Glorifikasi Kecantikan Perempuan Itu Sejatinya Cuma Palsu

Glorifikasi terhadap kecantikan perempuan itu sejatinya cuma palsu, karena ini seolah-olah bertujuan mengagungkan perempuan. Padahal sebenarnya ini cuma jebakan batman untuk mengobjektivikasi perempuan

Glorifikasi kecantikan perempuan selalu terjadi sepanjang abad. Kalimat siapapun perempuan yang hidup di dunia itu harus: putih, tinggi, langsing sudah tiap hari dan berabad-abad kita dengar. Padahal buat saya, glorifikasi ini sifatnya palsu, karena ini seolah-olah bertujuan mengagungkan perempuan. Padahal sejatinya ini cuma jebakan batman untuk mengobjektivikasi perempuan

Jika dulu pernah ada penilaian tentang tubuh yang cantik adalah yang seksi dan berisi, ini semua akan berubah sesuai waktu dan selera. Soal waktu dan selera ini karena kita sudah mengenalnya sejak revolusi industri pertama. Dalam tahap berikutnya, tubuh cantik putih ini kemudian menjadi nilai-nilai industry berikutnya

Ketika melihat beberapa media di televisi yang mengglorifikasi cantik itu harus putih, kemudian saya berpikir, apakah perempuan dengan kulit sawo matang itu berarti tidak menarik? karena hampir setiap iklan di media sosial cetak maupun elektronik, perempuan selalu disuguhkan iklan produk pemutih kulit, belum lagi media selalu menayangkan cantik itu harus langsing, putih dan tanpa cela. Ditambah lagi pelekatan makna cantik itu harus perempuan yang muda, begitulah iklan media sosial yang mayoritas kulihat. Jadi untuk yang sudah tua, menyingkirlah.

Maka itu yang kemudian membuat banyak teman selalu menggosokkan cream anti aging agar tidak terlihat keriput dan tua, cream ini selalu menambahkan kalimat bahwa perempuan yang terlihat keriput di bagian wajahnya akan menjadi tua.

Inilah selera yang kemudian digerakkan pasar industri, dari tubuh seksi ke tubuh langsing, dari yang mulai menua tak boleh tua. Selera ini bisa berubah setiap saat seperti yang industri mau.

Padahal itu semua menurutku subyektif, bisa berbeda penilaian individu satu dengan individu lainnya. Tanggapan cantik menurut orang lain ini juga bisa membuat perempuan menyakiti dirinya sendiri, seperti harus dipaksa diet berlebihan, suntik silikon berlebihan, menambahkan filler bibir berlebihan. Fenomena ini masih cukup sering dijumpai, seolah olah kata cantik itu sungguh mahal. Dalam perspektif kapitalisme, perempuan lalu menjadi korban ini semua. Perempuan dibuat terus mengikuti standar cantik yang pastinya akan sangat melelahkan.

Teori feminis mengenai kecantikan mendeskripsikan kebutuhan perempuan untuk menjadi cantik berarti objek diri semu karena mengobjektifikasi perempuan tampil agar menjadi selera orang lain atau selera industri dan laki-laki.

Feminis kulit hitam menyatakan bahwa penilaian tentang makna cantik selalu didasarkan pada nilai laki-laki dan kulit putih. Ini yang membuat kulit hitam selalu dianggap tidak menarik, tidak pernah mengakomodir sejarah kulit hitam dan budaya kulit hitam. Karena kenyataannya tak ada yang menyatakan bahwa yang cantik itu: hitam, keriting. Semua standar dilekatkan pada penilaian kulit putih

Menambahkan kalimat bahwa walau tidak cantik, maka perempuan harus menampilkan kelebihannya, misalnya: perempuan harus bisa masak, lemah lembut, sederhana, ini sama saja seperti menjebakkan diri kita ke lubang yang sama: yaitu perempuan harus hidup seperti yang orang lain mau. Lubang patriarki selalu mengatakan bahwa perempuan harus melakukan sesuatu seperti yang diinginkan orang lain, harus menjalani hidup seperti keinginan orang lain.

Kondisi ini tak akan mengubah apa-apa, bahkan membuat hidup perempuan tambah tak nyaman. Jadi mulai sekarang, jangan lagi percaya pada penilaian-penilaian yang membuat perempuan tak nyaman, tak bahagia dengan hidupnya. Karena hidup perempuan adalah pilihan mereka. Mau menjadi putih, hitam, merah, itu terserah perempuan karena itu adalah tubuh mereka!

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!