2 Perempuan Dipenjara Karena Menari di TikTok, Aktivis Perempuan Protes

Dua perempuan di Mesir dihukum karena menari dan menggunakan pakaian modis di TikTok. Para aktivis perempuan di Mesir melihat ini sebagai tindakan membunuh kebebasan berekspresi perempuan

Seorang hakim Mesir membatalkan putusan pembebasan dua perempuan muda yang dipenjarakan tahun 2020 lalu karena dianggap memposting video yang dianggap hakim di Mesir “tidak senonoh” di aplikasi video media sosial TikTok.

Hakim itu juga memerintahkan penahanan praperadilan mereka selama 15 hari atas tuduhan baru, yakni perdagangan manusia.

Pengadilan Kairo menuduh pelajar berusia 20 tahun Haneen Hossam dan Mawada Eladham yang berusia 22 tahun dianggap merekrut perempuan-perempuan muda untuk melakukan pekerjaan tidak senonoh yang melanggar prinsip-prinsip dan nilai-nilai masyarakat Mesir, kata seorang pejabat pengadilan, yang berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan karena tidak berwenang menyampaikan informasi.

Mosi hari Kamis itu muncul hanya dua hari setelah sebuah pengadilan banding membebaskan kedua perempuan tersebut dan memerintahkan pembebasan mereka.

Musim panas lalu, pengadilan Mesir tingkat pertama menghukum Hossam dan Adham bersama dengan tiga perempuan lainnya dua tahun penjara karena ”melanggar nilai-nilai dan prinsip-prinsip keluarga Mesir” dengan menyelenggarakan pesta-pesta dan dianggap mendukung perdagangan manusia.

Putusan itu diambil setelah kedua perempuan itu meraih ketenaran melalui videonya di TikTok dengan mengumpulkan jutaan penggemar untuk menonton cuplikan video mereka yang diiringi lagu-lagu Mesir populer.

Dalam klip video berdurasi masing-masing 15 detik tersebut, kedua perempuan yang terlihat mengenakan riasan wajah itu sedang berpose di atas mobil, menari di dapur, dan bercanda ria, sesuatu yang tergolong sederhana untuk ukuran TikTok. Kedua perempuan itu setelah kejadian tersebut didenda senilai hampir 19.000 dolar.

Kasus mereka memicu kemarahan para feminis Mesir yang menganggap tuntutan terhadap Hossam dan Adham sebagai contoh dari pelanggaran masyarakat konservatif terhadap kebebasan perempuan. Para pembela hak perempuan mengedarkan petisi online yang menggambarkan penangkapan itu sebagai “tindakan keras sistematis yang menarget perempuan berpenghasilan rendah”.

Meskipun jauh lebih liberal daripada negara-negara Teluk Arab lainnya, Mesir telah berubah ke arah yang sangat konservatif selama setengah abad terakhir. Banyak penari perut, penyanyi populer, dan selebriti media sosial sering menghadapi kecaman karena dianggap melanggar norma-norma. [ab/uh]

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

(Sumber: Voice of America)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!