Kamala Harris: Wakil Presiden Terpilih dan Pejabat Perempuan Tertinggi di Amerika

Dengaan kemenangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden dan Kamala Harris, Kamala Harris kini akan menjadi pejabat perempuan dengan jabatan tertinggi dalam 244 tahun sejarah Amerika. 

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Kamala Harris, merintis jabatan dari seorang jaksa penuntut California, Jaksa Agung California, Senator AS sampai jabatan tertinggi kedua di AS. 

Kamala akan menjadi perempuan berkulit hitam dan keturunan India-Jamaika pertama yang menjadi wapres ketika dia dan Presiden terpilih Joe Biden dilantik pada 20 Januari 2021

Dalam konvensi Partai Demokrat, ia memperkenalkan diri sebagai keturunan imigran India dan Jamaika. Kamala juga berjanji untuk berusaha menjadikan AS lebih inklusif setelah berada di bawah pemerintahan Trump selama empat tahun, yang katanya membuat bangsa ini terpecah-belah.

Kamala pernah mengatakan bahwa ia dan Biden sama-sama memiliki “visi bangsa kita sebagai bangsa yang penuh cinta — di mana semua diterima, tak peduli penampilan, asalnya, atau siapa yang kita cintai.”

Pasangan Biden-Kamala mantap terbentuk, meskipun keduanya pernah berbeda pendapat dalam sejumlah isu, semasa musim pemilihan pendahuluan Partai Demokrat.

Ketika menerima nominasi partai sebagai wapres setelah mengakhiri pencalonannya sebagai presiden, Kamala meminta rakyat AS untuk bergandengan tangan dan bersama-sama melawan rasisme dan xenofobia.

“Tidak ada vaksin untuk rasisme. Kita harus berusaha,” katanya.

Namun, kampanye pilpres yang dilewatinya cukup keras bagi seorang perempuan minoritas yang berusaha mengukir sejarah politik. Presiden Donald Trump pernah menyebut Kamala sebagai seorang “monster” dalam wawancara pada awal Oktober, sehari setelah Kamala dan Wakil Presiden Mike Pence duel dalam debat yang disiarkan secara nasional.

Kamala menolak menanggapinya dan hanya menyebut komentar presiden “kekanak-kanakan.” 

Namun, hal itu menekankan hambatan rasial dan gender yang harus dilewatinya selama karier politiknya, menurut sekutu-sekutunya dan kelompok-kelompok hak-hak minoritas. Biden merespons, menyebut komentar Trump “tercela” dan “sangat merendahkan kepresidenan.” 

Sejak akhir musim panas, Kamala menghabiskan waktu keliling AS untuk berkampanye untuk Biden.

Keputusan Biden untuk menggandeng Kamala sebagai wapres merupakan langkah bersejarah. Kamala merupakan perempuan keempat yang dinominasikan oleh sebuah partai nasional besar.

Ia juga merupakan perempuan berkulit hitam pertama dan keturunan Asia pertama. Ketiga perempuan yang pernah memegang nominasi politik nasional sebelumnya adalah dua kandidat wapres dan kandidat presiden partai Demokrat, Hillary Clinton, pada 2016. Ketiganya kalah. Kamala kini akan menjadi pejabat perempuan dengan jabatan tertinggi dalam 244 tahun sejarah AS. 

Mendobrak Hambatan

Keputusan Biden untuk memilih Harris menorehkan sejarah. Harris adalah perempuan keempat yang berada di bursa pencalonan nasional partai besar, tapi menjadi perempuan Afrika-Amerika pertama dan Asia-Amerika pertama.

Tiga perempuan yang sebelumnya termasuk dalam partai politik nasional AS – dua calon wakil presiden dan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton pada 2016 – semuanya kalah. Jika pencalonan Biden-Harris menang, Harris akan menjadi pejabat perempuan AS pertama yang menduduki jabatan paling tinggi dalam sejarah 244 tahun negara itu.

Analis politik AS berasumsi Biden, yang akan berusia 78 tahun jika dia menang dan dilantik pada Januari 2021, mungkin hanya menjalani masa jabatan empat tahun. Hal ini akan menjadikan Harris sebagai calon presiden unggulan Demokrat pada 2024.

Pertemuan Harris di panggung debat 2019 dengan Biden mungkin merupakan titik tertinggi dalam nominasinya untuk pencalonan presiden dari Partai Demokrat. Segera setelah itu, posisinya dalam survei politik nasional naik tipis di antara kandidat.

Namun, dia tidak bisa mempertahankan momentum. Ditambah lagi dengan kekurangan dana untuk melanjutkan kampanye, Harris mengundurkan diri dari kontestasi pada Desember 2019. Mundurnya Harris terjadi lebih dari sebulan sebelum kontes nominasi pertama di Iowa pada awal 2020.

Pandangan Politik

Harris mengusung pandangan kiri-tengah dalam mempromosikan akses ke perawatan kesehatan di AS, melarang penggunaan senjata serbu, memberikan jalan menuju bagi imigran yang tidak memliki dokumen untuk memperoleh kewarganegaraan, dan memastikan kesetaraan tempat kerja bagi perempuan dan kaum gay.

Namun, sayap progresif Partai Demokrat AS mempertanyakan latar belakangnya sebagai jaksa penuntut yang tangguh di San Francisco dan kemudian sebagai jaksa agung California sebelum memenangkan kursi Senat pada 2016.

Pada satu titik, dia menyatakan, “Jika Anda membawa senjata ilegal di kota San Francisco dan koper Anda dibawa ke kantor saya, Anda akan menghabiskan waktu di penjara. Titik.” Di lain waktu, dia berkata, “Tidaklah progresif untuk bersikap lunak terhadap kejahatan.”

Namun bagi beberapa orang, sosok Harris menggambarkan kontradiksi politik. Dia mengatakan tidak akan menjatuhi hukuman mati untuk kejahatan di California, tapi di sisi lain membela hukuman mati yang diberlakukan oleh negara bagian ketika undang-undang itu ditentang.

Meski begitu, Harris telah membawa energi politik baru untuk pencalonan Biden sebagai presiden, yang ketiga dalam rentang tiga dekade, tetapi pertama kali sebagai calon dari partai.

Menghadapi Kekuasaan

Sebagai anggota Komite Kehakiman Senat, Harris sering berselisih pandang dengan pejabat administrasi Trump dan mendapat perhatian media terkait pertanyaan tajamnya dari dua calon Mahkamah Agung konservatif presiden, Neil Gorsuch dan Brett Kavanaugh.

Selama sidang Oktober untuk calon Mahkamah Agung konservatif ketiga, Amy Coney Barrett, Harris tampak lebih menahan diri saat menanyai Barrett. Pasalnya, dia hadir sebagai senator dan calon wakil presiden.

Harris tidak memberikan suara ketiga calon konservatif, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar politisi Partai Demokrat, meskipun ketiganya dikukuhkan oleh Senat untuk penunjukan seumur hidup ke pengadilan tertinggi negara itu.

Harris telah menggarap sejumlah legislasi bipartisan politik dengan Partai Republik. Senator Republik Lindsey Graham dari South Carolina, seorang pendukung Trump, berkata tentang Harris: “Dia keras kepala. Dia pintar. Dia tangguh.”

Harris mengatakan dia memiliki batasan ketika mengejar undang-undang yang didasarkan pada ideologi, mengatakan kepada New York Times setahun yang lalu: “Kebijakan harus relevan. Itu prinsip panduan saya: Apakah itu relevan? Bukan, ‘Apakah itu soneta yang indah?'”

Harris dan Biden pertama kali mengenal satu sama lain beberapa tahun lalu. Harris bekerja erat dengan putra Biden, Beau Biden, untuk menangani sejumlah issues ketika Biden dan Harris muda menjabat sebagai jaksa agung negara bagian. Beau Biden meninggal karena kanker otak pada usia 46 pada Mei 2015.

Harris mengatakan dia merasa terhormat untuk bergabung dengan senior Biden di pencalonan Partai Demokrat. Ia mencuit di Twitter, “Joe Biden dapat mempersatukan rakyat Amerika karena dia menghabiskan hidupnya berjuang untuk kita.” [ah/ft dan vm/ft]

(Foto: Wikipedia)

(Sumber: Voice of America)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!