*Poedjiati Tan- www.Konde.co
Jakarta, Konde.co- Kabar itu pertama kami dengar dari unggahan Chungyan chow di sosial media. Dalam lamannya Chungyan Chow mengabarkan tentang penembakan yang menimpa jurnalis perempuan asal Indonesia yang saat ini bekerja di Hongkong, Veby Mega Indah ketika ia sedang melakukan peliputan disana.
Veby terkena tembakan tepat di bagian mata kanan. Ia adalah warga negara Indonesia yang saat itu sedang meliput aksi unjuk rasa di Kawasan Wanchai, Hong Kong pada 29 September 2019. Proyektil diduga berasal dari tembakan polisi, padahal saat kejadian Veby Mega Indah berdiri bersama kelompok jurnalis lainnya dengan menggunakan identitas PRESS yang terlihat jelas di helm pelindung kepala, rompi warna mencolok, dan kartu identitasnya.
Sampai saat ini Veby masih dalam perawatan di Rumah Sakit Pamela Youde Nethersole dan dokter masih mendiagnosa tingkat cedera pada mata kanan Veby.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dalam pernyataan sikapnya mengatakan pihak pengacara yang ditunjuk Veby melalui Hong Kong Journalist Association, Vidler & Co Solicitor, menduga bahwa tembakan ke Veby sangat berbahaya dan berpotensi mematikan.
“Ms Veby sangat beruntung masih hidup dan jika tidak dilindungi oleh kacamata pelindung, dia pasti sudah mengalami kebutaan karena tembakan tersebut. Pada saat ini, masih tetap ada kemungkin adanya kerusakan penglihatan yang parah,” kata Michael Vidler.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh pihak kuasa hukum, proyektil yang ditembakkan berasal dari senapan gentel polisi yang berpeluru kaliber 12 gauge. Proyektil tersebut dipercayai adalah bean bag round (peluru pundi kacang) (peluru Tipe 12 Gauge Drag Stabilised Round, dengan proyektil seberat 40 gram yang dengan kecepatan halaju 270fps/82mps) atau peluru karet (12 gauge Rubber Fin Rocket (berkemampuan Direct Fire), Halaju Tinggi (ALS120HV) dengan kecepatan 650fps (198m/s) yang selongsong-selongsongnya ditemukan di sekitar lokasi kejadian.
AJI Jakarta mendapat laporan bahwa pihak Kepolisian Hong Kong berusaha menemui Veby Indah di Rumah Sakit ketika keadaan Veby masih cedera dan sakit. Beruntung pihak Rumah Sakit menolak kedatangan Polisi karena alasan kesehatan. AJI Jakarta menilai niat kunjungan itu berpotensi megintimidasi korban.
“Kami meminta Konsulat Jenderal Republik Indonesia atau KJRI Hong Kong memberikan perlindungan hukum dan menjamin keselamatan dan keamanan Veby. Sebagai Warga Negara Indonesia, Veby berhak mendapatkan pendampingan baik jaminan kesehatan, hukum, dan keselamatan jiwa”, kata Asnil Bambani, Ketua AJI Jakarta.
AJI juga mendesak Kepolisian Hong Kong mengadili pelaku penembakan terhadap Veby hingga ke pengadilan.
“Kepolisian setempat harus bertanggung jawab atas cedera yang dialami Veby. Ini bukan hanya ancaman bagi Veby tetapi juga mengancam wartawan lokal dan internasional yang meliput aksi-aksi massa di Hong Kong”, ujar Asnil.
AJI juga mendesak Kepolisian Hong Kong menghentikan intimidasi kepada Veby. Tim Dokter masih membutuhkan waktu setidaknya 7 hari sejak peristiwa penembakan terjadi untuk mengetahui tingkat cedera yang dialami Veby Indah.
“Kami meminta KJRI melakukan pendampingan dan perlindungan kepada Veby Indah sebagai Warga Negara Indonesia termasuk menyampaikan keberatan kepada Kepolisian Hong Kong atas intimidasi yang terjadi pada Veby Indah dan mendesak Kepolisian Hong Kong mengusut tuntas peristiwa kekerasan yang terjadi pada Veby Indah saat meliput aksi unjuk rasa.”
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)