah ditetapkan.

Gerakan buruh di awal sejarahnya ditandai dengan perjuangan para buruh untuk mendapatkan 8 jam kerja. Eksploitase dirasakan pada pekerja-pekerja mesin di Amerika kala itu yang harus bekerja selama 19-20 jam perhari. Hal ini tak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di Eropa. 19-20 jam kerja merupakan waktu yang sangat panjang untuk bekerja. Para buruh menganggap ini sebagai eksploitase atau penghisapan tenaga buruh.

Perjuangan ini ternyata menjadi titik awal perjuangan buruh di tempat lain secara serempak. Awalnya adalah pada tanggal 1 Mei 1886 ketika terjadi demonstrasi buruh besar – besaran di Amerika Serikat. Demonstrasi ini dilakukan oleh sekitar 400.000 buruh yang saat itu masih mengusung tuntutan yang sama, pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari bagi para buruh.

Maka selanjutnya tuntutan untuk pengurangan jam kerja ini menjadi suara buruh dimana-mana.

Bulan Mei di tahun 1886 merupakan saat semua buruh melakukan perlawanan, tidak tanggung – tanggung, kali ini aksi demonstrasi berlangsung selama 4 hari, sejak 1 Mei hingga 4 Mei 1886.

Aksi heroik terjadi pada tanggal 4 Mei 1886, para buruh melakukan pawai besar – besaran. Namun, polisi Amerika menembaki para demonstran secara membabi – buta. Para peserta aksi demonstrasi besar – besaran ini ditangkap dan empat dihukum mati.

Peristiwa bermula ketika polisi mencoba membubarkan buruh. Seorang buruh melempar polisi dengan dinamit dan kerusuhan serta aksi saling tembak terjadi. Kerusuhan itu menewaskan tujuh orang. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Haymarket. Ratusan buruh yang tewas dikenal sebagai martir perjuangan.

Kemudian di tahun 1889 diselenggarakan Kongres Sosialis Dunia di Paris, dalam pertemuan ini disepakati bahawa peristiwa heroik yang terjadi di Amerika pada tanggal 1 Mei 1886 sebagai hari buruh internasional dan melahirkan sebuah resolusi yang disambut baik oleh beberapa negara sejak 1890. Kemenangan inilah yang menandai jam kerja buruh menjadi 8 jam kerja perhari.

Dan setiap tanggal 1 Mei para buruh bisa memperingati hari buruh atau lebih dikenal sebagai May Day meskipun ketika itu masih mendapat banyak sekali tekanan dari pemerintahan mereka.

May Day di Indonesia

Hari buruh di Indonesia sendiri pertama kali di peringati pada tahun 1920. Dan pada 1 Mei 1946, pertamakalinya peringatan hari buruh diperingati pada tanggal 1 Mei. Kabinet Sjahrir terdiri dari orang-orang yang mendukung hari buruh.

Namun sejak pemerintahan masa Orde Baru, hari buruh tanggal 1 Mei tidak lagi bisa diperingati di Indonesia. Hal ini lantaran aksi ini dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang ketika itu ditabukan oleh rezim Soeharto. Semenjak peristiwa Gerakan 30 September G30S pada tahun 1965 aksi peringatan hari buruh 1 Mei menjadi ditabukan di Indonesia.

Ketakutan bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei akan menghasilkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti.

Sejak peringatan Hari buruh tahun 1999 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh massa buruh yang masuk kategori “membahayakan ketertiban umum / negara”. Yang terjadi bahkan sebaliknya, yaitu tindakan represif aparat keamanan (Polisi / SatpolPP) terhadap kaum buruh, karena mereka masih memegang paradigma lama.

Kemudian pada tahun 2013 pemerintah berkeinginan menjadikan hari buruh internasional yang diperingati setiap 1 Mei sebagai hari libur nasional dan memperingatinya juga sebagai hari buruh nasional.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

(Tulisan ini merupakan kerjasama www.konde.co dan www.buruh.co dengan mengalami penyuntingan sesuai kebutuhan)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!