Melanie Subono dan Sha Ine Febriyanti Fashion Show Virtual Untuk Perempuan Korban Kekerasan

Bersama  Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Komnas Perempuan dan Empu JalinKarsa Fashion, Melanie Subono, Sha Ine Febriyanti dan sejumlah aktivis perempuan Saras Dewi, Lisa Humaidah, Chandra Kirana, Soraya Oktaviani dan Lia Marpaung mengadakan fashion show untuk penggalangan dana secara virtual bagi para perempuan korban kekerasan seksual

Tim Konde.co

Melanie Subono memilih dengan sadar untuk menjadi warga negara Indonesia dan melepas kewarganegaraan Jerman di masa dulu.

“Ini adalah pilihan saya dan saya bangga sekali dengan keputusan ini karena Indonesia adalah negeri yang besar dan kaya raya alamnya.”

Demikian Melanie dalam diskusi yang diadakan setelah acara fashion show pada 15 September 2020. 

Walaupun ia merasa Indonesia punya banyak persoalan kemanusiaan, banyak yang kecewa dengan kondisi ini, namun ia selalu tergerak untuk melakukan sesuatu dalam situasi sulit ini, salah satunya dengan berkontribusi dalam fashion show penggalangan dana bagi perempuan

Penggalangan dana ini dilakukan bagi para perempuan korban kekerasan seksual di Indonesia. Indonesia untuk Kemanusiaan/ IKa selama ini didukung Komnas Perempuan melakukan penggalangan dana yang ditujukan bagi organisasi perempuan dan rumah aman yang mendampingi korban kekerasan seksual. 

Melanie merasa penggalangan dana yang dilakukan dengan mengikuti trend yang berubah merupakan cara efektif mengajak anak-anak muda untuk bergerak bersama

“Hal paling penting adalah Indonesia, perempuan, kemanusiaan, nusantara. Saya salut untuk orang yang mengikuti trend zaman sekarang dan ini penting karena penyampaian harus disesuaikan dengan zaman. Anak-anak sekarang mau membeli baju sekarang, mereka mau membeli baju Korea walau mahal, namun tak mengerti artinya. Artinya mereka mau, namun tak ada yang mengajarkan soal kain Indonesia di sekolah, maka mereka tidak mengenal. Anak muda harus diajak mengenal kain Indonesia dan kemudian membeli untuk berdonasi.”  

“Ini akan bermakna, jika semua orang bercerita tentang kain dan semua orang bisa bercerita baju ini asalnya darimana, yang dilakukan ini adalah perjuangan yang keren, mengenalkan kain dan kemudian untuk kemanusiaan, yaitu perempuan.”

Melanie menyatakan, jika edukasi dan informasi sudah dilakukan maka ia optimis, orang akan melakukan sesuatu, jadi yang penting menjelaskan mengapa ini penting untuk dilakukan, lalu mengajak masyarakat untuk  berkontribusi.

“Indonesia khan satu rumah, maka ini harus dilakukan bersama karena kita satu saudara. Penting untuk ajak, hey, yuk kita bantu orang, bantu bersama-sama. Ini seharusnya demikian karena kita saling bersaudara.”

Fashion show ini merupakan inisiasi dari Zubaidah Djohar, pendiri Empu JalinKarsa Fashion. Dalam fashion show ini diperagakan sebanyak 25 baju. 

Beberapa modelnya Sha Ine Febriyanti, Saras Dewi, Lisa Humaidah dan Lia Marpaung memperagakan baju-baju yang bisa dipakai di rumah atau pergi.  

“Menggalang dukungan untuk mengetengahkan orang-orang yang tak kelihatan tadi dan bangkit di tengah situasi sulit dan keterbatasan. Ini dimulai dari kain dari Bajawa yang saya kenal sejarahnya yang harus didukung pengetahuannya. Kain-kain ini semoga membantu untuk menggalang dukungan upaya kemanusian,” kata Zubaidah Djohar

Direktur Indonesia untuk Kemanusiaan/ IKa, Anik Wusari menyatakan, fashion show ini merupakan salah satu cara yang dilakukan IKa bersama komunitas untuk perempuan korban kekerasan seksual. Di luar itu ada pengumpulan dan penjualan barang-barang pre-loved pada setiap acara Give Back Sale yang sudah rutin dilakukan IKa selama 3,5 tahun terakhir. Di masa pandemi, Give Back Sale juga bekerjasama dengan aktivis, Hartoyo

Baju-baju yang diperagakan ini dijual dan selanjutnya donasi yang dikumpulkan ini kemudian diberikan pada lembaga dan women’s crisis center setiap tahunnya untuk mendukung penuntasan kasus kekerasan seksual di Indonesia

(Foto: Sha Ine Febriyanti/ Facebook dan Fan Page Ysik)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!