Kritik Feminis: Pekerjaan Perempuan di Rumah Tak Pernah Dianggap Sebagai Kerja

Kerja-kerja perempuan yang menyiapkan bekal untuk suami seringkali direndahkan karena ini merupakan bentuk penaklukan perempuan. Selama ini memang banyak laki-laki dan masyarakat yang merendahkan perempuan sebagai representasi kerja domestik yang dianggap tak penting. Padahal sudah seharusnya usaha dan pekerjaan perempuan mendapatkan penghargaan, baik dalam mengurus pekerjaan domestik termasuk menyiapkan bekal suami, bukan menjadikan perempuan sebagai obyek yang ‘hanya’ menyiapkan bekal atau memberikan stigma pada kerja-kerja domestik adalah kerja-kerja yang tak penting

Indiera Hapsari Ratih – www.konde.co

Beberapa waktu lalu, warganet ramai-ramai berdebat tentang ‘bekal untuk suami’ yang diunggah oleh seseorang.

Banyak warganet yang memuji si pemilik akun, tapi tak sedikit juga yang memaki. Ada yang menunjukkan sikap anti feminis, ada pula yang secara terang menyebut tak sudi menyiapkan bekal untuk suaminya. Kedua respons tersebut merupakan pernyataan individu.

Saya teringat dengan buku yang berjudul: Siapa yang memasak Makan Malam Adam Smith?, karya dari Katrine Marçal. Masalah meja makan hadir karena proses ekonomi panjang yang tak lepas dari perkembangan masyarakat, sejarah peranan perempuan, dan mitos inferioritas perempuan.

Ekonomi yang berlangsung saat ini tidak benar-benar menghitung kerja perawatan dan pengasuhan yang dilakukan perempuan. Padahal kerja ini punya peran yang sangat penting.

Adam Smith, seorang ekonom berpengaruh, luput menceritakan peran ibunya, Margaret Douglas. Suami Margaret telah meninggal ketika ia tengah mengandung Adam Smith di tahun 1723. Hampir seluruh hidup Adam Smith dibesarkan oleh Margaret seorang diri.

Ada sebuah kutipan terkenal yang ditulis Adam Smith, “Bukan karena kebaikan hati tukang daging, tukang minuman, atau kebajikan tukan roti kita bisa mendapatkan makan malam kita, melainkan karena mereka memikirkan kepentingan mereka sendiri-sendiri.” Bagi Adam Smith, kepentingan dirilah yang menggerakan tindakan manusia, dan keyakinan tentang homo economicus (manusia sebagai makhluk yang memaksimalkan pemenuhan kepentingan dirinya) akan melandasi seluruh bangunan ilmu ekonomi liberal.

Adam Smith lupa akan kehadiran ibunya, tapi yang ia katakan relevan dengan perawatan pabrik pada buruhnya demi menjaga vitalitas dan produktivitas kerja: pabrik menyediakan makan siang, susu, vitamin, dan suplemen kesehatan.

Kembali pada perdebatan bekal untuk suami, mengambil sikap tidak menghormati perempuan dalam mengurus dapur untuk menundukkan perempuan justru memposisikan perempuan secara rendah dan tidak melihat kerja-kerja perempuan sebagai kerja yang dihargai. Kerangka berpikir seperti ini banyak dikritik para feminis dalam melawan kekuatan kelas yang selama ini menghambat keadilan perempuan.

Kerja perawatan yang dilakukan perempuan seringkali tidak dihargai dan masalah ini harus diselesaikan. Alice, ibu Josey Aimes pada film North Country (2005), pernah mogok mengurus domestik. Ia berhenti menyiapkan hidangan, mencuci pakaian, dan pergi dari rumah sebagai bentuk dukungan terhadap anaknya yang sedang memperjuangkan perlindungan pekerja perempuan dari pelecehan seksual di pertambangan yang dilakukan oleh para pekerja laki-laki. Cara tersebut dilakukan Alice agar mendapatkan dukungan tambahan darinya.

Dalam film yang diadopsi dari kisah nyata tersebut, tujuan mogok melakukan pekerjaan domestik terukur dan jelas. Cara ini juga efektif.

Jadi, perempuan tak boleh direndahkan ketika mengerjakan pekerjaan domestik. Justru disinilah perjuangannya. Anggapan bahwa pekerjaan di rumah bukan sebagai kerja kemudian menyebar ke masyarakat, secara turun-temurun hingga kini, bahwa pekerjaan ibu di rumah, secara domestik tak pernah dianggap sebagai sebuah kerja, padahal seorang ibu harus bangun paling pagi untuk mengurus anak dan rumah, menyiapkan bekal untuk semua hingga mereka pulang dan rumah dalam kondisi baik, menemani mereka belajar sampai tidur.

Pekerjaan domestik selama ini tidak pernah dianggap sebagai sebuah kerja. Feminis, Adrienne Rich menyatakan hal yang sama yaitu tentang kerja-kerja perempuan di rumah yang tak dianggap sebagai kerja. Para feminis kontemporer menyatakan bahwa konsepsi dominan mengenai kerja membuat rumah menjadi tidak kelihatan.

Jarangnya disebut sebagai sebuah kerja ini kemudian menambah penindasan terhadap perempuan. Feminis, Ann Ferguson dan Nancy Folbre menyatakan bahwa partisipasi dan eksploitase perempuan dalam pekerjaan telah meningkat karena beban pekerjaan domestik. Relasi ini kemudian menguat menjadi penindasan baru ketika tidak diakuinya kerja-kerja domestik sebagai sebuah kerja.

Pekerjaan domestik sebagai ibu kemudian juga menunjukkan bagaimana pembagian kerja berdasarkan seksual menempatkan pekerjaan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Identifikasi inilah yang kemudian menguat dan terjadi secara terus menerus di tengah publik. Akibatnya seperti sekarang, perempuan yang bekerja di publik selalu masih dituntut untuk mengerjakan semua pekerjaan domestik,karena anggapan yang terus-menerus, bahwa kerja domestik tak pernah dianggap sebagai sebuah kerja.

Padahal menurut feminis Dorothy Smith, kerja perempuan utamanya adalah apa yang disebut sebagai bodily mode karena ia menstranformasikan dunia konkret dan secara langsung. Sedangkan kerja laki-laki disebut Dorothy Smith sebagai model ‘konseptual abstrak’ yang merupakan model pengaturan masyarakat.

Anggapan inilah yang dikritik keras oleh Dorothy Smith, jika kerja domestik tak pernah dianggap sebagai kerja, maka konsep ini kemudian semakin melanggengkan dominasi laki-laki.

Perempuan dan Penyajian Makanan

Evelyn Reed dalam Inferioritas Perempuan menunjukkan temuan Robert Briffault pada 1927 yang diberi judul The Mother. Posisi terdepan yang diperoleh perempuan masa lampau tak cuma karena mereka bisa melahirkan, tetapi juga fungsi khusus yang mereka emban yakni produsen primordial dari kebutuhan hidup.

Di zaman dulu, perempuan tetap memiliki kebebasan dan kemandirian. Kala itu, anak-anak diasuh bersama oleh orang dewasa dalam komunitas/ klan. Tidak ada yang paling kaya, anak-anak campur baur bermain tanpa dibatasi kelas sosial, tidak ada anak obesitas dan kelaparan.

Ratusan ribu tahun silam, di zaman mengumpulkan makanan, pekerjaan dibagi berdasarkan jenis kelamin: laki-laki sebagai pemburu yang ahli dan bekerja penuh waktu, terkadang berburu di tempat yang jauh dari rumah dan berkemah; perempuan mencari sumber makanan yang bisa diandalkan untuk persediaan makan selain hewan buruan, misalnya sayur dan umbi-umbian. Artinya, perempuan bertugas mengendalikan pasokan makanan dan berinovasi.

Para sejarawan feminis menunjukkan bahwa kerja-kerja perempuan di rumah telah menopang kehidupan komunitas dan pekerjaan industri, maka kerja perempuan harus dilihat dalam konteks ekonomi dan keluarga.

Feminis sosialis yang menekankan pada aspek gender dan ekonomis dalam penindasan atas perempuan menyebut bahwa aktivitas yang dikerjakan perempuan secara terus menerus ini tidak melibatkan pertukaran uang. perempuan memberikan tenaga dan waktu yang berharga namun tidak pernah menerima upah atas kerja domestik mereka.

Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi wacana bagi perjuangan buruh, untuk mengakui pekerjaan ibu sebagai sebuah kerja,dan mengakui ibu sebagai buruh.

Jika tidak, maka ketakutan Dorothy Smith akan terus terjadi bahwa pekerjaan yang dikerjakan ibu secara susah payah,akan semakin melanggengkan dominasi laki-laki dan publik yang tak pernah menganggap pekerjaan domestik sebagai sebuah kerja.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

Indiera Hapsari Ratih, buruh perempuan, aktif di Serikat Buruh Kerakyatan (SERBUK) Jogja, bisa ditemukan di FB/IG @Indiera Hapsari Ratih

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!